Cassey masih terjaga bahkan ketika matahari sudah hendak muncul lagi ke permukaan. Semua ini gara-gara Liam. Perkataan pria itu berhasil membuatnya tak dapat tidur semalaman. Bahkan rasa mual yang beberapa hari belakangan ini selalu menyerang Cassey seolah kalah dengan perasaannya kali ini. Perasaan senang, terharu, takut semuanya bercampur aduk menjadi satu.
Tiga hari lagi pemberkatan sekaligus pesta pernikahannya akan berlangsung. Itu berarti dalam waktu tiga hari ke depan statusnya akan berubah menjadi Mrs. Wright. Oh, ayolah ... apakah ia siap?
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi di saat Cassey baru saja merasakan kantuk yang mulai menghampirinya. Baru saja ia terlelap, ia mendengar suara Lensy yang mengetok-ngetok pintu kamar sekaligus sesekali meneriakan nama Cassey. Sial!
Dengan perasaan enggan, Cassey bangun dari tidurnya dan membukakan pintu untuk Lensy.
"Selamat pagi, calon istri pengusaha terkaya di New York!" sapa Lensy dengan senyum mengembang.
Cassey menoyor pelan kepala Lensy dan berdecak. "Ck! Kau sangat menganggu tidurku, Lensy! Pergilah!"
Ketika Cassey hendak menutup pintu kamar, Lensy segera menahannya. "Eits! Tunggu! Kau harus sarapan. Terhitung dari hari ini sampai dua hari ke depan, kau menjadi tanggung jawabku! Jadi aku harus memastikan kau dalam keadaan sehat sampai pesta pernikahanmu selesai."
Cassey mendesis dan sedikit menggeleng. Sepertinya kepala Lensy tadi pagi menabrak pintu. Tidak biasanya ia seperhatian ini. "Ayo sarapan!" seru Lensy sambil menarik lengan Cassey.
"Lensy! Oh c'mon ... aku belum lapar dan aku masih mengantuk!" protes Cassey walaupun kakinya melangkah dengan pasrah mengikuti langkah Lensy menuju ruang makan.
Lensy mengeram kesal. "Kau bisa tidur lagi setelah menghabiskan sarapanmu, Cassey! Akhir-akhir ini kuperhatikan jadwal makanmu sangat berantakan. Kau tidak ingin sakit menjelang hari paling berharga di hidupmu, 'kan?"
Oh sial! Lensy benar. Liam sudah mempersiapkan semuanya dan hanya menyuruh Cassey untuk mempersiapkan diri. Ya, sepertinya Cassey harus memperbaiki jadwal makannya mulai sekarang.
Cassey duduk, sedangkan Lensy sedang sibuk mengambil sarapan yang sudah dimasaknya di dapur dan kemudian menghidangkannya tepat di hadapan Cassey.
"Taraaa! Mac n cheese! Ini salah satu makanan kesukaanmu, 'kan?"
Cassey menganggukkan kepalanya. Mac n cheese memang salah satu makanan kesukaannya namun entah mengapa yang dirasakan Cassey saat ini adalah mual! Bahkan hanya sekedar mencium bau makanan itu saja sudah membuatnya ingin muntah. Namun, karena ingin menghargai kebaikan Lensy, Cassey berusaha membuang jauh-jauh perasaan eneknya dan mengunyah makanannya dengan susah payah.
Satu sedokan berhasil di telannya. Sedokan kedua dan ketiga juga berhasil dilaluinya walaupun dengan susah payah dan sampailah di sedokan keempat ....
"Mau ke mana?" teriak Lensy ketika melihat Cassey berlarian ke arah toilet sambil menutupi mulutnya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain memegangi perutnya.
"Huek!" Cassey mengeluarkan semua mac n cheese yang baru saja ditelannya ke kloset. Bukan! Ia muntah bukan karena makanan buatan Lensy tidak enak. Yah walaupun ia memang sering muntah atau bahkan diare sehabis memakan makanan buatan Lensy. Namun, kali ini bukan karena itu. Cassey memang merasa ada yang salah pada dirinya beberapa hari belakangan ini. Ia sering kali merasa mual di pagi hari, alasan itulah juga yang membuatnya selalu melewatkan jam sarapannya.
"Cassey, astaga! Kau pucat sekali! Maafkan aku. Seharusnya aku pergi membelikanmu sarapan bukannya malah nekat memasak sendiri," ucap Lensy dengan panik saat melihat Cassey keluar dari toilet dengan wajah pucat seperti mayat hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...