Dara telah turun dari panggung. Selesai menampilkan nyanyian untuk sang terkasih, Dara langsung ngacir ke kantin yang masih buka khusus hari ini ditemani sang pacar.
"Suara kamu bagus. Aku suka," Dean duduk disampingnya sembari minum es jeruk pesanannya.
"Suka sama suara aku, apa suka sama orangnya?" goda Dara dengan mata mengedipkan mata.
Dean memalingkan wajahnya, "Suka dua-duanya."
Dara menyolek-nyolek tangan kekar Dean, "Hayuuu, kamu malu-malu, ya?" Dara terbahak ketika melihat wajah Dean yang memerah.
"Enggak, ya. Enak aja." elaknya tidak terima.
"Halah, itu blushing." Dara menunjuk kedua pipi Dean.
Dean menutup kedua pipinya, "Udah Dara, jangan diliatin gitu. Aku mati gaya entar."
Dara terkekeh geli lalu meminum jus mangga nya yang tadi dibeli.
"Dean, seminggu lagi, terus minggu besoknya itu udah Ulangam Akhir Semester, ya?"
"Iya," Dean mengangguk.
"Kamu ikut les pelajaran, gak?"
"Kayakmya engga, deh. Aku mager."
"Tapi kayaknya aku ikut les. Dan aku bakalan di paksa kerja rodi. Hiks," raut wajahnya menggambarkan sedih yang dibuat-buat.
"Kamu bilang aja ke Kakek kamu, kalo kamu engga mau." Dean memberi saran, lalu mengusap rambut Dara sayang.
"Iya, sih. Tapi aku juga pengin les biar dapet nilai bagus nantinya. Jadi gimana dong?" mata Dara sudah berkaca-kaca, lalu menatap Dean seakan-akan ia adalah anjing yang kehilangan induknya.
"Ck, udah les aja. Nanti aku temenin." ucap Dean terpaksa.
"Hahaha, okay. Sip, sayang kamu deh." Dengan buru-buru Dara mencium pipi Dean sekilas.
Sang empu pipi langsung tegang. Matanya mengerjap beberapa kali. Tangannya memegang pipi kirinya yang dicium Dara.
"Ck, mukanya kaya baru pertama kali dicium aja. Gak usah sok polos deh!" decakan sebal Dara membuyarkan lamunan Dean, dia langsung melebarkan senyumannya.
"Pipi aku udah gak perawan, tolonginnn." ucapan Dean membuat Dara mendelik sebal.
"Gak usah sok kaya gadis masih perawan! Jijik aku liatnya," Dara memalingkan wajahnya malas.
"Aku butuh pertanggung jawaban. Titik!"
"Dikomain!"
"Gak mau! Harus titik!"
"Di hapus!"
"Dikasih titik lagi!"
"Di coret!"
"Aku kasih titik disebelahnya lagi!"
"Aku sobek!"
"Aku buang." ucap Dean tanpa sadar.
"Oke, kamu buang." Dara beranjak pergi meninggalkan Dean yang masih kebingungan.
"Wah, berarti gue gak dapat pertanggung jawaban dari Dara, dong!?" ucapnya sembari memegang kepalanya frustasi.
/////
Dara bersungut-sungut ketika melihat pemuda pemilik mobil yang ia bawa sedang berdiri dengan tangan terlipat didepan dada dengan wajah sangarnya.
Karna malas berdebat, ia sengaja berbalik arah dan berlari sekuat tenaga meninggalkan area parkir.
Sedangkan pemuda yang melihat gerak-gerik Dara akan kabur, dengan segera ia ikut berlari untuk mengejarnya. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran.
Dara berlari memasuki kerumunan orang ditengah lapangan. Ketika merasa sudah tidak dikejar lagi, ia menoleh ke belakang untuk memastikan. Ternyata sudah tidak ada.
Ia berhenti berlari lalu memegang kedua lututnya mengambil napas dengan rakus, seakan ia tidak akan mendapatkannya lagi.
Tanpa diduga pemuda tersebut telah membekapnya dari belakang membuat Dara tersentak. Lalu dengan reflek yang bagus, ia menyikut perut orang tersebut.
"Aww! Are you kidding me!? Stop playing with me, Dara! Atau aku akan membalasmu," pekikan pemuda itu menarik perhatian, atau sekarang mereka telah menjadi pusat perhatian karna wajah dan rambut pemuda itu yang cukup menarik. Pirang dan berwajah bule.
"I'm not scared, if you want to know that, honey." Dara menjulurkan lidahnya mengejek.
"Dasar," Pemuda itu menggeram lalu mengangkat Dara membuat gadis itu memekik keras karna merasa melayang dan pusing.
"Kamu membawaku seperti sedang memanggul karung beras, you know?" Dara berbicara dengan disertai memukul punggung pemuda berambut pirang itu.
"I know, but i don't care, baby." cowok itu terkekeh meremehkan.
Mereka kini menjadi bahan tontonan, hingga Dean berdiri didepan mereka dengan tangan terkepal erat.
"Turunin Dara!" ucapan seseorang mengalihkan pandangan cowok berambut pirang itu.
Dara yang mendengar suara Dean kangsung kalap, "Dean! Aku gak papa, kamu tenang aja."
"Wow, apakah ini drama? Kalian tokoh utamanya dan aku adalah tokoh antagonisnya? Really honey?" ucapan sarkastik dari cowok bule itu membuat Dara memukul punggunya lebih keras.
"Okay, okay, i'm sorry. But, who is this? Your bestfriend? Or your boyfriend?"
"Bukan urusan kamu, oke? Sekarang turunin aku. Se-ka-rang!"
Perintah Dara membuat cowok bule itu terpaksa menurunkannya. Dean dengan segera menarik lengan Dara agar berada disampingnya.
"Lo siapa?" tanya Dean tajam.
Sedangkan cowok bule itu hanya geleng-geleng kepala, "Oww So cute." Ucapnya dengan nada mengejek.
Dean menarik kerah cowok itu, "Jangan pernah gangguin cewek gue." geraman Dean hanya dibalas mata jengah dari lawannya.
"Dara, aku butuh penjelasanmu. Minggir! Kamu bukan lawanku, child!" cowok bule itu menepis tangan Dean, lalu kembali menatap Dara dengan tajam.
"Kunci mobil aku." Cowok bule itu membuka telapak tangan kananya.
Tanpa melawan Dara mengembalikannya dengan wajah sebal.
"Ck, pinjem mobil aja pelit. Liat aja nanti aku bila—" belum selesai Dara berbicara, cowok bule itu mencium pipinya. Lalu pergi dengan tampamg tanpa dosa. Berjalan menjauhi kerumunan dan melambaikan tangannya.
"Pulang sekarang atau aku hukum." ucapan itu masih didengar Dara dari kejauhan walau tubuhnya sudah hampir tak terlihat. Dengan wajah kesal ia menatap Dean, "aku pulang dulu. Besok aku kasih tau, bye."
Ketika tubuh Dara sudah lenyap dari belokan koridor, Dean mengusap wajahnya frustasi.
Siapa sih tuh bule!?
***
19/06/18
KAMU SEDANG MEMBACA
DeDara [END]
Novela Juvenil"Yang takut kehilangan berusaha untuk membahagiakan." Ini bukan cerita tentang Good Girl mengejar Cold Boy. Bukan pula cerita tentang Good Girl mengejar Good Boy. Tapi ini cerita tentang, Dara Gantoro cewe tomboi yang paling nyebelin sejagad raya, c...