My Bad Prince | Chap 38 - Me

18.8K 1.3K 62
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liam memukul dinding, tak peduli jika tangannya kini sudah memerah dan mungkin esok hari akan menjadi lebam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liam memukul dinding, tak peduli jika tangannya kini sudah memerah dan mungkin esok hari akan menjadi lebam. Liam baru mengenal Cassey dan entah kenapa keunikan serta senyum manis dari wanita itu membuat Liam merasa tertarik padanya. Liam merasa ada sesuatu yang berbeda dari Cassey yang tidak dimiliki oleh perempuan lain, setidaknya dari wanita yang pernah ia temui.

Liam tidak benar-benar mengerti akan perasaannya, tapi ia merasa jika dirinya harus melindungi Cassey. Sejujurnya, Liam memang kerap kali berganti pasangan. Namun, baru kali ini Liam merasa sangat tertarik pada satu wanita dan orang itu adalah Cassey. Bahkan Liam tidak pernah bisa mengkategorikan Cassey sebagai gebetan karena pada nyatanya mereka memang tidak sedekat itu. Sungguh, Liam tidak tahu datang dari mana dan kapan perasaan itu hadir.

Walaupun mungkin dulu, Liam terlihat menyukai Brianca. Namun, sejujurnya itu hanyalah akal-akalannya untuk menyadarkan James jika Brianca itu berharga dan kalaupun dia sering menggoda Brianca, bukan berarti Liam benar-benar suka padanya. Tidak. Liam melakukan itu semata-mata hanya karena ia senang membuat James marah.

Liam mengusap wajahnya dengan kasar, lalu ia masuk ke ruangan Cassey dan langsung menggenggam erat tangan wanita yang kini masih terbaring lemah itu. Sesekali, Liam juga mengecup punggung tangan Cassey.

Liam mengambil ponselnya. "Pastikan jika kalian berhasil menangkap Wilco dan membawanya dalam keadaan hidup ke hadapanku. Cih! Aku tidak sudi membiarkannya mati dengan mudah!" ucap Liam ketika panggilannya diangkat oleh Kenneth. Tanpa mau menunggu balasan dari Kenneth, Liam memutuskan telepon dan membuang benda pipih mahal miliknya ke sembarangan arah.

Liam sedang menggenggam tangan Cassey ketika wanita itu menggerakkan jarinya. "Cassey?" sapa Liam pelan. Liam berusaha terlihat setenang mungkin.

"Li-am?" ucap Cassey dengan suara sangat kecil yang bahkan terdengar seperti bisikkan. "Ah!" rintih Cassey ketika sekujur tubuhnya terasa sangat sakit ketika digerakkan.

"Jangan bergerak dulu, lukamu masih belum kering." Liam menahan tubuh Cassey agar kembali ke posisi semula.

"Liam, aku takut," sambung Cassey lagi sembari memegang tangan Liam. Satu tetes air mata mengalir di pipi mulusnya. Liam langsung memeluk Cassey saat itu juga. Liam tidak mengeluarkan satu kata pun, ia hanya menjadi pendengar yang baik.

Liam tak kuasa menahan air mata ketika ia mendengar Cassey terus-terusan berkata jika dia takut. Wanita itu terlihat sangat rapuh sekarang. Liam melepas pelukannya. Ia menghapus air mata Cassey dengan kedua tangan. "Hei, I'm here ... I promise that I will protect you."

"Please, don't cry," sambung Liam lagi.

"Liam, me-re-ka ... mereka ...."

Liam membungkam mulut Cassey dengan tangannya. "Ssstt!"

Cassey menggelengkan kepala seolah meminta Liam untuk membiarkannya berbicara, air mata semakin deras mengalir di pipi Cassey yang sudah mulai memerah. "Mereka menyentuhku ... mereka memperlakukanku dengan kasar. Aku hina, Liam. Bahkan rasanya aku jauh lebih hina dari bin--" Ucapan Cassey terpotong karena Liam tiba-tiba saja membungkam mulutnya dengan bibir pria itu.

Cassey hanya bisa membatu, ia sangat shock dengan tindakan Liam yang sangat tiba-tiba itu. Cassey rasanya ingin memberontak, tapi lumatan, isapan, serta permainan lidah Liam di bibirnya terasa sangat berbeda. Ia tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya. Liam menciumnya dengan sangat pelan, dalam, dan terkesan sangat hati-hati.

Liam melepaskan ciuman tersebut dan menatap Cassey dengan sangat intens. "Aku tidak suka mendengar jika kau merendahkan dirimu sendiri."

"Kenapa kau menolongku? Kenapa kau tidak membiarkanku mati saja, Liam! Ke-na-pa ...." Cassey kembali terisak. Ia tak peduli dengan rasa sakit di sekujur tubuh karena rasa perih di hatinya sudah mendominasi. Cassey berusaha melepas infus yang tertancap di tangannya.

"Cassey! Apa yang kau lakukan?!" Liam menahan Cassey. Ia kembali membawa Cassey ke dalam pelukannya. Cassey memberontak, ia juga memukuli tubuh Liam agar pria itu menjauh. Namun, Liam justru semakin mempererat dekapan pada tubuh Cassey.

"Liam, lepaskan! Aku sudah tidak pantas hidup! Kau seharusnya tidak menolongku dan biarkan saja aku mati di gedung tua itu!" teriak Cassey dengan histeris.

"Cassey! Tenanglah!" Liam meninggikan nada suaranya.

"Kenapa, Liam ... kenapa? Apa salahku, kenapa ayahku sendiri sangat membenci diriku hingga ia tega menyuruh anak buahnya memperlakukanku dengan begitu buruk?! Kena ... pa, Liam?" tanya Cassey dengan lirih.

"Cassey, please. Stop it! Jangan buat lukamu kembali terbuka! Kumohon ...."

Setelah Liam merasa Cassey mulai sedikit tenang, Liam kembali berkata, "Tenanglah, Cassey. Aku berjanji akan menjagamu mulai sekarang. Kau akan aman bersamaku."

"Tidak, Liam. Aku hanya akan menyusahkanmu. Sebaiknya kau menjauh saja dari hidupku! Aku tidak ingin kau terkena masalah."

Liam menggelengkan kepala, Cassey bisa merasakan gerakan itu karena Liam masih mendekapnya. "Tidak. Aku tidak akan pergi. Aku akan selalu ada di sisimu. Aku akan menjagamu. Aku janji."

"Kenapa? Kenapa kau mau menolongku? Kau tidak tahu aku ini siapa. Sebaiknya kau jauhi saja aku. Aku tidak ingin membuatmu kecewa, Liam."

Liam menggelengkan kepalanya lagi. Ia melepaskan pelukannya, lalu menakup wajah Cassey dengan kedua tangan. "Dengar, aku sudah tahu semua tentangmu. Bahkan aku tahu jika ayahmu adalah Wilco."

"Lalu, kenapa kau masih mau menolongku jika kau sudah mengetahui siapa ayahku? Ayahku sudah berbuat jahat pada keluargamu, Liam. Kau tidak seharusnya menolong anaknya ketika ia membuat kedua orang tuamu kehilangan anak mereka."

"Jadi kau mengetahui apa yang dilakukan ayahmu pada keluargaku?"

Cassey menganggukkan kepala. "Maka dari itu, aku memintamu untuk menjauhiku. Aku tidak mau membuatmu kembali terlibat masalah dengannya, Liam."

"Inilah alasan kenapa aku ingin menjagamu, Cassey. Kau itu berbeda. Kau tidak sepertinya. Kau tidak jahat seperti dia dan kau pantas untuk dilindungi."

"Liam, please ... kau tidak tahu seberapa jahatnya dia. Dia bisa melakukan apa saja padamu."

"Maka aku juga bisa melakukan apa saja padanya. Kau sudah mengetahui kedudukanku, Cassey," potong Liam cepat.

"Liam ... kau tidak mengerti,"

"Apa yang aku tidak mengerti, Cassey?! Dengar, dia sudah hampir membuat orang yang kusayang pergi meninggalkanku untuk kedua kalinya. Akan kubuat dia menyesal karena sudah berurusan denganku lagi."

"Bajingan! Dia benar-benar sudah keterlaluan. Katakan, siapa lagi orang yang menjadi korbannya? Keluargamu? Kekasihmu?" tanya Cassey.

"Kau."

"Aku?" 

___

TO BE CONTINUED 

With love,

Itsviy (11.09.2018)

Tanggal di publish ulang: 21.04.2020

MY BAD PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang