50 : End

7.6K 273 13
                                    

Dara melambaikan tangan kananya ketika melihat mobil yang ditunggangi Yani, Ella, dan Manda telah ditelan belokan jalan.

Dara masuk kembali ke dalam cafe. Lalu diambilnya ponsel yang ada di tas slempang miliknya untuk menghubungi Dean agar bertemu.

"Halo, Dar!? Kamu udah pulang!? Kok gak bilang-bilang, kan biar aku jemput kamu gitu di bandara." Dean berteriak histeris dari seberang telfonnya.

Dara memutar bola matanya jengah walau Dean tak mungkin melihatnya, "Udah deh jangan lebay. Kamu bisa gak ke cafe dekat rumah sakit kakek? Kita ketemuan, sekarang." setelah mengatakan hal tersebut, Dara langsung mematikan sambungan telfonnya.

Dia kembali duduk di kursinya tadi. Lalu berulang kali menghela napas. 'Apakah ini pilihan paling tepatnya?' Dara mengangguk mantap meyakinkan perasaannya.

20 menit kemudian, suara lonceng yang berasal dari pintu cafe berbunyi. Mengalihkan perhatian Dara dari ponselnya.

Dean, itu dia. Datang dengan senyum lebarnya serta nafas ngos-ngosan. Tanpa babibu lagi dia langsung memeluk Dara sayang.

"Ah, bisa gila aku kalo ditinggal lama sama kamu." kalimat Dean membuat Dara meneguk lidahnya susah payah. Lalu secara perlahan ia melepaskan pelukan Dean darinya dan menyuruhnya duduk didepannya.

Dean masih tersenyum bahagia, membuat Dara semakin kalang kabut, ternyata hal itu diperhatikan oleh Dean.

Dean menggenggam kedua telapak tangan Dara yang berada diatas meja, lalu diusapnya pelan, "Ada apa? Coba ceritakan dengan jujur."

Dara mengangguk, "Aku mau- putus sama kamu." ucap Dara tegas, matanya menatap mata Dean yang sedang sangat terkejut.

Secara perlahan tapi pasti, tangannya yang awalnya melingkupi tangan Dara, kini mulai mengendur.

Dean masih berkelana di dalam pikirannya, lalu menatap Dara dengan marah. "Apa maksudnya ini? Apa ini hanya bercanda? Aku sedang tidak ingin bercanda, Dara."

Dara kembali menegaskan bahwa ia ingin putus dari Dean. "Tapi kenapa, Dar!?" tanya Dean frustasi. "tarik kembali ucapanmu, dan jangan pernah meninggalkanku, atau aku berbuat sebaliknya terhadapmu."

Dara bangkit dari duduknya, ditatapnya mata Dean tegas, "Kita putus! Hubungan ini sudah berakhir! Ini demi kebaikanmu Dean! Jangan pernah temui aku lagi, jangan pernah cari aku dimana pun itu! Cari perempuan lain yang lebih baik dariku dan dapat selalu berada disisimu. Aku pergi." Dara berbalik lalu berlari meninggalkan Dean yang sekarang jadi tatapan pengunjung cafe. Ternyata sedari tadi perdebatan mereka ditonton.

Dean menatap pintu cafe yang tadi di lewati Dara. Lalu mengacak rambutnya frustasi.

Setelah hatinya sedikit tenang ia berjalan keluar dari cafe. Ia mengernyit ketika melihat jalan raya di depan cafe ramai oleh orang-orang. Rasa pensaran dan waswas muncul ketika bayangan Dara yang berlari keluar dari cafe terbayang.

Diterobosnya secara membabi buta orang orang didepannya. Ketika ia sampai ditengah kerumunan. Dean langsung jatuh terduduk. Tangannya gemetar, air mata lolos dari dari kedua kelopak matanya. Dipangkunya kepala Dara yang tergeletak bersimbah darah, menepuk beberapa kali pipi Dara agar bangun.

"CEPAT PANGGIL AMBULAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH!?" bentaknya menatap keseliling orang orang.

"Dara! Dara! Wake up! Daraaaa!!! Bangun Darrr. Ini aku Dean, aku akan mengabulkan apapun yang kamu mau. Kamu mau putus sama aku kan? Iya, aku bakal relain kamu. Aku gak akan ketemu sama kamu lagi, gak akan cari kamu lagi... Dara... Wake up, Dar..."

Suara ambulan datang dari rumah sakit kakek Dara. Dengan segera Dean membawa Dara dalam gendongannya. Lalu ikut masuk kedalam ambulan.

///

BUK! BUK! BUK!

"APA YANG LO LAKUKAN SAMPAI DARA KECELAKAAN!? BUKANNYA LO ADA DI TKP!? WHAT HAPPEN WITH YOU DEAN!?"

Gara memukul Dean secara membabi buta. Dean yang sudah tersungkur dan lemah hanya menerima pukulan pukulan Gara.

Hatinya lelah, tubuhnya lelah, matanya lelah karna menangis. Ia merasa lelah dengan apa yang terjadi dan ditimpa olehnya dan Dara.

Edgar yang memang sudah lama memperhatikan mereka dalam diam akhirnya menghentikan Gara.

"De, mending lo pulang sekarang. Lo kecapean." ucapan dingin Edgar menambah rasa sakit hati Dean. Dengan terpaksa ia mengangguk lemah, ia tidak akan kuat jika bertemu dengan Dara lagi.

///

"Kita akan membawa Dara pergi ke Korea malam ini." ucap Kiki mutlak dengan mata menggelap. Kakek dan Ayah Dara hanya mengangguk.

"Aku sudah menemukan orang yang menabrak Dara. Dia akan segera mendapat balasan yang setimpal. Mungkin." ujar Ayah Dara sedikit ragu.

"Jangan pertemukan Dara dan Dean lagi sampai kapanpun." geram Kakek.

Mereka mengangguk secara mantap.

END

///

END ya? Ok deh.
Gak tau deh gimana bikin cerita yang SAD ENDING. Apalagi aku udah gak ada feel buat lanjutin cerita ini.
Makasih loh yang udah mau baca cerita ini.
Epilig nyusul gaessss. Nanti bakalan dikelarin disana insyaallah, aku tau mesti gantung karna tb tb aja END.

18/12/18

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang