45 : Kejahilan Di Sebuah Pernikahan

5.2K 247 2
                                    

Siang ini, Dean menjemput Dara di Rumah Sakit untuk pergi ke acara pernikahan Papahnya. Sebelum itu, Dara telah mendapat izin oleh Kiki agar diperbolehkan untuk pergi keluar.

Dara telah mengenakan dress berwarna hitam yang kontras dengan kulitnya. Dan tas selempang berwarna putih. Rambutnya ia buat ikal gantung tergerai, dengan alasan ingin mengganti hair style nya.

Sedangkan Dean telah mengenakan tuxedo hitam dan dalaman kemeja putih dan dasi hitam yang telah rapi. Rambut hitamnya telah rapi tidak seperti biasanya. Menambahkan kesan tampannya.

Mereka berdua berjalan dengan bergandengan tangan memasuki Aula hotel bintang lima yang telah disewa Anto papahnya Dean.

Aula penuh dengan orang berpakaian berwarna hitam dan putih. Sesuai dengan temanya Monocrom.

Beberapa orang juga menyapa Dean dan Dara. Tetapi dengan alasan ingin menemui sang pengantin terlebih dahulu, mereka tidak terlalu lama berbincang.

Setelah sampai di depan pelaminan. Dara dan Dean menyalimi kedua orang tua Dean. Lalu memberikan selamat atas pernikahannya.

"Pah, ini Dara, dia pacarku." Dara yang saat itu sedang dikenalkan, langsung tersenyum manis.

"Halo, om, tan."

"Wah, pacar kamu cantik sekali..." Sisil tersenyum cerah dan mengelus pipi Dara.

"Pinter cari calon kamu." ucap Anto dengan nada bergurau.

"Yaudah, kita makan dulu. Sekalian cari yang lain." Dean sangat ingin pergi dari tempat itu segera.

"Iya, Elos sama Vano palingan sedang berebut makanan." ucap Anto yang menyadarkan Dara bahwa sahabat Dean juga berada disini.

Setelah berpamitan, Dara berjalan menuju tempat makanan. Mengambil buah yang sudah di potong dadu. Lalu dibawanya ke meja yang sudah berisi Elos, Vano, dan Ikzar.

"Hai! Kok gue baru tau kalian ada disini juga." Dara duduk dikursi kosong, sebelah Elos. 

"Ciah, lo lupa kita ini partner nya Dean?" Elos menyahut sebal.

"By the way, lo udah sembuh?" tanya Vano.

"Ya, setidaknya udah mendingan."

"Dean mana?" Ikzar bertanya dengan mata terfokuskan pada layar ponsel.

"Gue disini." Dean duduk disebelah Dara yang berarti juga disebelah Vano.

Dia telah membawa satu piring yang berisi banyak lauk. Membuat Dara mengernyit heran.

"Kamu mau makan? Banyak banget." Dara menggeleng takjub.

"Buat kita, mereka bertiga aja makan masa kamu engga?"

"Aku udah makan buah kok." sanggah Dara cepat.

"Gak, kamu harus makan nasi juga."

"Yah, aku masih kenyang."

"Aku tau kamu belum makan. Jangan membantah Dara."

"Berasa dunia milik mereka. Kita cuma ngontrak," Elos dan Vano langsung ber- high five ria.

Dean dan Dara langsung menatap tajam Elos dan Vano. Sedangkan yang ditatap hanya menggaruk tengkuknya tidak gatal.

Dara menghembuskan nafasnya dengan berat, "Iya deh iya."

"Aku suapin," Dara mengangguk lagi.

Satu suapan telah mendarat didalam mulut Dara, "Kwamwu jwugwa mwakwan dwong." ucapnya tak jelas.

"Iya sayangku, ini aku juga makan." Dean memasukan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.

Setelah beberapa suapan makanan masuk ke dalam perut Dean dan Dara, akhirnya tandas juga isi piringnya.

Dean mengambilkan minuman untuk diminum mereka. Setelah selesai makan dan minum. Dean menatap Dara serius, lalu Dara mengangguk.

"Bro, gue mau ngasih tau rencana gue sama Dara buat ngejailin acara ini." bisik Dean dengan nada sok serius.

Vano dan Elos ikut memajukan wajah mereka agar bisa mendengar ucaoan Dean, "Lo serius?"  tanya Elos.

Dean mengangguk, "Serius. Dua rius malah,"

"Coba kasih tau rencana lo." Vano berbisik dengan wajah penuh keingin tahuan.

Sedangkan Ikzar hanya menggeleng dramatis atas sikap ketiga sahabatnya dan satu pacar sahabatnya.

"Dosa apa gue punya sahabat kaya mereka."

"Lo liat aja perubahan pestanya." Dean menjauhkan wajahnya lalu menyilangkan kakinya dan kedua tangannya di dada. Wajahnya terpampang jelas seringaian licik menyebalkan.

Dara menggeleng, "Gue pacar durhaka yang jahat ke camer." ucapnya miris.

Setelah Dean menelfon seseorang, alunan musik yang awalnya slow menjadi dangdut. Semua orang yang berada disana kebingungan. Lalu warna lampu berubah menjadi seperti berada di sebuah club.

Anto yang saat itu masih menyapa teman dan kerabatnya langsung memanggil penjaga agar menangkap sang pelaku.

Lalu, ketika salah seorang berdiri dari duduknya, alas meja tertatik hingga membuat kegaduhan suara pecahan piring dan gelas.

Dean menarik Dara agar bangkit dari duduknya. Lalu mengajaknya berlari ketika Anto sudah melihatnya dengan curiga.

Semua penjaga di perintahkan untuk menangkap Dean dan Dara. Tetapi sayang beribu sayang, mereka lolos.

Ketika sudah masuk ke dalam mobil Dean, mereka berdua tertawa puas ketika melihat wajah Anto dan Sisil pucat pasi.

Tawa Dara reda, lalu menolehkan kepalanya pada Dean yang sedang menyetir mobil.

"Kamu gak papa?" Dara menatap Dean khawatir.

"Kamu gimana sih? Ya aku gak papa lah. Aku seneng malah, makasih loh buat aku bahagia saat pernikahan Papah aku yang kedua."

"Tapi aku tau, pasti ada sedikit rasa bersalah bukan? Dan ada satu titik ketidak puasan." Dara menggenggam tangan Dean yang terbebas, lalu mengusapnya perlahan.

"Aku gak papa." Dean tersenyum tipis, lalu mengusap puncak kepala Dara.

"Dean, ini udah sore."

"Iya, aku tau. Kamu mau pulang kan?"

"Enggak, aku pengin jalan-jalan lagi."

"Tapi kata Kak Kiki disuruh pulang sore. Gak boleh pulang malam,"

"Ish, aku bosen disana." Dara memanyunkan bibirnya jengkel.

"Kan ada aku,"

"Hem."

"Jangan marah dong, besok-besok aku ajak main lagi. Gimana?"

Wajah Dara berubah sumringah, lalu menatap Dean, "Beneran?"

"Iya sayang."

"Janji?"

"Iya, Daraku..."

"Kemana?"

"Ke mana aja, yang penting sama kamu."

"Ish,"

***

5/7/18

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang