Arin sedang berdiri diam di depan gerbang sekolah. Ia masih ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke sekolah. Kejadian kemarin membuatnya enggan untuk ke sekolah hari ini, namun ia tetap harus sekolah. Ia merasa tidak siap untuk masuk ke gedung sekolah karena pasti segalanya akan berubah, terutama dengan Rizky.
Kemudian Arin membuka kamera depan pada ponselnya, memastikan mata sembabnya tidak lagi terlihat.
Sial.
Kantung mata hitamnya masih terlihat. Padahal tadi pagi ia sudah menggunakan concealer. Arin pun memutuskan pergi ke toilet untuk menambah consealer pada bawah matanya.
Saat di toilet, Arin berdiri di depan cermin wastafel dan mulai mengoles concealer. Lalu terdengar suara flush toilet dan dari cermin Arin melihat Tasya yang keluar dari toilet. Dengan segera, Arin memasukkan concealer ke dalam tasagar Tasya tidak melihatnya. Namun terlambat, Tasya melihatnya.
"Sejak kapan kamu ber-makeup?" tanya Tasya dengan heran karena ia tahu Arin adalah anak yang sedikit tomboy, jadi tidak mungkin menggunakan makeup seperti dirinya.
"Umm, aku cuma penasaran aja," alibi Arin.
"Oh," ucap Tasya yang kini sedang berdiri di samping Arin untuk mencuci tangannya.
Lalu Arin melihat dirinya lagi di cermin untuk memastikan apakah mata pandanya masih terlihat. Ternyata sudah tidak lagi.
Kini Tasya menatap Arin melalui cermin. "Pokoknya kita harus makeup-an bareng. Dan karena kamu pemula, nanti aku bakal ajarin kamu makeup, oke?" ajak Tasya dengan wajah penuh antusias.
"Yaa, boleh juga," ucap Arin dengan senyum yang sedikit terpaksa. Padahal makeup yang ia pakai hanya concealer, itu pun hanya untuk menutupi mata pandanya, bukan karena ingin terlihat cantik.
Tiba-tiba Tasya bertanya dengan wajah meledek. "Aku dengar dari Dika, kamu jalan bareng sama Rizky, yaa? Umm.. Bukan jalan, deh. Tapi nge-date, kan?"
"Sebentar doang," jawab Arin datar. "Lagi pula, aku jalan sama Rizky sudah biasa jalan bareng, Tasy," ucapnya yang kini berpura-pura memasang wajah bosan.
"Kayaknya Rizky cemburu sama Elvan, deh. Soalnya aku lihat belakangan ini dia jadi protektif banget sama kamu. Apalagi saat Elvan coba-coba ngajak PDKT."
"Masa sih?" tanya Arin yang masih berakting tidak tahu. Padahal ia sudah tahu duluan dari Rizky yang mengaku telah cemburu dengan Elvan.
"Iya. Kemarin pas aku sama Dika nge-date, kita malah ngegosipin kalian berdua, haha," jelas Tasya yang terkekeh pelan.
"Kalian nih, ya. Harusnya kalau nge-date itu ngomongin tentang kalian masing-masing, bukannya malah ngomongin orang lain," ucap Arin sambil mendecih berkali-kali dengan kepala digelengkan.
"Makanya buruan jadian, biar bisa disebut double date nantinya," pinta Tasya.
Coba saja tidak ada foto bodoh itu, mungkin kita akan double date sore nanti, batin Arin dengan raut wajah sedih.
Kemudian datang Keisha yang masuk ke kamar mandi dengan gengnya. Keisha tersenyum sombong pada Arin. Kecurigaan Arin semakin tertuju pada Keisha. Senyuman yang Keisha bentuk seperti tanda merayakan kesedihan Arin sekarang.
Karena kesal dengan wajah imut itu, Tasya menarik Arin keluar dari kamar mandi. "Ganggu kita aja deh si muka sok imut itu," gerutu Tasya saat mereka sudah keluar dari toilet.
"Nanti sore kita berempat ke Sugar Cafe, yuk," ajak Tasya sambil berjalan di samping Arin. "Kan udah lama nggak nongkrong di sana."
Dengan keadaan Rizky dan dirinya yang tidak baik, mana mungkin mereka akan berkumpul berempat lagi. Spontan Arin menjawab, "Aku nggak bisa." Tasya mengernyit pada Arin. Lalu sejenak Arin mencari alasan. "Soalnya aku mau ngerjain tugas banyak."
Tasya memicingkan sebelah matanya karena curiga. "Kata Dika tugas kelas IPS lagi nggak banyak, kok."
Aduh, lo bodoh banget deh, Rin! Kan, mereka udah jadian. Pasti Tasya udah tahu kegiatan sehari-hari Dika termasuk tugasnya, geurutu Arin pada dirinya sendiri.
"Kayaknya Dika lupa, deh. Entar gue bakal ingetin dia lagi, deh," ucap Arin beralasan.
"Ya udah deh, gue ke kelas ya," ucap Tasya saat mereka tiba di depan kelas IPA.
Dari jendela kelas, Arin melihat Rizky yang berada di dalam kelas sedang memperhatikannya dengan tatapan tajam. Tatapan tajam itu terhenti saat Tasya datang dan menyapanya.
Apakah ucapan Rizky benar bila dirinya tidak akan memberitahu Tasya? batin Arin dengan ketakutan. Kini Arin pasrah bila nantinya ia juga kehilangan sahabatnya, Tasya.
Dengan wajah tertunduk Arin kembali berjalan menuju kelasnya. Lebih baik dirinya pergi sekarang daripada nantinya Rizky memutuskan untuk keluar dan memarahinya lagi seperti kemarin.
🎹
Saat tiba di kelasnya, Arin melihat Dika yang sudah duduk di bangkunya. Dengan segera ia duduk di samping Dika. "Dik, gue butuh bantuan lo," pinta Arin dengan wajah pilu.
"Kenapa?"
"Lo bisa bilang Tasya kalau kelas IPS lagi banyak tugas?"
"Emang kenapa?" tanya Dika sekali lagi karena tidak memahami maksud dari Arin.
"Tadi Tasya ngajak ngumpul berempat di Sugar Cafe dan gue bilang nggak bisa karena ada tugas," jelas Arin.
Kini Dika mulai curiga dengan Arin. "Ada yang lo sembunyiin, ya?"
"Hah? Nggak, kok!" seru Arin dengan panik. Rasanya ujung lidah Arin ingin sekali memberitahu Dika soal kejadian kemarin. Namun, Arin tidak ingin menjadi orang egois. Bila ia menceritakannya pada Dika, yang ada hubungan Dika dengan Tasya akan menjadi rusak.
"Emang kenapa di Sugar Cafe? Lo takut ketemu sama Veron yang bakal gangguin?" tanya Dika. "Udah lah tenang aja Rin, gue sama Rizky bakal usir dia."
"Bukan gitu, Dik," ujar Arin. Arin mendengkus pelan. "Gue nggak bisa kasih tahu lo sekarang, cuma gue janji akan cerita ini sama lo. Do you trust me?" tanya Arin dengan wajah penuh harap.
Dika mengangguk terpaksa meski dirinya masih penasaran dengan apa yang Arin sembunyikan.
🎹
Saat jam istirahat, mereka tidak lagi kumpul berempat. Rizky bersama dengan teman-teman laki-laki kelas IPAnya dan Arin dengan teman-teman perempuan IPSnya.
Dika pun memahami maksud Arin tadi pagi memintanya untuk berbohong pada Tasya. Sepertinya Rizky dan Arin sedang bertengkar sehingga mereka tidak duduk bersama di kantin.
"Mereka berantem lagi?" tanya Tasya yang duduk dihadapan Dika.
"Kayaknya sih, Sya," ujar Dika. "Apa karena Arin nolak Rizky?"
"WHAT?" Tasya membelalakan matanya. "Emang Rizky nembak Arin kemarin?" tanya Tasya tidak percaya.
"Iya, kemarin Rizky cerita sama aku, Sya, dan minta saran," jelas Dika. Kemarin Rizky sempat meminta saran pada Dika karena sebenarnya Dika sudah tahu perasaan Rizky pada Arin sejak lama.
"Kok Arin nggak cerita apa-apa soal kejadian kemarin?" keluh Tasya sambil melihat Arin yang sedang mengobrol dengan teman-teman IPSnya.
"Nggak tahu, sepertinya mereka berantem lagi," kata Dika.
"Haduh, mereka nih ya kayak anak kecil. Masa harus kita berdua terus yang jadi penengahnya?" tanya Tasya dengan nada kesal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
🎹 🎹 🎹
Jangan lupa tinggalin v o t e kalian
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘Instagram: shabrinafhuzna
KAMU SEDANG MEMBACA
Arina Ella
Fiksi RemajaCOMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupakan anak dari seorang pianis dan penyanyi terkenal, Steffie Ella. Bakat musik bundanya menurun pada Arina dan membuatnya juga ingin menjadi p...