28 : Dean Yang Asli

6.7K 279 0
                                    

Lo tau? Lo itu kayak gitar, dan kalo lo gitar, gue gak mau jadi pemainnya, mau tau kenapa? Karna gue takut mutusin lo.

-Dean Luvanto-

≠≠≠≠≠≠≠≠≠≠≠≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

Dean pulang ke rumahnya dalam keadaan muka malas. Dilemparnya tas dan sepatu ke sembarang arah. Biarkan para asisten rumah tangganya yang membereskan ruang tamu.

Kakinya berjalan menuju dapur untuk mengambil cemilan yang ada di kulkas.

Setelah mengambil cemilan sebanyak mungkin, ia berjalan menuju lantai 2 kamarnya berada.

Pintu berwarna hitam ia buka dengan tendangan, malas menggunakan tangan.

Dilepaskannya seragam putih abu dan diganti dengan baju rumahan. Disetelnya tv untuk memperlihatkan film yang sudah di setting dari laptop. Film action yang cukup membuat dirinya merasa mood nya naik.

Hingga pukul 5 sore, ketukan pintu kamarnya berbunyi. Dipersilakannya orang tersebut untuk masuk.

"Apa?" tanyanya malas pada orang tersebut.

"Papah mau ngenalin kamu sama mamah baru kamu nanti. Siap-siap kita berangkat jam 7 nanti." ujar papah Dean— Anto, dingin.

"Hm." jawab Dean singkat.

Setelah Anto keluar, dengan segera Dean mandi untuk membersihkan diri dan memakai pakaian.

Ponselnya berdering keras menandakan seseorang menelfonnya.

"Halo"

"Apaan, cepet to the point!"

"Sante mas bro, seperti biasa, jam 10 malam kesini. Ada yang nantangin lo."

"Gue usahain."

"Hm,okay no problem. Gue tunggu!"

Setelah ia matikan sambungannya, Ponselnya ia lempar ke sembarang tempat. Bodo amat jika nanti rusak. Dia tidak perduli, saat ini suasana hatinya sedang sangat buruk nya karena perkataan Dara tadi pagi.

Apa gue samperin ke rumahnya?

Pikiran itu sempat terlintas dibenaknya, tapi ia benar-benar tidak enak dengan Dara.

Semua terjadi begitu saja dengan lancangnya. Masalah Clara yang membuat Dara menjauh, Dara yang jarang memberinya kabar, Jarangnya Dara masuk sekolah, dan masalah keluarganya sendiri. Lelah. Hanya itu.

Sudah lama dia merasakan sebuah rasa khawatir yang mendalam kepada seseorang. Apalagi seseorang itu adalah Dara sendiri.

Ia sangat malu dengan pengakuannya tadi siang.

***

Disinilah Dean berada. Sebuah restoran mewah, ia sudah bersiap dengan sebuah kemeja berwarna biru tua yang lengannya telah ia gulung sampai ke siku dan celana hitam kain. Bersama papahnya tak kalah tampannya.

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang