Yeee Shab balik lagi nulis. Kali ini Shab mau rutin nulis lagi nih, yuhuuuu
Who's excited?? (((:
🎹 🎹 🎹
Betapa leganya hati Arin saat ayah mengijinkannya untuk membolos sekolah. Bila hari ini ia sekolah, pasti keadaan akan menjadi kikuk dengan sahabatnya, terutama dengan Tasya. Semoga hari ini ia bisa sedikit lebih tenang dan bisa melupakan masalahnya, meski sedikit.
Paginya Arin sudah berada di sebuah hotel, tempat dimana seminar menulis diadakan. Ketika Arin masuk ke ruang convention hall, terlihat Tante Lita yang sedang duduk dengan laptop dihadapannya. "Tante!" panggil Arin.
Pandangan Tante Lita kini menuju ke arah Arin. "Hei, Sayang! Sini." Kemudian Tante Lita kembali fokus dengan laptopnya.
Arin menutup pintu convention hall yang begitu besar itu lalu berlari kecil ke arah Tante Lita. "Tante lagi apa?" tanya Arin sambil ikut menatap layar laptop Tante Lita.
"Tante mau ngedit sedikit nih presentasinya."
"Buat apa di edit Tante? Ini desainnya udah bagus banget, kok," puji Arin dengan jujur. Padahal Arin baru sekilas melihat presentasinya, namun beberapa slide-nya emmang begitu menarik, terlihat dari paduan warna background dengan gambar sangat kontras sehingga tidak akan membuat audience menjadi bosan.
Bila Arin yang menjadi Tante Lita, pasti ia tidak akan mengeditnya menjadi lebih bagus lagi. Karena seminar ini lebih banyak peserta dewasa jadi tidak perlu membuat presentasi yang sangat menarik dan berwarna. Namun karena keperfeksionisan Tante Lita, maka inilah hasilnya.
"Nggak perlu ditambah lagi, ya?" tanya Tante Lita sambil menatap kembali desain presentasinya. Namun setelah diperhatikan kembali, sepertinya Arin benar, ia tidak perlu mengeditnya kembali.
"Iya, Tan," ucap Arin yang kembali meyakinkan Tante Lita kembali sambil tersenyum.
"Baiklah, Tante rasa cukup untuk mengeditnya," ujar Tante Lita.
🎹
Usai bersiap-siap, akhirnya acara dimulai pukul sepuluh pagi. Arin diberi tempat duduk oleh panitia seminar di barisan paling depan. Setelah siap pulpen dan buku catatannya, Arin fokus memperhatikan Tante Lita dan mendengarnya.
Setelah sekitar lima belas menit mendengar, tiba-tiba notifikasi Line pada ponsel Arin berbunyi. Grup DART? batin Arin bertanya-tanya.
Ketika Arin membuka Line, Arin membelalakan matanya.
Tasya Rizka left group.
Lalu tak selang lama, muncul lagi tulisan.
Rizky Pratama left group.
Baru saja ia berniat melupakan kejadian kemarin, mengapa notifikasi seperti ini muncul? Pasti mereka janjian buat keluar dari grup, batin Arin. Pikiran Arin pun kini kembali kalut mengingat pertengkarang kemarin.
Saat sadar dari pikiran negatifnya, Arin kembali mengingatkan dirinya tentang niat hari ini. Ia tidak boleh memikirkan masalahnya dan hanya fokus pada seminar Tante Lita. Lalu ia pun berusaha kembali pada seminar Tante Lita.
Namun baru juga semenit, konsentrasi Arin sudah buyar dan kembali memikirkan masalahnya. Ia menjadi penasaran siapa yang memberi foto itu pada Rizky. Lalu ia juga memikirkan bagaimana caranya agar grup DART kembali bersatu. Namun kata ketidakmungkinanlah yang kini mengambang di atas kepala Arin. Sangat tidak mungkin mereka akan kembali bersama berempat.
Tak lama acara seminar berakhir. Arin benar-benar tidak bisa konsentrasi. Namun lamunannya sempat buyar saat audience memuji Arin karena Tante Lita menunjukkan blog yang berisi lirik lagu ciptaannya.
Kemudian acara ditutup dengan sesi berfoto bersama. Banyak dari audience yang memanfaatkan momen ini untuk berfoto dengan Arin. Kapan lagi bisa foto bersama dengan anak artis.
Semua orang juga memuji puisi dari lirik lagu yang Arin ciptakan. Ia sudah lama tidak mendapat pujian dari orang-orang soal musiknya. Ia pun menjadi rindu untuk menulis lagu kembali lalu memposting lagunya di instagram.
"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Tante Lita menatap Arin penasaran. Kini mereka sedang berada di mobil Tante Lita yang sedang menuju rumah Arin.
"Arin jadi rindu menulis lagu," ucap Arin yang kini tidak lagi menatap pemandangan di jendela.
"Tante senang mendengarnya," ujar Tante Lita sambil tersenyum lega mendengarnya.
"Tante bisa bantu Arin buat bikin lagu, nanti?" pinta Arin.
"Tentu!" kata Tante Lita dengan penuh semangat. "Tapi kalau soal cari nada Tante nggak bisa, ya. Hehehe."
"Haha, iya. Tante bantu cek puisi Arin aja," jelas Arin.
"Siap!"
Kemudian mobil Tante Lita diparkirkan di depan ATM. "Arina, kamu tunggu di sini, ya. Tante mau ambil uang sebentar."
"Oke," jawab Arin. Dan kemudian ia menyenderkan badannya pada jok mobil, menikmati lagu di radio.
Lalu notifikasi pada ponsel Tante Lita berbunyi. Arin melirik lalu mengerutkan keningnya saat membaca pesan yang ada pada layar ponsel.
Bagas Nasution: Bagaimana seminarnya? Sukses kan, Eli Honey? Aku pulang kerja cepat, jadi saat nanti mengantar Arin pulang, mampirlah sebentar. Aku ingin mendengar ceritamu dan Arin.
Eli Honey. Arin menyebutkan panggilan itu berkali-kali dalam hatinya. Apakah itu panggilan sayangnya? Apakah Ayah berpacaran dengan Tante Lita?
Entah mengapa tangan Arin menjadi gatal untuk menghapus pesan ayahnya. Karena tak tahan, Arin membuka ponsel dan langsung menghapus pesannya. Tepat setelah Arin menghapus, Tante keluar dari ATM.
Jantung Arin kini berdebar dengan kencangnya. Dengan segera Arin menaruh ponsel Tante Lita dengan posisi persis dengan sebelumnya.
Arin menghela napas karena lega ia telah menghapus pesan tanpa ketahuan oleh Tante Lita. Kini Tante Lita masuk ke mobil dan Arin berakting seolah tidak terjadi apa-apa.
🎹 🎹 🎹
Jangan lupa tinggalin v o t e kalian
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘Instagram: shabrinafhuzna
KAMU SEDANG MEMBACA
Arina Ella
Ficção AdolescenteCOMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupakan anak dari seorang pianis dan penyanyi terkenal, Steffie Ella. Bakat musik bundanya menurun pada Arina dan membuatnya juga ingin menjadi p...