Saat ini, Cassey sedang berdiri di balkon yang langsung menghadap ke arah taman belakang rumah yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga. Cuaca hari ini sangat cerah dan sangat berbanding terbalik dengan perasaan Cassey yang seolah sedang diliputi oleh kabut tebal. Cassey sedang memperhatikan sebuah kalender yang ada digenggamannya. Hari ini adalah hari minggu, hari di mana pernikahannya dengan Liam rencananya akan dilangsungkan. Namun, semuanya hanya rencana dan tidak akan terealisasikan karena satu hal. Satu hal yang sampai saat ini masih membuat Cassey bingung harus menerimanya atau menolaknya.
"Hai, aku mencarimu ke mana-mana, ternyata kau di sini. Sedang apa?" tanya seseorang yang memiliki harum yang begitu khas hingga membuat Cassey merasa rileks.
"Tidak ada. Aku hanya sedang ingin melihat taman. Kau merawat tamanmu dengan sangat baik." Otak Cassey ternyata bisa bekerja lebih cepat di saat genting seperti ini. Berbohong adalah pilihan terbaik karena Cassey tidak ingin membuat orang lain lagi-lagi mengkhawatirkan keadaannya.
"Bukan aku yang merawatnya namun Adelle."
"Adelle?"
"Ya, pekerjaku. Dia memang aku tugaskan untuk merawat taman," jelasnya.
Cassey membuka mulutnya membentuk huruf 'O" sebelum akhirnya kembali berkata, "Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"
"Belum."
"Lalu, kenapa kau kemari?"
"Karena aku merindukamu."
"Oh, Liam .... Kau sungguh—"
"Manis?" potong Liam dengan cepat.
"Berlebihan," ralat Cassey.
Liam terkekeh lalu ia menarik lengan Cassey dan membawa tubuh mungil wanita itu ke dalam dekapannya. "Tidak melihatmu lima menit saja rasanya aku ingin mati."
"Eh?"
"Iya, mati," ujar Liam sambil menghela napas berat, "Mati karena merindu." Kelanjutan kalimat Liam sukses membuat dirinya mendapatkan satu cubitan kecil di lengan kiri. Siapa lagi pelakunya jika bukan Cassey?
"Kenapa kau mencubitku?" protes Liam sembari memasang tampang cemberut. Membuat Cassey gemas dan kembali mencubitinya. Namun, kali ini di pipi.
"Baby yang memintaku untuk mencubiti Uncle-nya."
"Uncle?" Liam melepaskan pelukannya dan menatap Cassey dalam. "Seriously, Uncle?"
Cassey menganggukkan kepalanya dengan ragu.
"Oh, c'mon, Cassey. Apa kau lupa dua hari yang lalu kau sudah mengizinkanku untuk mennjadi ayah dari anakmu?"
"Tidak," jawab Cassey cepat. Ia sangat ingat momen di mana Liam terlihat sangat manis sepanjang ia mengenal pria itu. Momen di mana Liam memohon kepadanya agar diberikan izin untuk menjadi ayah angkat sekaligus ayah bagi calon anaknya kelak.
'Yang menjadi bagian dari hidupmu adalah bagian hidupku juga' Cassey sangat mengingat kata-kata Liam saat itu. Oh Tuhan ... Liamnya sungguh manis dan baik hati.
"Lalu, kenapa Baby dikandunganmu memanggilku Uncle?" ucapan Liam sukses menarik Cassey keluar dari bayang-bayang kejadian dua hari yang lalu. Momen yang akan dikenangnya seumur hidup.
"Karena kau memang bu—"
"Persetan dengan itu, Cassey! Aku tidak peduli! Baby harus memanggilku dengan sebutan Daddy sekalipun dia bukan anak kandungku." Liam tampak marah.
"Liam! Kenapa kau membentakku! Baby tidak suka Daddynya membentak Mommynya! Padahal tadi, Baby hanya bercanda."
"Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...