46 : Kiki Korban PMS Dara

5.3K 247 0
                                    

Sudah satu minggu sejak Dara di rawat di Rumah Sakit. Sekarang ia diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya.

Dengan Kiki dan Joni yang menemani dia pulang ke rumahnya. Membuat Dara jengkel, pasalnya minggu ini ia tidak boleh mengikuti Ujian Akhir.

Dara duduk di jok penumpang dengan tangan bersedekap dan pandangan berada di luar jendela mobil.

"Kak! Dara pengen es krim!" ketusnya membuat Kiki menghela napas kasar.

"Jon, kita ke supermarket dekat pertigaan." suruh Kiki yang diangguki Joni.

Setelah sampai di supermarket yang di tuju, diantara mereka bertiga tidak ada yang turun dari mobil.

"Kok kamu diem aja? Gak turun? Katanya pingin beli es krim?" Kiki bertanya dengan heran.

"Kak Kiki yang turun! Aku malas, perut aku sakit! Masa gak liat sih!? Aku dari tadi udah pegangin perut loh!"  Dara berteriak kesal ketika Kiki tak kunjung turun.

"Kok kamu marah-marah?" Kiki menaikan salah satu alisnya.

"Kok Kak Kiki jadi kepo!? Bukan urusan kakak dong! Udah sanah beli! Yang banyak!"

"Iya, iya! Kakak turun!" Kiki hendak turun ketika suara Dara membuatnya tercengang.

"Kok Kak Kiki nge gas sih!? Biasa aja dong! Gak usah ngotot! Gak liat Dara lagi kesakitan!? Dasar cowok emang aneh!"

Kiki tak menghiraukan ucapan Dara yang membuatnya geram. Ia dengan segera turun dari mobil. "Kamu disini menjaga Dara, saya cuma sebentar." Joni mengangguk tegas.

"Kamu gak usah lebay! Alay banget pake sok kejam gitu mukanya! Udah datar makin datar! Udah kaya kesed yang pengen di injek!" Dara menatap tajam Joni yang sekarang gelagapan dengan tingkah sang majikannya.

Setelah beberapa lama, Kiki telah kembali dengan sekantong kresek yang berisi bermacam-macam jenis dan rasa es krim.

Ketika Kiki hendak masuk, dengan segera Dara mencegahnya, "Eits! Tunggu dulu! Siapa yang nyuruh Kak Kiki nge bolehin masuk? Tugas Kak Kiki belum selesai."

Kiki mengernyit bingung,"Apa lagi, honey?"

"Beliin aku softex yang malam, yang ada sayapnya! Aku lupa mereknya apa, coba tanyain ke pelayan atau kasirnya." Dara memerintahkan Kiki dengan tampang yang sok tegas dan galak.

Sedangkan mata Kiki terbelalak kaget, "Kok gitu!? Gak mau! Malu!" tolaknya mentah-mentah.

"Oh, yaudah. Gak usah rebutin aku lagi! Biar nanti aku sama Bang Gara terus!"

Kiki meraup wajahnya kasar, "Iya, iya,"

Beberapa saat kemudian Kiki kembali lagi dengan kantong kresek yang cukup besar dan tebal.

"Nih! Kak Kiki beliin semua merek yang ada sayapnya!" Kiki melempar kantong kreseknga ke jok belakang yang ditempati Dara.

Dengan malas Dara tidak menerima kantong kresek itu dan hanya menikmati es krim yang sudah dibukanya.

"Jon, kita pulang sekarang." ucap Kiki dengan suara rendah.

***

Malam telah tiba, pukul 7 malam, sahabat Dara dan Dean dengan sengaja mendatangi rumah Kakek Dara dengan alasan ingin belajar bersama. Dengan Dara yang menjadi mentornya.

Mereka duduk lesehan diatas karpet berbulu halus dan empuk untuk merasa nyaman ketika berlajar.

Ruang tamu itu seketika disulap menjadi ruangan berantakan penuh buku berserakan.

Hari ke-dua Ujian Akhir, di jadwalnkan dengan pelajaran Matematika dan Ppkn.

Mereka kini tengah memperhatikan papan tulis yang sudah disediakan oleh Kiki. Dara dengan telaten menjelaskan satu per satu soal latihan yang diberi dari sekolah.

"Ah gila! Gue mumet nih, gak masuk di otak." Elos mendesah frustasi dengan membanting pensil ke meja.

Ella menyenderkan tubuhnya ke tempat duduk dibelakangnya, "Kurang kerjaan banget si x, pake ngumpet-ngumpet segala." 

Yani ikut mengangguk setuju, "Bener, pake kudu dicari lagi si x sama y. Emang jodoh kali ya ngilangnya bisa bareng gitu. Udah kudu nyari si x dulu lah baru bisa ketemu si y, buku tulis gue abis buat corat coretan."

"Dasar lo pada bisanya ngekuh doang! Udah baik si Dara mau bantuin." Vano menyela sembari menuliskan angka yang sedang dicari.

"Bacot lo pada! Gue tinggal nih kalo masih pada ngeluh. Udah abis suara gue, hargain dikit kek," Dara memukul papan tulis dengan penggaris besi milik Manda.

"Maap bu Bos." Dean tersenyum geli melihat Dara yang memanyunkan bibirnya.

"Apa lo!? Gue gak tua ya sampe udah di panggil Ibu-Ibu!" Dara mendelik ketika Dean mamnggilnya dengan sebutan Bu Bos.

"Duh lo kok nyolot mulu si. Lanjut deh, mumpung belum malem banget." Elos menselonjorkan kakinya ke depan hingga menendang punggung Ikzar.

"Eh anjing, gue lagi serius ngerjain nih." Ikzar menoleh sekilas lewat bahunya untuk menatap tajam Elos.

"Dududu..." tanpa perduli dengan ucapan Ikzar, Elos malah kembali menulis.

"Gue cape, kalian belajar sama Kak Kiki aja, ya? Gue pengin tiduran."

Kiki yang saat itu baru turun dari lantai dua kamarnya menatap teman-teman Dara dengan bingung.

"Kok aku? Kak Kiki mau makan malam. Baru pulang selesai operasi, masa kamu gak kasihan sama Kak Kiki?" Kiki menatap Dara merajuk, sedangkan Dara yang kini sudah tiduran dengan paha Dean yang menjadi bantal tidak memperdulikan keluhan Kakaknya.

"Mau aku marah lagi?" suara geraman Dara membuat Kiki menghela nafasnya lelah. Tetapi tetap melaksanakan perintah adiknya.

Beberapa puluh menit kemudian hingga sekarang sudah pukul sembilan malam, semua pelajaran yang besok akan diujikan sudah di pelajari.

Kiki sudah menutup penjelasanya, Vano, Ikzar, Yani, Manda, dan Ella, membereskan buku dan peralatan sekilahnya, sedangkan Elos masih menelungkupkan wajahnya karna sedari penjelasan Kiki menahan kantuknya, hingga Vano membangunkannya.

Dean menatap wajah Dara yang ternyata sudah tertidur di paha nya. Dia merasa tidak tega jika harus membangunkan gadisnya ini. Dengan berhati-hati, ia menelusupkan tangannya di leher dan lutut Dara. Lalu beranjak dari duduknya dan berdiri dengan menahan kesemutan yang mendera di kakinya.

"Woi De, si Dara tidur?" bisik Yani ketika melihat Dean sedang mengangkat tubuh sahabatnya itu.

Dean mengangguk, "kalian duluan aja." ucapnya dengan nada pelan.

Semua temannya mengangguk, lalu berpamitan kepada pembantu dan Joni yang sudah berada di depan pintu.

Dean dengan perlahan menaiki satu persatu tangga untuk menuju kamar Dara berada. Dibukanya pintu berwarna putih yang berbeda dari yang lain dan bertuliskan, Yang masuk berarti nyerahin nyawa.

Dean terkekeh ketika membaca peringatan dipintu pacarnya. Lalu masuk dan terpampang lah kamar bernuansa biru laut dengan foto polaroid yang berada di tembok.

Dean meletakan tubuh Dara dengan perlahan di kasur besar milik Dara. Lalu mengusap kepala Dara dengan sayang dan mengecup kening Dara begitu lama. Diselimutinya Dara sebatas dada.

Dean menatap satu per satu tembok, disana terpampang banyak foto dirinya dengan Dara, sahabat, dan keluarga Dara.

Merasa sudah terlalu lama berada di kamar Dara, Dean bergegas turun untuk membereskan buku dan peralatan sekolahnya. Lalu berpamitan kepada Gara yang sedang menonton televisi diruang keluarga.

***

13/7/18

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang