Jessica semakin mendekati kedua insan yang terlihat begitu mesra di hadapannya. "Oh, c'mon. Jangan melihatku seolah kalian sedang melihat hantus," protes Jessica ketika melihat mimik kedua orang yang ia kenal itu begitu tegang.
"Mau apa kau kemari?" tanya Liam to the point. Ia bahkan secara terang-terangan menunjukkan ketidaktertarikannya atas kehadiran Jessica.
Jessica mengedikkan bahu, ia menarik kursi di hadapan Liam dan tanpa dipersilakkan untuk duduk, ia sudah terlebih dahulu mendaratkan bokongnya ke busa kursi tersebut. "Tidak seperti yang kalian pikirkan," jawabnya, kemudian ia sibuk mencari sesuatu di dalam tas yang ia bawa, baik Liam maupun Cassey hanya diam memperhatikan Jessica. "Ini, untuk kalian."
Liam mengambil barang pemberian Jessica tersebut. "Undangan?" ujarnya kemudian yang mendapatkan anggukkan dari Jessica.
"Pernikahanku dengan Jason," terangnya.
"Oh, shit! Jangan menatapku seperti itu, Liam! Kau menjengkelkan!" umpat Jessica ketika menyadari tatapan menyelidik sekaligus penasaran dari pria di hadapannya itu.
Jessica menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Fine! Sejujurnya selama ini aku memang sudah berhubungan lama dengan Jason. Alasanku bertingkah laku seolah menyukai dirimu itu atas permintaan Daddy-mu!" jelas Jessica.
Liam menaikkan sebelah alis, seolah meminta Jessica untuk melanjutkan ceritanya. "Demi Tuhan ... aku tidak berniat membohongimu selama ini, tapi aku menyayangi Alexander sama seperti aku menyayangi Daddy-ku sendiri. Alexander tau, kau tidak mungkin mau menikahiku begitu pun denganku. Maka dari itu, dia bersandiwara untuk menjodohkan kita berdua. Dia tau jika dia terus menerus memaksamu untuk menikahiku, maka kau pasti akan bertindak, setidaknya kau akan mulai mencari tambatan hatimu sendiri." Jessica terdiam sejenak dan melirik ke arah Cassey yang saat ini masih duduk di pangkuan Liam. "Dan kurasa sepertinya ide Alexander berhasil," ucap Jessica yang diiringi kekehan ringan.
Liam yang akhirnya paham kenapa Daddy-nya selama ini bertingkah menyebalkan akhirnya ikut terkekeh. "Kau benar. Sepertinya usaha Pak Tua itu berhasil."
Jessica menatap Liam, begitupula sebaliknya, ada perasaan rindu yang terpancar di dalam tatapan keduanya. Bagaimanapun juga, walaupun sekarang Liam terlihat menjaga jarak dengan Jessica. Namun, tidak bisa dipungkiri jika pria itu menyayangi Jessica, sebagai sahabat, tentunya.
"Btw, berjanjilah untuk tidak menghindariku lagi! Kau sungguh menyebalkan ketika berusaha menghindariku, Liam!" protes Jessica ketika ia teringat akan momen-momen di mana Liam berusaha menjaga jarak darinya.
Liam mengulurkan tangan untuk mengusap pelan punggung tangan Jessica yang berada di atas meja kerjanya. "Aku tidak akan menjauhimu lagi," ucapnya dengan nada serius. "Lagi pula, siapa juga yang menyuruhmu menyetujui sandiwara Pak Tua itu. Kau tahu, kau begitu menggelikan ketika menggodaku!"
Jessica terbahak. "Dan kau sendiri juga harus tau, wajahmu begitu lucu ketika kugoda. Demi Tuhan, Liam ... kau sangat imut saat itu."
Melihat keakraban keduanya membuat Cassey tanpa sadar cemberut. Wajahnya semakin tertekuk dua belas kali lipat ketika mendapati Jessica menggenggam erat tangan Liam dan berkata, "Selama kau menghindariku, aku seperti kehilangan teman curhat! Menyebalkan! Pokoknya, kau harus mengosongkan jadwal satu hari full untuk pergi dan mendengarkan ceritaku!"
Liam baru saja ingin membalas, tapi Jessica dengan cepat memotongnya, "Tidak ada penolakan, Liam! Kecuali jika kau mau aku hapus dari list sahabatku!" ancam Jesica.
Mendengar ancaman Jessica akhirnya Liam pun mengangguk. "Okay, fine. Aku akan minta Kenneth untuk mengosongkan jadwalku besok. Kujemput di apartemenmu jam sepuluh pagi. Bagaimana, kau setuju?" ucapnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...