Cassey semakin yakin jika Liam memang sudah tidak waras karena ia percaya rasa bubur yang dibuat oleh Lensy pasti tidak karuan, tapi, apa yang ia percayai menjadi sedikit goyah ketika melihat Liam melahap sarapannya hingga tandas tak bersisa.
Bahkan, setelah Lensy undur diri untuk pergi kerja pun, Liam tetap terlihat biasa saja. Entah pria itu memang pemakan segalanya atau Lensy mendadak jadi jago masak. Entahlah, Cassey tidak terlalu peduli, tapi pikiran Cassey sedikit terusik ketika melihat perubahan di wajah Liam.
"Kau mau ke mana?" tanya Cassey ketika ia melihat Liam hendak berjalan ke arah pintu keluar. Pria itu tampak sangat terburu-buru.
"Pulang," jawabnya tanpa mau menoleh sedikit pun.
"Kenapa terburu-buru?" tanya Cassey yang mendadak curiga, ketika ia menyadari wajah Liam berubah menjadi memerah dengan mata yang sudah berair.
"Ada urusan yang harus aku kerjakan."
"Liam! Tunggu!" Cassey lagi-lagi menahan Liam untuk pergi.
"Ada apa lagi, Cassey?"
"Oh, astaga! Wajahmu ... apa kau merasa pusing?" Cassey mendadak khawatir. Ia membingkai pipi Liam dengan kedua tangannya. Ia jadi takut Liam akan mengalami kejadian yang sama dengan yang ia pernah alami, keracunan.
"Aku baik-baik saja. Menjauhlah, Cassey!" perintah Liam.
"Wajahmu sangat merah, Liam! Matamu juga berair. Apa kau yakin kau baik-baik saja?"
"Minggir!"
"Tidak! Aku tidak mau dituduh bersalah jika ada hal yang buruk terjadi padamu!"
"Kau mengkhawatirkan aku? So sweet sekali ...."
"Seriously, Liam?! Di saat seperti ini kau masih saja terlalu percaya diri!" Cassey melepaskan tangannya dari wajah Liam.
"Cassey, aku ingin ...," ucap Liam sembari menumpukan satu tangannya di pundak Cassey.
"Heh?"
Huek!
"OH ... MY GOD!!!" pekik Cassey ketika Liam muntah tepat di baju yang ia pakai.
"Liam, please! Kenapa aku selalu sial jika berada di dekatmu!!!" teriak Cassey dengan frustrasi.
"Oh, Tuhan! Jauhkan aku dari orang pembawa sial itu ...," ucap Cassey sembari berjalan ke arah kamar mandi.
Cassey membuka pakaian dengan perasaan jijik. Ia bahkan tidak memasukkan baju tadi ke tempat pakaian kotor lagi, melainkan membuangnya ke tempat sampah.
Cassey menghidupkan shower dan membiarkan air membasahi tubuhnya. Cassey memejamkan matanya untuk menikmati bulir demi bulir air yang terasa menyegarkan.
"WOW! Ternyata dadamu memang benar-benar kecil. Apa kau tidak mengalami masa per--"
"Holy shit, Liam! Apa yang kaulakukan di kamar mandiku?!" ucap Cassey dengan kesal sembari menutupi dadanya dengan kedua tangan.
"Kau tidak perlu menutupnya. Lagi pula tidak ada yang bisa kaubanggakan dari dadamu itu," ucap Liam dengan begitu tega.
"Go away, Liam!!!" pekik Cassey.
***
Cassey keluar ketika ia sudah berpakaian lengkap. Ia membulatkan mata ketika melihat Liam masih berada di ruang tamu. Pria itu sedang duduk dengan kaki bersila sembari menonton berita yang tampil di televisi.
"Kenapa kau masih di sini?" tanya Cassey dengan nada tidak suka yang begitu kentara.
"Aku menunggumu," jawab Liam. "Aku sudah menyuruh orangku membawakan kita sarapan yang wajar. Ayo, makan!" sambung Liam sembari menarik tangan Cassey dan membawanya ke meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romance|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...