Memiliki Kakak yang cuek bebek, dingin kayak es batu, menyebalkan kaya terong bosok. Adalah sebuah anugerah tersendiri.
-DARA-
------------------------------
Dara masuk kedalam kamarnya. Sungguh Dara tak habis pikir. Bagaimana bisa Mama tiri nya mengacaukan ruang pribadinya. Memang nya tidak ada ruangan lagi selain kamarnya untuk dia kacaukan?.
Setelah membereskan kamarnya, Dara harus memberitahu Abangnya Gara. Jika ia memberitahu ayahnya, sudah pasti sang ayah tidak akan percaya.
Selesai membereskan kamarnya, Dara segera menuju kamar Gara yang berada di sebelah kanan kamarnya. Sedangkan sebelah kiri kamarnya adalah kamar sang adik tiri. Nara.
Tanpa mengetuk pintu, Dara langsung menerobos masuk kamar Gara dan menaiki kasur king size milik abangnya.
"Bang! Kamar gue di ancurin sama emak lampir lagi!" rengeknya pada Gara.
"Lagian juga lo ga ngunci kamar, kok bisa emak lampir masuk kamar lo?" tanya Gara yang sedang sibuk dengan game di ponsel nya.
"Udah lah, bang. Tanpa disuruh juga gue udah kunci kamar gue rapat rapat."
"Yaudah biarin. Barang penting lo ada di kamar gue semua, jadi mana mungkin emak lampir berani ke kamar gue."
Dara dan Gara terdiam sesaat. Membiarkan pikirannya melayang entah kemana.
"Bang gue tidur disini ya? Lo tidur di sofa aja, Bay." Ucap Dara kepada sang Abang.
Dara memang sudah terbiasa tidur dikamar Gara jika ada yang mengganggu pikirannya. Dan Gara membiarkannya. Semenjak Ibunda mereka meninggal, mereka saling menjaga satu sama lain. Kecuali dengan Ayah mereka. Gantoro.
Gara yang memiliki sikap cuek, dingin, dan menyebalkan itu, bisa berhati hangat hanya dengan bersama Dara. Walau terkadang juga bisa bersikap menyebalkan.
Ketika deru nafas sang adik sudah teratur, Gara mencium kening adik nya itu dengan penuh kasih sayang. Melihat dengan lekat wajah tenang Dara membuat Gara merindukan Ibunda yang berada di surga.
Bunda, aku kangen bunda. Batin Gara.
Gara berjalan menuju sofa yang berada tak jauh dari kasurnya. Dan segera menidurkan raga nya yang cukup lelah.
***
Pagi telah menyapa. Gara dan Dara sudah bersiap ke sekolah mereka. Tetapi langkah mereka terhenti ketika suara seseorang menerupsi.
"Gara, anter adik mu, Nara sekalian." ucap sang ayah.
"Hm,"
"Ayo, bang. Kita berangkat bareng." Nara bergelayut manja pada lengan Gara.
Dengan cekatan Gara melepas tangan Nara. Dan beralih merangkul pundak adik kesangannya. Dara.
Mereka menghampiri mobil Jazz Hitam Gara. Dara yang hendak membuka pintu mobil samping kursi kemudi, langsung terjatuh ketika Nara mendorongnya kesamping. Gara yang melihat kejadian itu langsung menolong adiknya. Dia tak habis pikir, dimana otak Nara, sehingga berani melukai adiknya. Tak mau membuang tenaga suaranya , Gara menuntun Dara menuju kursi penumpang. Nara yang sedari tadi sudah menunggu di dalam mobil merasa gerah dengan kelakuan adik - kakak, yang diliatnya.
"Bang! Cepetan dong! Ntar gue telat nih!" ucap Nara ketus.
Gara segera masuk kedalam mobil. Dan melajukan mobilnya menuju SMA EXCEL terlebih dahulu untuk mengantar Nara. Tetapi karna Emosi Gara yang sebenarnya sudah berada di ubun ubun, Gara menurunkan Nara di pinggir jalan.
"Turun lo!" perintah Gara
"Gak mau, ntar gue bilangin Ayah loh bang." ancam Nara
"Gue bilang turun ya turun!"
Dara yang melihat itu pun tak tinggal diam. "Lo denger gak? Turun sana lo!"
Nara pu turun dengan wajah memerah karna menahan emosi.
Persetan dengan itu, Gara dan Dara pun menuju SMA CROSOFT. Sekolah mereka.
***
Tbc
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
DeDara [END]
Roman pour Adolescents"Yang takut kehilangan berusaha untuk membahagiakan." Ini bukan cerita tentang Good Girl mengejar Cold Boy. Bukan pula cerita tentang Good Girl mengejar Good Boy. Tapi ini cerita tentang, Dara Gantoro cewe tomboi yang paling nyebelin sejagad raya, c...