39 : Dia Adalah (2)

5.5K 247 0
                                    

Dean cukup terkejut ketika mendengar siapa Kiki yang berani bersikap kurang ajar pada Dara.

"Kamu bilang dia Kakak kamu bukan karna nge bela Si Kiki-Kiki itu kan?" tuding Dean masih tidak percaya.

Dara menghembuskan napasnya dengan malas, "Gak lah! Buat apaan, kan aku udah bilang, namanya Kibara, Bara."

"Tapi kan, kakak kamu cuma Gara doang?"

"Kan aku udah bilang kalau dia Kakak angkat aku,"

"Kok bisa? Gimana ceritanya?"

"Sebenarnya sebelum bunda aku dan Bang Gara meninggal, Bunda mengadopsi anak kecil umur 5 tahunan dari panti asuhan. Sebelum melahirkan aku dan Bang Gara tentunya. Bunda aku belum bisa hamil setelah setahun menikah. Hingga akhirnya mengadopsi anak untuk menjadi pancingan. Dan setelah mengadopsi anak tersebut, barulah Bunda bisa hamil. Dan itu aku sama Bang Gara." Dara bercerita sembari duduk dibangku kayu yang sudah bersih dari air hujan tadi.

Ia melanjutkan, "Lalu setelah meninggalnya Bunda, Kak Kiki atau Bara, meninggalkan tanah airnya dan pergi ke Korsel untuk menuntut ilmu.

"Kuliah dan jadi Dokter ahli, disana katanya adalah impiannya. Dari pada meneruskan perusahaan dari Kakek dia lebih mementingkan cita-cita nya. Karna itulah penerus selanjutnya itu Aku. Tapi karna suatu hal, mungkin jadi Bang Gara." Dara menjeda karna ingat akan penyakitnya.

"Lalu setelah sekian lama, akhirnya dia kembali lagi. Sesudah menjadi dokter. Setiap setahun dua kali sebenarnya dia balik kesini. Cuma waktu dia libur panjang.

"Namanya, KiBara Gantoro.
Dia sebenarnya blasteran. Makanya punya muka kayak bule gitu. Dia udah ketemu orang tua kandungnya waktu sebelum Bunda meninggal. Sebenarnya Bunda gak mau Kak Kiki tinggal di rumah ortu kandungnya. Bunda itu sesayang itu sama Kak Kiki kaya anak kandungnya sendiri. Makanya waktu Kak Kiki minta tinggal sama ortu kandungnya, Bunda nangis semalaman." Dara memandang langit yang masih mendung tetapi tidak menurunkan hujan.

"Terus belum seminggu tinggal disana, Kak Kiki ngerasa cuma dimanfaatin doang, karna dia punya uang banyak di tabungannya. Waktu Kak Kiki balik kerumah cerita kaya gitu, Bunda yang paling marah. Terus akhirnya maksa untuk tinggal di rumah gue. Kami semua senang waktu tau Kak Kiki balik lagi." pikiran Dara menerawang ketika memori itu mengingatkannya pada Bunda.

"Waktu Bang Gara sama gue udah lumayan gede. Kak Kiki semakin protective sama gue. Sedangkan Bang Gara juga ikut-ikutan protective nya. Bikin gue sebel tapi senang dilain sisi karna merasa disayang." Dara tersenyum ketika mengingat keributan Gara dan Bara.

"Akhirnya kalau gue lagi sama cowok, yang ribut itu pasti Kak kiki sama Bang Gara. Kayak tadi pagi aja, mereka rebutan gue mau dianterin sama siapa.

"Gue pilih Kak Kiki karna udah lama banget gak dianterin dia. Terus masalah cium kening tadi, gue juga kaget. Mungkin dia cium karna ngeliat lo? Waktu itu lo pasti ada disana? Dia suka cemburu kalo gue deket sama cowok lain. Maaf yah?"

Dean mengangguk mengerti ketika sedari tadi hanya mendengarkan cerita Dara. Ia berjalan kemudian ikut duduk di sebelah Dara.

"Ternyata si Kiki itu ngalamin siscomp, ya? Gak heran sih kalau udah tau. Maaf ya, kamu jadi nginget yang dulu."

"Gak papa, aku seneng."

"Terus waktu Ayah kamu nikah sama Ibu tiri kamu, si Kiki itu gimana?" Dean sengaja bertanya hal tersebut untuk mengalihkan pertanyaan yang berada diujung lidah tentang 'bagaimana perasaan kalian ketika Bunda meninggal?'

"Em, Kak Kiki langsung marah, tapi dia gak bisa berbuat apa-apa selain ngedukung. Ketika gue dan Bang Gara gak berangkat waktu acara pernikahannya. Kak Kiki dia berangkat kesana, mewakilkan kami berdua yang masih marah sama Ayah. Itu sebenarnya membuat Ayah sedih, tapi ia maklumkan." Dara tertawa ketika mengingat hal tersebut.

"Kamu tau gak? Bukannya aku sama Bang Gara pergi, kita berdua ngerusuh di acara pernikahan mereka, rencana sih ngegagalin. Tapi kita gak pake baju resmi, kita pake hoddie hitam sama masker buat nutupin muka. Disaat semua sedang mengantri ngambil makanan, mereka kaget di makanannya ada kecoa banyak." Dara terkikik, tetapi matanya sudah mengeluarkan butiran-butiran air.

"Terus Bang Gara buat lampu gedungnya mati sebentar. Terus aku ke ruangan yang buat gaun, aku guntingin semua gaunnya. Termasuk gaun pengantin mereka. Terus—."

Dean menarik Dara ke dalam dekapannya, "Udah, jangan di lanjutin, kalau itu buat kamu sakit hati. Maaf buat kamu nginget semuanya. Maaf,"  lirih Dean sembari mengusap rambut Dara lembut.

***

Dara dan Dean berjalan berdampingan menuju kelas mereka. Tak memperdulikan tatapan iri dan dengki dari semua siswi karna dia berhasil menaklukan si most wanted.

"Dara! Lo dari mana aja sih!? Dari tadi kita cariin tau gak?" Ella berteriak kesal ketika melihat Dara baru saja masuk ke dalam kelas bersama Dean.

"Kepo kaya dora lo!" jawab Dara sekenanya.

"Gue dora lo ranselnya," balas Ella tak mau kalah.

"Serah lo, gue ngantuk. Btw Edgar kemana? Kok gak keliatan?" pertanyaan Dara berhasil menarik perhatian Angkasa yang sedang menutup matanya tenang.

"Dia tadi ke kelasnya Abang lo. Gak punya temen dia disini," ucapan Angkasa membuat Dara tertawa.

"Saking jomblonya dia sampe gak punya temen."

"WOI! GURU GAK MASUK SAMPE JAM TERAKHIR KARNA ADA RAPAT!" teriakan Gaga memenuhi kelas, hingga sorakan kebahagiaan terdengar sebelum Gaga melanjutkan.

"TAPI NGERJAIN SATU SUB BAB FULL PELAJARAN FISIKA! DIKUMPULIN HARI INI!" kini sorakan tidak terima lah yang terdengar.

Dean yang sudah duduk dibelakang Dara menggerutu tidak terima, "Aish, gue pusing sama rumus-rumus SinCosTan, siapa sih yang nemuin itu? Bakal gue gibeng kalo ketemu."

"Bacot lu tong, sok - sokan nyari pembuatnya." ejekan Elos membuat Dean menjitak kepalanya.

"Yang penting lo udah berusaha ngerjain. Lagian lo kenapa masuk IPA? Kalo ujungnya bakal jadi pengusaha? Kenapa gak IPS aja?" pertanyaan terpanjang yang diucapkan Ikzar membuat Dean, Elos, dan Vano terperangah.

"Gila, dunia udah kebalik." ucap Vano sambil menggelengkan kepalanya.

"Ada udang di balik semut." Elos berdecak.

"Gak nyambung lo berdua! Dunia bakal kiamat kayaknya." Dean menyergah kesal.

"ANGKASA! GUE IJIN KE TOILET!" teriak Dara yang sudah pergi dari kelas.

"Hah, gue capek jadi Ketua kelas kalo anggotanya semua suka teriak gak guna." Angkasa menenggelamkan wajahnya ditumpukan buku yang ada di mejanya.

"Sabar, gue tau lo strong, Ang!" ucap Vano memberi semangat.

"Setres tak tertolong, maksud gue itu." Vano terbahak ketika melihat delikan tajam Angkasa yang diberikan kepadanya.

"Ampun, Bos!"

***

21/06/18

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang