Drisa memasuki kelas nya dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajah nya, ia masih teringat kejadian semalam saat Damar memberikan bunga mawar merah dan mengecup kening nya dengan lembut. Bahkan saat rapat osis pun wajah Damar yang salah tingkah masih terbayang di kepala nya
Drisa menghampiri Rosa yang sudah duduk di kursi barisan depan "Ca, berangkat sama Bams tadi?"
Rosa mengangguk "iya, kan lo berangkat lebih awal. Kenapa lo seneng amat?" Tanya Rosa memicingkan mata nya
"Seneng dong, seneng banget banget bangeeeet pokoknya"
"Damar pasti?"
"Iya lah, siapa lagi?"
"Dasar. Oiya, hari ini ada kampanye ketua osis baru?"
Drisa mengangguk "nanti di jam sebelum istirahat, tadi udah izin sama guru-guru yang ngajar di jam sebelum istirahat. Buat minta waktu nya 10 menit"
"Oooo gitu"
⚛⚛⚛
10 menit sebelum istirahat, setelah meminta izin pada guru yang sedang mengajar. Drisa Herlin dan para kandidat ketua osis memasuki kelas terakhir yaitu kelas Drisa.
"Assalamualaikum wr.wb, minta waktu nya sebentar ya temen-temen" suara Herlin pun terdengar menjelaskan maksud kedatangan diri nya dan juga para kandidat
Sembari para kandidat menyampaikan visi misi nya, Drisa membagikan selembaran kertas berisikan foto dan nama para kandidat.
Setelah kandidat urutan terakhir menyampaikan visi misi nya Drisa membuka suara "silahkan temen-temen semua memilih dengan cara coblos nama yang tertera di kertas yang sudah di bagikan ya"
Tiba-tiba, suara Mely membuat seisi kelas menatap ke arah nya
"Apaan sih ini? Ga penting banget anjir" kata Mely sembari mencorat coret kertas yang telah Drisa bagikan
Banyak pasang mata terbelalak melihat apa yang di lakukan Mely, terkecuali Drisa. Drisa mengepalkan kedua tangan nya ia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, mangkannya ia meminta Herlin mendatangi kelas nya di urutan terakhir saja.
"Kalau emang ga penting silahkan keluar" kata Drisa masih menahan emosi yang tidak ingin ia luapkan
Mely beranjak dari duduk nya, lalu melangkahkan kaki nya menuju pintu kelas. Saat melewat di hadapan Drisa, Mely menabrak bahu Drisa sembari mengatakan kata-kata yang seharus nya tidak keluar dari mulut nya "keluar gue! Osis ga penting! Osis nampang, sosis kali"
Mendengar itu Drisa sudah tidak bisa lagi menahan emosi nya, akhir nya kata kasar yang sudah lama ini tidak ia keluarkan pun terdengar "KELUAR LO SANA! LAGIAN GUE GA BUTUH SUARA DARI LO MAH MONYET!" Teriak Drisa
Semua orang yang berada di kelas itu mebelalakan mata nya, mungkin tidak percaya atau tidak menyangka Drisa yang di kenal lemah lembut bisa berkata seperti itu, bahkan Rosa pun tidak bisa berbuat apa-apa jika Drisa sudah seperti ini. Sebetulnya saat sekolah menengah pertama Drisa sering sekali memakai kata kasar untuk membela diri, sudah lama sekali itu tidak Drisa gunakan karna ia ingin berubah dan di hari ini suatu kesalahan Mely membuat Drisa sudah tidak bisa menahan emosi nya lagi
Mely berbalik, ia menghampiri Drisa lalu menarik kerah seragam yang Drisa pakai "ngomong apa lo tadi? Hah?!"
Bibir atas Drisa menyunggingkan senyum, bukan senyum manis yang biasa ia berikan pada Damar namun lebih terlihat senyum meremehkan. Drisa menaikan alis nya lalu melepas cekalan tangan Mely di kerah seragam nya, menghempas kan nya ke udara dengan kasar "ngomong MONYET, budek lo?!"
Mata Mely menatap Drisa tajam "eh Anjing, lo yang monyet. Lo ga takut sama gue? Hah?!" balas Mely sembari menunjuk wajah Drisa
"Jadi gue Anjing apa Monyet?! Jangan karna cewek-cewek di sini takut sama mulut barokah lo itu ya, trus gue harus takut juga gitu?! Mimpi lo ketinggian Mel!" Balas Drisa dengan sengit
Terlihat Herlin dan Rosa mencoba melerai keributan yang terjadi di kelas 12 T1 1 yang di sebabkan oleh penghuni nya sendiri, para kandidat terlihat melongo sedangkan para penghuni kelas yang dominan laki-laki malah membuat taruhan siapa yang menang dalam keributan yang terjadi.
"Lo!" Tunjuk Mely pada wajah Drisa
Drisa membusungkan dada nya terlihat seperti menantang Mely "apa?! Sama-sama makan nasi kan?"
Setelah itu Mely meninggalkan kelas begitu saja sembari membanting pintu kelas
"Orang stress" gumam Herlin yang masih bisa di dengar oleh Drisa
Drisa menghela nafas, terlihat banyak teman-teman Drisa dan juga para kandidat yang menenangkan nya "sabar Sa sabar mau puasa" kata Fadin
Terlihat Esa menghampiri Drisa "bagus Sa, kali-kali emang harus di gituin itu orang" kata Esa sembari menepuk bahu Drisa
Drisa memejamkan kedua mata nya lalu mengangguk "thanks" ucap nya, masih dengan nafas yang naik turun secara cepat Drisa mencoba meredamkan emosi nya.
"Aduh maaf banget ya jadi berantakan gini, udah pada nyoblos kan? Aku ambil ya kertas nya" kata Herlin sembari mengambil satu persatu kertas yang awal nya di bagikan
Lalu mata Drisa beralih menatap kertas yang tergeletak begitu saja di atas lantai, kertas yang ia bagikan, kertas yang berisikan foto dan nama-nama para kandidat. Tentu saja Drisa tidak terima melihat apa yang sudah ia kerjakan di rusak begitu saja, wajah para kandidat di kertas itu pun penuh coretan dan robekan. Drisa benar-benar tidak bisa menerima apa yang sudah Mely lakukan. jika hanya mulut, Drisa masih bisa menahan untuk tidak melawan namun ini benar-benar sudah keterlaluan. Apa ia tidak bisa menghargai sedikit pun? Untung saja tidak ada guru yang melihat kejadian ini, jika ada sudah pasti Drisa dan Mely akan mendapat teguran dan masuk ke ruang Bp.
Begitu lah, biasa nya orang yang besar mulut otak nya nol! Jika di diamkan akan semakin melunjak namun setelah di lawan, ia akan pergi. Ada saat nya kita harus melawan/membela diri agar tidak selalu di injak. Terkadang ada orang yang memang harus di lawan agar berhenti berbicara, mengatakan apa yang tidak seharus nya keluar dari mulut nya.
"If I wrong I'm sorry, but it's me"Drisa Anastasya
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMAR 2 (CLBK) {COMPLETED}
Teen FictionSamar 2 (CLBK) CLBK nya bukan cinta lama bersemi kembali ya tapi cinta lama belum kelar. Ini kelanjutan dari story SAMAR (Drisa&Damar) sebelum baca ini ada baiknya baca yang judul atas dulu Meskipun Drisa tau ia hanya di jadikan bahan Taruhan oleh D...