"Kau baik-baik saja?" tanya Liam pada Cassey ketika ia sudah berhasil mengusir pria barbar itu.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Cassey, tapi, keadaannya saat ini sangat berbeda dengan apa yang ia katakan. Perempuan itu benar-benar terlihat kacau dengan mulut dan hidung yang mengeluarkan darah segar serta wajah yang memutih alias pucat.
Liam mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Kenneth. Setelah memberi perintah untuk mendatangkan seorang Dokter, Liam kemudian memutuskan panggilannya.
Ia memunguti pakaian Cassey yang berserakan di lantai lalu melepaskan jas yang ia kenakan dan memberikan semua itu pada Cassey.
"Pakailah. Aku akan menunggu di luar," ucap Liam sebelum ia berlalu begitu saja.
Cassey memakai kembali pakaiannya dan menggunakan jas Liam untuk menutupi tubuh atasnya karena baju yang ia gunakan tadi telah dirobek oleh pria itu. Sungguh ... Cassey merasa berutang budi pada Liam. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya Liam tidak datang. Mungkin saat ini, ia akan jijik pada dirinya sendiri.
Cassey kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur ketika ia merasakan sakit yang luar biasa di kepala. Tidak lama berselang, Liam kembali masuk bersama seorang Dokter yang berjalan di belakangnya.
Dokter tersebut memeriksa serta membersihkan luka-luka Cassey. Setelah memberikan resep obat pada Liam dan mengatakan jika Cassey hanya perlu beristirahat untuk memulihkan keadaannya, petugas medis tersebut undur diri.
"Tidurlah. Aku akan menebus resep ini," ucap Liam sembari mengeluas puncak kepala Cassey.
Cassey menggenggam tangan Liam yang mengelus puncak kepalanya. "Jangan pergi ... a-aku takut," lirih Cassey.
"Jangan takut, kau aman di sini. Aku sudah menempatkan pengawal untuk menjaga dan mengawasimu. Aku akan kembali secepatnya," balas Liam.
Melihat senyum Liam, entah kenapa Cassey merasa tenang. Hingga pada akhirnya, ia pun menganggukkan kepala dan membiarkan Liam pergi meninggalkannya sendirian.
***
Cassey tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan Liam, Liam dan Liam. Entah kenapa, pria itu bisa membuatnya merasa aman, di saat sebenarnya tidak akan ada kata 'aman' untuk Cassey. Tidak! Cassey tidak boleh jatuh hati pada Liam. Bahkan tidak juga untuk siapa pun.
Cassey pura-pura tidur ketika ia mendengar suara pintu berderit karena terbuka dan yang masuk adalah Liam.
Liam menaruh kantong obat di nakas yang berada tidak jauh dari kasur. Ia kembali mengusap puncak kepala Cassey dan berbisik tepat di telinga perempuan itu. "Tidur yang nyenyak dan cepat sembuh, Gadis Manis."
Damn!
Kata-kata Liam terdengar begitu manis sehingga sukses membuat Cassey terhipnotis dan tanpa sadar akhirnya ia tertidur dengan nyenyak.
---
Cassey terbangun dari tidur ketika jam menunjukkan pukul delapan malam. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa sakit dan mengerjapkan mata.
"Sudah merasa lebih baik?" Sebuah suara terdengar. Itu milik Liam.
Cassey tersenyum. "Kau masih di sini?" tanyanya.
"Ya. Aku akan memesan makanan untukmu, setelah itu kau harus minum obat," ucap Liam. Ia mengambil ponsel yang berada di sakunya dan menghubungi seseorang.
"Kenapa kau membantuku?" tanya Cassey ketika Liam sudah memutuskan panggilannya.
"Kenapa?" Liam malah bertanya balik. "Kau tidak suka jika aku membantumu?" sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...