Terkadang sekuat apapun kamu menyimpan sebuah perasaan. Semuanya akan kalah dengan yang namanya waktu.
My Bad Prince
***
Satu bulan berlalu.
"Cassey, sampai kapan kau akan terus menggantungkan perasaan Liam? Walaupun dia seorang pria, tapi dia juga sama seperti kita. Dia membutuhkan kepastian!"
Cassey menghela napas. Demi Tuhan ... Cassey tidak bermaksud menggantungkan Liam selama ini. Ia hanya bimbang. Di satu sisi, ia ingin sekali menerima Liam. Namun, Cassey tahu diri, ia hanya akan merepotkan pria itu dan di sisi lain, Cassey tidak dapat menolaknya, ia merasa tidak sanggup mengeluarkan kata-kata tersebut di saat hatinya sendiri sebenarnya sudah terpaut dengan pria itu. Ya, dia mencintai Liam.
"Cassey, jawab aku! Kau tidak boleh terus-terusan menghindarinya."
"Lensy! Aku tidak menghindarinya! Kau tahu itu!" protes Cassey.
"Tapi setiap dia datang ke sini, kau berpura-pura tidur. Apa itu yang dikatakan tidak menghindarinya?" Lensy mulai mencak-mencak sendiri karena geram.
"Pikirkan ucapanku, Cassey! Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari dan siapkan dirimu untuk menghadapi hari esok," ujar Lensy sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Cassey.
Sepeninggalan Lensy, Cassey mendudukkan dirinya di pinggiran kasur dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ia benar-benar dilanda kebingungan saat ini. Memang benar apa yang dikatakan Lensy tadi, ia memang terlihat seperti sedang menghindari Liam walau pada kenyataannya dia tidak bermaksud melakukan itu. Ia hanya ingin memantapkan hatinya. Itu saja.
Liam, maafkan aku.
Memikirkan Liam lagi-lagi berhasil membuat air mata Cassey lolos begitu saja. Sungguh ... Cassey sebenarnya sangat merindukan Liam. Namun, mengingat begitu banyak masalah yang menghampiri Liam sejak pria itu mengenalnya membuat Cassey merasa seharusnya dari awal mereka tidak bertemu. Pria itu terlalu baik untuk dirinya dan dia berhak mendapatkan wanita yang jauh pantas.
Liam bersama wanita lain? Kenapa hanya dengan membayangkannya saja membuat Cassey merasa sesak?
Cassey menutup mata dan mulutnya dengan kedua tangan ketika isakkan tangisnya semakin keras. Ia tidak ingin menarik perhatian Lensy. Cassey juga merasa sudah cukup merepotkan Lensy beberapa hari belakangan ini.
"Kenapa rasanya begitu sakit ketika membayangkanmu bersama dengan wanita lain, Liam?" ucap Cassey lirih.
"Maka jangan dibayangkan," sahut seseorang. Cassey segera membuka mata dan membelalak, sedangkan detak jantungnya terpompa dengan sangat cepat. Liam. Pria itu. Di hadapannya.
"Kau, k-kenapa bisa di sini?" tanya Cassey agak terbata.
Liam mengambil posisi duduk di samping Cassey. Ia menakup pipi Cassey dengan kedua tangannya dan menatap lekat kedua manik mata Cassey.
Dari posisinya sekarang, Cassey bisa melihat wajah Liam dengan jelas. Pria itu ... dia ... terlihat kacau.
Liam tersenyum sebelum berkata, "Sampai kapan?"
"Eh?"
"Sampai kapan kau mau menyiksa dirimu sendiri dengan berpura-pura menghindariku, Cassey?"
"Apa maksudmu? Aku tidak menghi—"
"Aku merindukanmu, Baby," ujar Liam memotong ucapan Cassey dan langsung memeluknya begitu saja.
Pelukan yang tiba-tiba Cassey rasakan membuatnya terkesiap dan sekarang, pria itu semakin mendekapnya erat dengan kepala yang sudah bersembunyi di lekukan leher Cassey. Hembusan napas Liam terasa begitu hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD PRINCE
Romans|FINNISHED| • MASIH LENGKAP DON'T COPY MY STORY! *** Liam Wright, 28thn, jomblo tapi tidak ngenes, pekerjaannya beragam tapi yang paling disukainya adalah menganggu para sahabatnya. Entahlah, rasanya sangat bahagia jika bisa membuat orang lain kes...