Dara berjalan melewati koridor-koridor anak kelas Sepuluh. Beberapa adik kelasnya menyapa dan dengan baik Dara mengangguk sebagai balasan.
Ia memang sengaja melewati koridor kelas sepuluh karna ingin menemui anak Olimpiade Biologi yang katanya anak penyumbang dana sekolah terbesar selain pemilik sekolah sendiri. Ya, bisa dibilang kedua setelah kakek Dara sendiri.
Dara berhenti didepan ruangan khusus untuk anak-anak Olimpiade. Ruangan tersebut memang berada di lantai satu, dimana kelas sepuluh berada.
"Mau cari siapa, kak?" tanya seorang gadis yang menurur Dara manis, rambutnya yang panjang tergerai manis.
"Cari anak kelas Sepuluh, yang ikut Olimpiade biologi." jawab Dara sembari melirik name tag gadis tersebut. Anna. Nama gadis itu.
"Em, disini ada beberapa yang ikut olim biologi, kak. Namanya siapa?" tanya Anna hati-hati.
Dara berdecak sebelum menjawab, "Yang katanya mereka kembaran. Tapi salah satunya ada disini. Gue gak tau namanya."
Anna mengangguk paham, lalu memanggil nama cowok itu, "RADHIT! LO DICARIIN SAMA KAKAK KELAS!"
Cowok yang bernama Radhit itu keluar dengan topi putih di kepalanya, dan kacamata bertengger dihidungnya.
Ia telah berada di depan Dara. Satu alisnya terangkat keatas, menandakan ia sedang bertanya untuk apa Dara menemuinya.
Dara yang paham langsung berbicara, "Lo dicariin Bu Fafa btw. Tadi di kelas gue dapet WA dari dia, kalo lo disuruh ngembaliin buku latihan soal-soal Olimpiade. Oya, sekalian bilang kalo gue gak punya waktu jadi mentor lo. Jadi cari mentor lain, btw lo kan anak Olim baru, jadi bu Fafa gak punya nomor lo. Oke deh, gue pergi dulu."
Dara berlalu dari hadapan Radhit dan mampir ke kamar mandi pojok koridor yang jarang dipakai untuk membuang air kecil. Dikuncinya bilik kamar mandi ke lima dari pojok.
Setelah selesai ia segera membuka pintu bilik tersebut untuk keluar. Tetapi sial, pintu tersebut tidak mau dibuka. Hingga suara seseorang membuat Dara tersadar.
"Dara, Dara, lo kira mentang-mentang udah dapetin hatinya Dean lo bisa menang dari gue? Inget, Dar, lo mungkin bisa menang untuk dapetin Dean. Tapi lo gak akan bisa lolos dari gue." setelah mengatakan itu, suara guyuran air terdengar dibalik bilik yang digunakam Dara.
"Enak gak tuh baunya? Eww, wangi yang cocok buat lo cuma itu." ucapan Clara masih membungkam Dara dari rasa terkejut dan kedinginan yang menyapa badannya.
Baru saja ia disiram dengan air selokan, bercampur telur busuk, makanan basi, dan masih banyak lagi yang mampu membuat Dara ingin mengeluarkan isi perutnya. Tak terasa air matanya keluar tanpa seizinnya. Hingga ponsel yang dibawanya basah dan mati.
Dara menggedor-gedor kan pintu bilik itu,"WOI ANJING LO!!! BUKAK GAK NIH PINTU!?" tapis sayang tidak ada yang menanggapi kecuali suara pinti yang dikunci dari arah luar.
Sesuai dengan dugaan Dara, pintu kamar mandi dikunci, hingga tidak ada yang bisa memasukinya.
Dara bingung harus melakukan apa, apa ia harus mendobraknya?
Dara bersiap untuk menendang pintu bilik, hingga suara tendangan keras keluar. Tendangan pertama memang tidak bisa, hingga percobaan tendangan kedua melengserkan pintu bilik. Dan dengan cekatan Dara melewatinya.
Sekarang Dara semakin gusar ketika pintu utama kamar mandi terbuat dari besi yang cukup keras."TOLONGGGG!!!! ADA ORANG DISITU!?? BUKAIN PLISSS!!!" Ia sudah kedinginan dengan badan yang menggigil, wajahnya pucat pasi, dan bibirnya sudah agak membiru. Sepertinya tadi Clara mencampurkan air es.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeDara [END]
Подростковая литература"Yang takut kehilangan berusaha untuk membahagiakan." Ini bukan cerita tentang Good Girl mengejar Cold Boy. Bukan pula cerita tentang Good Girl mengejar Good Boy. Tapi ini cerita tentang, Dara Gantoro cewe tomboi yang paling nyebelin sejagad raya, c...