31. The Almost Fight

985 41 0
                                    

Arin, jangan sebutin Keisha di depan Rizky, meski lo yakin orang yang ngambil bunganya adalah Keisha, tegur Arin pada dirinya sendiri.

"Seingat gue, gue nggak pernah keluarin bunganya dari tas," jelas Dika yang kini pikirannya mulai kalut.

"Gini deh," ucap Rizky yang baru saja memiliki ide, "lo fokus aja sama pertandingan. Gue sama Arin keluar buat beli bunga, cokelat, atau mungkin— "

"Nggak," potong Arin, "kita nggak perlu beli itu, Ky."

Rizky mengerutkan dahi seolah-olah bertanya: "Kenapa?"

Lalu Arin berjalan hingga kini tubuhnya berhadapan dengan Dika. "Dik, kalau Tasya memang sayang sama lo, dia akan nerima lo apa adanya. Tanpa bunga atau pun cokelat, kalau dia sayang sama lo pasti dia bakal terima lo."

Kini Dika sedang mencerna apa yang telah Arin ucapkan.

"Dengar, kalau Tasya nolak lo karena nggak ada bunga, itu hal yang paling bodoh dari cewek yang pernah gue kenal," ucap Arin sambil memegang kedua bahu Dika agar ia merasa lebih tenang.

"Bener kata Arin, Dik," ujar Rizky setuju. "Lupain segala rencana, just let it flow."

Kemudian Dika menghembuskan napasnya dengan sedikit berat. "Oke, mungkin kalian benar."

"Ya udah, sekarang lo fokus dulu sama pertandingan ini. Oke? Good luck captain!" seru Arin yang menunjukkan senyum lebarnya.

Lalu terdengar suara pluit keras dari sang wasit. "Ya. Thanks guys," ucap Dika yang memeluk kedua sahabatnya itu.

"Keep focus, Bro!" seru Rizky saat Dika sedang berlari ke lapangan.

"Yuk kita balik ke tempat duduk," ajak Arin pada Rizky.

Saat mereka mendekati kursi penonton, ternyata tempat mereka sudah ditempati oleh orang lain. "Yaah, kita duduk dimana, Ky?" tanya Arin dengan jengkel.

"Itu ada tempat," tunjuk Rizky pada tempat duduk yang masih kosong pada barisan depan paling pinggir. Namun seketika Rizky memasang wajah enggan untuk duduk di tempat itu.

"Ayo, pertandingannya juga udah dimulai, nih," ajak Arin saat pluit dari wasit berbunyi menandakan permainan dimulai.  Dengan segera Arin menarik tangan Rizky. Namun betapa terkejutnya Arin saat Rizky melepas genggaman tangannya dari tangan Arin dengan sedikit kasar.

JLEB, hati Arin remuk seketika saat Rizky menjauh darinya. Biasanya Rizky yang selalu menarik tangannya tiba-tiba. Biasanya juga Rizky yang menggenggam tangannya dan Arin sama sekali tidak pernah menolak itu, meski sebenarnya ia merasa canggung. Namun disaat Arin berani untuk menarik tangan Rizky, mengapa ia justru menolaknya?

"Kenapa?" tanya Arin yang memberanikan diri karena penasaran dengan alasan Rizky.

"Umm," Rizky terdiam sejenak. Kini tatapannya menuju ke arah lain dengan rahang yang mengeras.

Saat Arin menoleh, ia melihat Keisha dan teman-teman perempuannya sedang bersenda gurau di tempat duduk penonton. Apa mungkin Rizky takut bila dilihat oleh Keisha kalau aku menggenggam tangannya? Apa ia sebenarnya menyukai Keisha?  Padahal kan sudah seminggu yang lalu mereka tidak dekat, batin Arin bertanya-tanya.

Rizky masih saja belum berbicara dan membuat Arin menjadi malas untuk menunggu jawaban. Lebih tepatnya, malas menunggu Rizky yang mencari-cari alasan. "Nggak penting juga, sih. Yuk ke sana, sebelum orang lain nempatin tempat duduk itu," ucap Arin yang kemudian berjalan cepat dengan tangan yang diselipkan di saku, berjaga-jaga bila dirinya tidak sengaja menarik tangan Rizky.

Arina EllaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang