Besoknya, Dara meminta Dean untuk menemaninya ke pasar malam. Masih besoknya Ujian Akhir, Dean tetap menuruti Dara tanpa memperdulikan ia baru belajar sedikit tentang pelajaran yang besok di ujikan.
Dara turun dari mobil milik Dean dengan hodie abu-abu kebesarannya. Dean memang memaksanya untuk memakai hodie miliknya agar dia tidak kedinginan nantinya.
Dean dengan tergesa ikut turun dan mengunci mobilnya. Lalu menggandeng tangan Dara agar seperti pasangan lainnya.
"Dean! Aku mau naik bianglala itu!" tunjuk Dara dengan kaki dihentak-hentakan. Membuat Dean gemas ingin menggigit pipinya.
"Iya, ayo kesana." Dean menarik tangan Dara dengan lembut.
Setelah sampai, Dean membeli tiketnya kepada bapak-bapak yang menjaga loket.
"Udah, ayo naik."
Dara tersenyum senang, mereka masuk dan duduk berhadapan. Melihat Dara yang tak kunjung melunturkan senyumnya membuat Dean terkekeh.
"Nanti gigi kamu kering senyum terus."
Dara langsung menatap Dean sebal, "Ish, kamu mah. Orang aku lagi seneng juga."
Dean terkekeh, "Kamu gak kedinginan? Rambutnya jangan dikuncir gih."
Dara menggeleng,"Gak mau... Risih,"
"Angin malam gak sehat, Dara."
Dengan malas Dara membiarkan rambutnya tergerai.
"Nah gitu, cantik." Dean mengusap puncuk rambut Dara senang.
"Huh, berarti aku jelek kalo lagi diiket?" Dara mulai memanyunkan bibirnya.
"Itu kode buat dicium, ya?" Seringai jahil Dean keluar, membuat Dara menutup mulutnya dengan tangan, lalu menggeleng cepat.
Dean tertawa lepas, membuat Dara tertegun sejenak. Lalu tanpa disadari oleh Dean, Dara mengabadikannya di ponsel apel kroak milik Dara.
Setelah selesai Dean tertawa dan Dara telah menyimpan ponselnya, kini mereka menatap pemandangan yang berada di bawah mereka.
Dean yang melihat raut kagum milik Dara langsung mengabadikan hal tersebut, bedanya Dara mengetahui hak itu. Dengan ganas ia melayangkan cubitan ke pinggang Dean.
Dean mengaduh karena kesakitan, hal itu membuat Dara tertawa. Setelah beberapa menit berada di bianglala, mereka akhirnya turun setelah bianglala itu berhenti.
Mereka berdua berjalan menuju stand bermain, disana ada permainan tembak panah. Mana cara bermain itu adalah, dengan pistol mainan yang sudah berisi dengan benda pendek yang tertempel jika ditembakan ke lingkaran titik kecil hitam.
"Dean! Kamu bisa gak mainan itu?" Dara bertanya ketika mereka berdua sudah didepan stand bermain itu.
Dean dengan bangga menepuk dadanya, "Oh jelas— gak bisa, hehe." Dean mengeluarkan cengiran khasnya itu membuat Dara berdecak sebal.
"His, yaudah aku aja yang main!" Dara mendekati pria paruh baya yang memiliki stand itu.
"Pak! Kalo saya nembaknya tepat sasaran dapet apa?" Dara bertanya dengan memandang ke beberapa boneka dan mainan yang bergelantungan.
"Kalo misalnya mbak bisa 3 kali tepat sasaran, mbak dapet boneka itu." Bapak itu menunjuk ke salah satu boneka hiu berwarna biru laut yang besar. Membuat mata Dara berbinar.
"Serius pak?! Nih pak, saya yang main!" Dara membayar harga lima kali tembak. Dengan semangat yang membara ia telah memegang pistol mainan itu, dan memeragakan memegang pistol asli.
Dean yang melihat itu hanya berdecak kagum dan mengabadikannya di ponsel. Ia sebenarnya malu karna tidak bisa membuat Dara senang.
Tak. Tak. Tak. Tak. Tak.
Lima kali berturut-turut Dara berhasil menembaknya tepat sasaran. Dean dan bapak pemiliki stand langsung bertepuk tangan.
"Wah, mbak nya hebat banget bisa tepat sasaran semua!" bapak itu menggeleng tidak menyangka.
"Aduh, turun harga diri aku sebagai laki," Dean memegang dadanya dengan wajah sedih di dramatisirkan.
"Nih mbak bonekanya." Dara memeluk boneka hiu yang sangat besar dipelukannya. "Makasih ya, pak. Saya permisi dulu,"
Ketika sudah jauh dari stand itu, Dara berhenti dan menghadap je Dean yang juga ikut berhenti.
"Ini bonekanya buat kamu aja." Da ra menyerahkan boneka itu kedalam pelukan Dean.
Dean mengernyit bingung, "Loh-loh, kok dikasih ke aku? Bukannya kamu suka?"
Dara mengangguk, "Iya, aku suka. Karna itu kamu yang jaga, dia mirip kamu loh btw. Karna dia hiu, namanya sarkinem."
Dara menyengir lebar, membuat Dean terkekeh. "Oke, oke sayang. Kalo gitu aku harus ngasih kamu sesuatu juga. Ayo!"
Dean menggegam tangan kanan Dara dengan satu tangan kirinya yang terbebas.
"Kita ke rumah hantu!" Dean berteriak girang membuat orang-orang disekitarnya menoleh bingung.
"Ssstt, jangan teriak-teriak!"
"Hehe, iya-iya. Aku ngajak kamu kesini buat ngerekam waktu kita jalan-jalan di dalemnya. Besok aku salin ke cd."
Dean membeli 2 tiket di loket, lalu mengajak Dara untuk masuk, tetapi sebelum itu, ia telah menyalakan video ponsel dengan flash ligh ponselnya.
Dean menggenggam tangan Dara, suara-suara seram kuntilanak sudah terdengar, gelapnya ruangan itu membuat Dean mengarahkan ponselnya, bau kemenyan yang menyengat membuat Dara menutupi hidungnya dengan tangan kirinya yang terbebas.
Sebelumnya, boneka sarkinem milik Dean dan Dara sudah dititipkan ke tempat loket tadi.
Lalu satu-satu wajah seram hantu itu membuat Dara semakin mengeratkan genggamannya dan keringat dingin mulai bercucuran.
Dean yang mengetahui hal itu mulai menakut-nakutkan Dara, "Yang, hati-hati, disamping kamu ada nenek gayung."
"Awas di depan kamu ada genderuwo,"
"Dibelakang kamu ada suster ngesot,"
Lalu tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundak Dara, secara reflek Dara berteriak histeris, "Kyaaa!!!! DEAN ITU TADI APAAN!?" tanpa di duga si setan dan Dean, Dara mengekuarkan jurus-jurus silatnya. Membuat setan tadi babak belur.
"Sayang, udahan, kasian hantunya nanti mati."
"Biarin! Salah siapa main-main sama aku, udah jadi hantu kok takut mati!" Mereka melanjutkan perjalanan.
"Dara, diatas kamu ada—" belum selesai Dean menyelesaikan kalimatnya. Sebuah getokan di kepalanya membuat Dean meneguk ludahnya susah.
"Dean, dibelakang kamu ada nenek gayung. Pasti sakit ya tadi di getok? Benjol gak? Alhamdulillah kamu kena getahnya." Dara terkikik geli melihat wajah Dean yang picat pasi.
"Ayo, lanjut!"
***
Kini mereka berdua ada di penjual martabak, karena merasa lapar, dengan senang hati Dara mengusulkan tempat makanan favorit nya berada.
"Mas, martabak manis rasa pisang keju sama pandan kejunya satu. Terus martabak asinnya rasa daging dan jamurnya satu." Dara mengucapkan pesananya, lalu membiarkan Dean yang membayarnya.
Setelah beberapa menit kemudian, martabak pesanan mereka sudah selesai dibungkus untuk dibawa pulang. Bukan pulang ke rumah Dara, tetapi pulang ke rumah Dean.
***
14/7/18
KAMU SEDANG MEMBACA
DeDara [END]
Fiksi Remaja"Yang takut kehilangan berusaha untuk membahagiakan." Ini bukan cerita tentang Good Girl mengejar Cold Boy. Bukan pula cerita tentang Good Girl mengejar Good Boy. Tapi ini cerita tentang, Dara Gantoro cewe tomboi yang paling nyebelin sejagad raya, c...