"Argh!" erang pelaku tersebut ketika Liam menggoreskan pisau ke sisi kiri wajahnya.
"Jadi, apa kau masih tidak mau mengatakan siapa yang menyuruhmu?" tanya Liam sekali lagi.
Orang tersebut lagi-lagi tetap bungkam walau rintihan terkadang keluar dari mulutnya. Melihat keteguhan itu membuat Liam justru semakin geram, hingga ia kembali menggoreskan pisau tadi, tetapi di wajah bagian kanan dan luka yang ia buat kali ini lebih panjang dan lebih dalam daripada sebelumnya.
"Masih tidak mau mengakuinya?"
Satu detik ....
Dua detik ....
Tiga detik ....
Bugh! Liam mulai kehabisan kesabaran. Ia memberikan satu pukulan tepat di ulu hati pria tersebut hingga membuatnya terbatuk-batuk dan merintih kesakitan.
"Niel, bukankah kau dulu sempat kuliah jurusan kedokteran?" tanya Liam.
Daniel menganggukkan kepalanya. "Hanya sebentar."
"Katakan di mana aku harus menancapkan pisau ini, tapi tidak membuatnya langsung mati? Aku ingin dia merasakan tusukan serta goresan yang akan kuukir di kulitnya," ucap Liam sembari mengeluarkan seringai misteriusnya.
"KENAPA KAU TIDAK LANGSUNG MEMBUNUHKU SAJA KARENA SAMPAI MATI PUN AKU TIDAK AKAN MEMBERITAHUMU INFORMASI YANG KAU INGINKAN!" teriak orang tersebut. Liam agak tersentak mendengar jeritan pria itu karena awalnya Liam pikir dia tidak bisa berbicara.
Liam terkekeh. "Siapa namamu?"
Orang tersebut menatap Liam dengan tajam. Liam agak salut dengan keberaniannya.
"JAWAB!!!" teriak Liam sambil menekan kedua luka yang berada diwajah orang tersebut.
Pria itu merintih kesakitan, bahkan sebulir air jatuh dari matanya, dia menangis, tapi Liam tidak merasakan sedikit pun rasa kasian, ia bahkan semakin muak melihat kebungkaman lelaki ini.
Liam kembali menekan luka pria itu. "Argh! M-mike, namaku Mike!" ucapnya dengan susah payah.
"Mike, eh? Dengarkan aku, Mike. Kau ingin keluar dari tempat ini dalam keadaan hidup?"
"Jika imbalannya adalah dengan memberitahumu siapa atasanku, aku lebih memilih mengorbankan nyawaku sendiri daripada aku harus mengorbankan nyawa keluargaku!" ujar Mike.
Liam menganggukkan kepala. "Jadi keluargamu sedang dalam keadaan bahaya, huh?" tanyanya. "Bagaimana jika aku memberikan tawaran yang bagus, beritahu aku siapa atasanmu dan di mana dia berada, maka aku akan menjamin keselamatanmu dan juga keselamatan keluargamu?"
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
Liam mengangkat dagu Mike sehingga membuat matanya dan juga mata Mike kini saling bertatapan. "Jika kau tidak mempercayaiku maka malaikat kematian akan menyambut kedatanganmu dan juga kedatangan keluargamu."
"APA MAKSUDMU?!"
"Kau tidak mengerti maksudku? Ternyata dugaanku benar, kau adalah orang yang bodoh. Apa sejak awal kau berpikir jika atasanmu itu akan membiarkan keluargamu hidup walau kau mengorbankan nyawamu sendiri? Jika memang kau berpikiran demikian, maka kuburlah dalam-dalam pikiranmu itu. Percaya padaku jika atasanmu juga akan membunuh keluargamu jika tahu, kau berhasil aku tangkap."
"Argghhh!"
"Ops! Tidak sengaja," ujar Liam. Ia baru saja kembali menggoreskan pisaunya di lengan bagian atas Mike.
"Siapa kalian sebenarnya? Kenapa aku dan keluargaku yang harus menjadi tumbalnya?!" ucap Mike seolah tidak terima dengan keadaan yang sedang mendesaknya. Air mata sudah mengalir dengan deras di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...