22 : Batas Hidup?

6.9K 289 12
                                    


Jam pelajaran olahraga dimulai. Pak Santo menyuruh semua murid kelas XI-1 IPA untuk baris dengan rapi berlari memutari lapangan basket sebanyak 5 kali.

Rambut Dara yang biasanya tergerai kini terikat satu ekor kuda. Panas terik matahari menyinari pagi yang sangat cerah. Perpaduan yang cocok. Sudah 3 kali putaran, kepala nya terasa berat, beberapa kali ia telah mendesah, tangannya terangkat untuk memegang bagian kepalanya.

Tiba-tiba tubuhnya tumbang begitu saja, membuat semua orang langsung berteriak memanggil namanya. Yang dipanggil tidak menyahut, namanya juga pingsan.

Dean yang kala itu baru saja dari toilet, langsung berlari dan menggendong Dara yang wajahnya sudah pucat pasi menuju UKS. Edgar juga tak kalah khawatir, ia langsung menuju kelas Gara, karna tidak membawa ponsel.

Edgar akhirnya melihat Gara bersama teman-temannya, "Bang!"

"Ada apa lo? Tumben kesini?"

Edgar masih mengatur nafasnya yang memburu akibat berlari, setelah merasa mendingan, barulah ia berbicara, "Da-dara ping-san!" 

Tubuh Gara langsung menegang mendengar informasi yang disampaikan Edgar, "ya-yang be-bener lo? Ja-jangan bikin g-gue ta-kut."

Gara kali ini benar-benar takut, ia tidak bisa berpikir dengan benar, membuat ucapannya terbata-bata.

"Gue seriusan! Cepetan lo ke UKS!" Edgar mengguncang tubuh Gara agar ia segera sadar.

Gara dan Edgar berlari dengan cepat. Siswa-siswi yang berlalu lalang mereka tabrak, tidak menghiraukan cemoohan yang mereka lontarkan.

Ketika sampai di UKS, yang ia lihat adalah Dara terbaring tak berdaya, serta Dean dan para sahabatnya yang mengelilingi. Para bodyguard yang menjaga Dara berada diluar UKS dengan kepala menunduk merasa bersalah karna tak mampu menjaga majikannya itu. Edgar yang berada diluar segera memarahi mereka.

"KEMANA SAJA KALIAN!? SUDAH TAU KAN TUGAS KALIAN APA!? KALAU KAKEK SAMPAI TAU TENTANG INI! SAYA YAKIN KALIAN AKAN DIPECAT!",

Bentakan Edgar membuat semua yang berada disekitaran sana ketakutan setengah mati, apalagi para bodyguard ini, mereka takut akan bentakan Edgar dan takut akan dipecat oleh tuannya yang Edgar sebut sebagai Kakek.

Satu diantara 10 orang berpakaian hitam itu angkat bicara, "tadi kami sedang istirahat di kantin, perkataan guru olahraga Non Dara untuk tidak boleh mengikutinya kami turuti. Maaf kan kami Den Ed."

"Kalian tau siapa yang harus kalian dengarkan perintahnya?" nada suara Edgar tenang tetapi dingin, membuat yang mendengarnya bergidik.

"Ta-tau, hanya anda, Den Gara dan Tuan besar." ucap mereka kompak.

Gara yang mendengar semua perkataan bodyguard itu, memerintahkan salah satu nya untuk memberitahu kepala sekolah untuk memecat Pak Santo.

"Pecat Pak Santo." ucap Gara tenang.

Edgar melongo mendengarnya, lalu menatap pada Gara yang berada dibelakangnya, "Seriusan lo, Bang? Dia guru baru disini loh, jangan asal pecat."

"Lo gak percaya sama gue? Ikut gue ke ruangan kakek." ajak Gara, "dan lo pada jagain Dara, jangan sampai ada apa-apa dengannya! Ingat itu!", kini perintahnya pada para bodyguard yang hanya bisa mengangguk.

Mereka berdua kini berada di ruangan kakek yang hanya bisa dimasuki oleh, Kakek, Gara, Dara, dan kini Edgar. Gara melempar berkas ke meja kerja, memberi berkas pada Edgar yang memang ia curigai semenjak guru olahraga itu datang. Edgar mengambil lalu membaca satu-persatu berkas yang berisi data tentang Pak Santo.

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang