"WHAT THE FUCK IS THIS?!" umpat Liam ketika ia sudah selesai membaca isi pesan yang ditinggalkan oleh pembunuh maid-nya tersebut. Walaupun di sana tertera nama Cassey, tapi Liam sangat yakin jika bukan dia pelaku yang sebenarnya.
Liam segera menghubungi Kenneth dan juga para sahabatnya. Selagi menunggu, ia pergi ke ruangan CCTV untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.
"FUCK!!!" Lagi-lagi umpatan yang keluar dari mulut Liam. Ia tidak bisa mendapatkan bukti karena ternyata semua CCTV mati. Melihat itu, ia semakin yakin jika bukan Cassey pelakunya. Atau, kalau pun benar Cassey, maka perempuan itu pasti tidak melakukan kejahatan ini seorang diri.
"Boss, apa yang terjadi?!" Terdengar suara teriakan Kenneth dari arah bawah.
"Ken, ruangan CCTV!" teriak Liam.
Tidak memerlukan waktu lama, Kenneth sudah berada di hadapan Liam dengan napas terengah-engah. "Boss, kau baik-baik saja?" tanyanya, bertepatan dengan itu, para sahabat Liam pun datang, mulai dari James, Axel, Daniel, dan juga Michael.
"Shit! Apa yang sedang terjadi di sini, Liam?" tanya Axel.
"Cassey dalam bahaya," racau Liam begitu saja.
James mengerutkan kening. "Cassey?" ucapnya.
Liam memberikan pesan tadi. James membaca isi kertas tersebut dengan suara yang besar agar semuanya dapat mendengar.
"Tidak, Liam. Bukan dia yang sedang dalam masalah, tapi KAU! Dia itu psikopat, Liam! Dia bisa saja membuatmu celaka!" teriak Axel.
"DIA TIDAK AKAN MELUKAIKU, A!" Entah kenapa Liam sangat emosi ketika mendengar Axel mulai mengatakan hal yang tidak-tidak tentang Cassey. Saat ini, ia memang sudah memikirkan dua kemungkinan. Pertama, bukan Cassey yang melakukannya, tapi orang lain yang menggunakan nama Cassey dan kedua, memang benar Cassey yang membunuh, tapi ia dibantu oleh orang lain.
Dan dari dua kemungkinan itu, entah kenapa Liam sangat yakin jika Cassey bukan pelakunya, tapi jika memang benar dia yang melakukan ini, lantas apa tujuannya dan ke mana dia sekarang?
"Kau sudah memeriksa CCTV?" tanya James.
"CCTV dimatikan oleh pelakunya. Ken, aku mau kau mengurus jasad maid itu. Jangan sampai polisi mengetahui kejadian ini," perintah Liam.
Setelah menyanggupi perintah dari Liam, Kenneth keluar dari ruangan tersebut.
"Holy shit! Apa yang kau pikirkan, Liam? Melindungi gadis itu? Dia sudah melakukan tindak kriminal!!!" Kali ini Michael yang angkat bicara.
Daniel mengambil posisi duduk di samping Liam. "Kau tidak lupa dengan kamera rahasia yang kau pasang di setiap rumah milikmu, 'kan?"
Shit! Daniel benar. Liam memang memasang kamera khusus dengan berbagai bentuk, mulai dari pena, gantungan, dan masih banyak lagi. Kenapa Liam tidak mengingatnya tadi?
Liam segera mengambil dan membuka laptop khusus yang sudah disetel agar tersambung dengan kamera rahasia tersebut.
"HOLY FUCK!" umpat Liam untuk kesekian kalinya. Daniel langsung mengambil alih laptop tersebut.
"Hanya tersisa satu kamera yang tidak retak dan rekaman ini tidak cukup banyak membantu, sial!" ucap Daniel sambil terus mengotak-atik laptop.
"Boss, jasadnya sudah diurus. Hasil deteksi menggunakan alat perekam jejak kaki menunjukkan jika tadi tidak hanya satu orang yang ada di sini. Perkiraannya paling tidak ada tujuh sampai sepuluh orang."
James terkekeh mendengar penuturan Kenneth dan tawa tersebut mendapatkan tatapan bingung dari semua orang. Bisa-bisanya di keadaan genting seperti ini, James masih bisa tergelak.
"Kau sepertinya memiliki musuh yang kuat, Liam," ucap James. "Dan apa tujuanmu menyuruh kami ke sini adalah untuk membantumu? Jika memang itu, maka kau kurang beruntung karena aku tidak ingin berurusan dengan seorang psikopat. Anakku masih kecil dan saat ini Brianca sedang mengandung lagi," sambungnya, belum sempat Liam menyahut, James sudah keluar dari ruangan itu.
Shit! Sahabat macam apa itu?!
"Aku juga," ucap Axel dan Michael secara bersamaan.
Double shit! Liam merasa menyesal telah menghubungi mereka.
Sekarang yang tersisa hanya tinggal Daniel. Daniel menatap Liam dengan iba, Liam sangat benci ditatap seperti itu.
"Kau juga bisa pergi jika tidak ingin terlibat dalam kasus ini, Niel," ucap Liam.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu Liam, tapi aku juga tidak bisa membantumu karena kau tahu sendiri, aku tidak pernah berurusan dengan orang sejenis ini. Harusnya kau mengandalkan James atau Axel karena di antara kita, hanya mereka berdualah yang paling banyak masalah."
Triple shit!
Liam mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Ken, terus suruh orang untuk melacak kasus ini."
"Baik, Boss, tapi, aku tidak yakin jika kita akan menyelesaikan kasus ini dengan cepat mengingat hampir semua orang yang kita miliki sedang menjalankan tugasnya masing-masing."
Kenneth benar, Liam memang memerintahkan beberapa orang untuk menyelidiki soal Wilco, Deric, serta mencari tahu tentang keberadaan Emelia, orang yang memasukkan Cassey ke dalam rumah sakit jiwa.
Baru saja Liam ingin berbicara, tiba-tiba saja segerombolan orang berpakaian serba hitam yang diperkirakaan berjumlah 20 orang datang memenuhi ruangan tersebut.
"Kami ditugaskan oleh Tuan James, Axel, dan juga Michael untuk membantu Anda, Tuan," ucap seorang pria berkepala botak yang memang Liam ketahui sebagai anak buah andalan James.
"Kau beruntung, Liam. Aku juga akan menugaskan anak buahku untuk membantumu," ucap Daniel di samping Liam.
"Terima kasih, Niel."
Selagi Liam sibuk membagi tugas, tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca. Kenneth segera berlari ke sumber suara.
"Tanggap pelakunya!" perintah Liam.
Kenneth kembali ke ruangan tersebut sembari membawa sebuah kotak berwarna coklat. Benda tersebut berisi foto Cassey yang sedang memegang pisau dengan darah, serta maid yang terbaring tak berdaya di dekatnya. Di belakang gambar tersebut tertulis :
Sudah kukatakan, aku akan pergi jauh.
Jangan pernah mencampuri urusanku, Liam.
Aku tidak akan mengganggumu asal kau juga tidak mengusik hidupku.
Kuharap kau mengerti dengan pesanku ini.
"Tuan, kami berhasil menangkap pelakunya," ucap seorang anak buah James yang memang pada saat itu langsung bergegas.
Bugh!
Anak buah James mendorong tubuh si pelaku hingga ia menubruk lantai dan kemudian menariknya lagi, sehingga sekarang ia sedang bersujud di depan Liam.
"KATAKAN, SIAPA YANG MENYURUHMU?!" teriak Liam.
"KATAKAN!!!" teriak anak buah James ketika tak kunjung ada jawaban. Ia juga menjambak rambut pelaku hingga wajahnya menghadap ke arah Liam.
"Ck! Jika suara saja tak bisa membuatmu berbicara, maka bagaimana jika benda ini yang bekerja?" Seringai Liam sambil mengangkat sebilah pisau.
___
TO BE CONTINUED
Jangan lupa vote dan comment yang banyak ya, hehehe
Follow juga instagram : itsviy_
Terima kasih.
With love,
Itsviy (20.08.2018)
Tanggal di publish ulang: 15.04.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...