13 : Senjata

7.5K 373 6
                                    

Lo nyari gue nya gak teliti mungkin. Bisa aja gue kesrimpet sama motor motor lainnya. Makanya nyari tuh pake hati jangan pake mata.

-Dara Gantoro-

------------------------------------

Yap! Dara dan Gara akan meneruskan warisan kakek, jika kakek telah tiada. Bukan berarti Dara berharap kakeknya segera tiada, malahan Dara dan Gara berharap kakeknya akan memberikan warisannya pada sang ayah Gantoro.

Tetapi kakek tidak percaya padanya. Kalian tau bukan? Bahwa ada nenek sihir? Pasti nenek sihir akan memakan harta kakek itu. Jadilah kakek memberikannya pada Dara dan Gara.

Sekarang Dara dan Gara sudah berada dikamar masing masing. Tertidur pulas sembari menunggu hari esok untuk melakukan kegiatan seperti biasanya.

Disisi lain seorang cowok sedang berdebat dengan ayahnya.

"Kamu harus mengambil hati anak itu! Secepat mungkin! Sebelum perusahaan papa bangkrut!" bentak seorang pria ber jaz disebrang ana itu.

"Iya, Pa. Papa tenang aja." jawab anak itu sembari menampilkan senyum liciknya.

"Secepat mungkin! Ingat itu! Kalau kau tidak bisa membawanya dihadapan papa dengan cara halus, lalukakan lah dengan cara kasar."

"Siap, pa. Papa ingat kan perjanjian kita? Papa harus mengisi uang di rekening ku setiap minggunya."

"Iya papa ingat. Memangnya untuk apa uang itu?"

"Biasalah pa, Club, Balapan, Rokok" jawab anak itu santai seperti di pantai.

"Ck, dasar Kidz Jaman Now"

***

Kini Dara sedang bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah selesai dia segera keluar dari kamar dan menuju meja makan untuk makan bersama Gara. Gara juga telah disana sembari menunggu Dara.

"Pagi abangku sayang" Dara tersenyum lembut pada sang kakak laku segera mencium pipi Gara.

"Pagi" Jawab Gara.

Dara makan nasi goreng dihadapannya. Gara masih memperhatikan adiknya yang sedang makan. Merasa diperhatikan Dara menoleh pada Gara, mata mereka bertemu, Dara yang tau kakaknya akan berkata sesuatu yang serius di hanya mengehela nafas berat.

"Ada apa, Bang?"

"Lo nanti bawa senjata buat berjaga jaga jika ada sesuatu di sekolah. Terus nanti abang juga bawain lo bodyguard. Dia ngikutin kemanapun lo pergi."

UHUK!

Dara tersedak makanan yang sedang disantapnya.

"Uaanjir! Bawa senjata!? Gila lo bang! Sekolah ini bang! Emang mau tempur?. Terus lagi! Bodyguard! ngikutin gue kemana aja? Ngintilin gue gitu? Ke toilet juga? Wah gila lo bang!"

"Dara!" ucap Gara tegas dengan intonasi yang ditinggikan.

Dara menelan salivanya kasar ketika Gara memanggil namanya tegas.

"I-iya, bang. Apaan?" Dara mencoba menetralkan ke gugupannya

Gata menghembuskan nafasnya dengan sangat berat. Seberat angkat beton yang ditunggangi gajah.

"Dengerin, gue juga tau ini agak berat. Tapi ini semua demi keselamatan kita. Ingat itu. Keselamatan kita!" ujar Gara mengingatkan agar adiknya mengerti.

"Yaelah bang. Iya-iya gue tau." Dara bangkit dari duduknya menuju tempat yang hanya berisi senjata. Ditempat itu Dara memilih senjata yang ia rasa muat untuk ditaruh ditasnya, saku, kaos kaki, dan sepatu. Memilih senjata yang sangat kecil tapi kemampuannya luar biasa.
Dara juga membawa pistol serta pelurunya.

Merasa telah lengkap, ia segera menyusul Gara yang telah menunggunya.

Dalam perjalanan menuju sekolah, Dara hanya diam menatap jalanan di sampingnya. Gara yang melihat adiknya sedang melamun segera menepuk pundak sang adik.

"Dara" panggil Gara lembut.

Dara segera menoleh dan menatap Gara bingung.

"Jangan ngelamun." ucap Gara.

Dara hanya diam tak menyahut. Ketika sampai Dara lamgsung turun dari mobil dan disambut sahabatnya.

Ella merangkul pundak kiri Dara, sedangkan pundak kananya di rangkul Yani. Manda berjalan disebelah Ella.

"Yo! Bro! Adapakah gerangan dengan wajah jelekmu ini!" Ucap Ella dengan nada RAP anehnya.

"Najis lo, La. Makin lama makin gesrek aja" Dara tertawa puas ketika ucapannya membuat Ella memanyunkan bibirnya.

"Ra! Lo dicariin Dean kemarin. Lo lupa atau gimana? Lo kan pasangan sama Dean!" Yani mencoba sabar dengan ingatan Dara.

Dara langsung menepuk dahinya dan berlari kencang menuju kelasnya. Ella, Yani, dan Manda hanya menggelengkan kepala ketika melihat itu.

Dara sampai di depan kelasnya. Mencoba mengatur deru nafasnya yang terengah-engah. Dara masuk kedalam kelasnya dengan wajah khawatir jika Dean marah padanya.

Dean menolehkan kepalanya ketika melihat ada yang masuk kedalam kelas. Karna tersadar jika itu Dara, Dean langsung tersenyum senang karna orang yang ditunggunya telah datang.

"Dara" panggil Dean.

Dara melangkahkan kakinya mendekati Dean, "Sorry ya, gue kemarin lupa"  ucap Dara tulus

"Udah santai aja kali. Btw lo kemarin kemana? Gue cariin gak ada dimana-mana"

"Lo nyari gue nya gak teliti mungkin. Bisa aja gue kesrimpet sama motor motor lainnya" jawab Dara asal

"Ngarang dah lo!" ucap Dean jengah.

Suara bel berbunyi membuat semua yang awalnya berada diluar kini masuk kedalam kelas. Bertepatan dengan itu, Pak Chandra datang dengan diikuti seorang cowok dibelakangnya.

"Kita kedatangan anak baru. Silahkan kamu perkenalkan diri kamu" ucap Pak Chandra.

Semua murid yang berada disana menatap kagum pada anak baru. Kecuali Dara. Ya, Dara mengenalnya. Dia--

Edgar Waluyo.

***
Tbc

Pwt, selasa. 9 Januari 2018

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang