27 : Pengungkapan Terpendam

6.2K 285 0
                                    

Dean berbalik menghadap Dara agar mereka saling berhadapan. Dean menunduk sehingga mata mereka bertubrukan. Maklum, Dara pendek.

"Apa maksud, lo?" tanya Dean bingung.

Dara berdecak kagum, lalu menggelengkan kepalanya tidak menyangka. "Ternyata orang kaya lo emang patut di acungin jempol kebalik. Lupa sama pacar sendiri?"

Dean mengerutkan keningnya dalam, "Gue gak lupa asal lo tau itu, tapi lo yang gak punya waktu buat gue. Harusnya lo introspeksi diri sendiri sebelum marah-marahin gue kayak gini."

Dara menundukan kepalanya agar tidak melihat netra kelam milik Dean yang menyudutkannya. Lalu sunggingan manis terpatri dibibir cantiknya.

Dara mengangkat wajahnya, "Gue tau, gue minta maaf. Apa setelah gue ngasih tau yang sebenarnya ke elo, lo bakal di sisi gue terus? Atau lo malahan di sisi gue tapi dengan rasa mengkasihani? Menurut gue, lo sebaiknya gak tau masalah gue, agar lo tetap disisi gue dengan mata lo yang menyorot kesempurnaan buat gue. Gue tau kok, gak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tapi gue berharap dari tatapan lo sekali aja lo gak nganggep gue sebagai orang yang hanya bisa dimanfaatkan sama lo, sanggup?" Dara menjeda, "tapi tenang aja, setelah gue memberitahu yang sebenarnya, terserah lo mau bertahan disisi gue, atau tetap pergi. Gue tau kok semua yang lo sembunyiin selama ini. Jadi jangan sungkan, lo boleh ngambil semua harta gue, tapi tolong jangan hati gue. Karna hati gue udah dibawa sama lo seutuhnya. Gue takutnya lo gak bakalam tau tentang hati gue. Jadi gue kasih tau sekalian, hahaha... Miris banget gue, lo boleh ambil uang gue, tapi dengan syarat lo harus jadi pacar gue." Dara tersenyum dipaksakan, suaranya kian melirih pada ucapan terakhirnya. Tawanya hanya tawa hambar.

Dean terdiam menatap lawan bicaranya dengan sendu merasa bersalah, lalu dia menepuk kepala Dara beberapa kali. Mengundang wajah Dara untuk menatapnya.

"Sebelum lo ambil keputusan itu, lo harus denger penjelasan gue secara langsung," Dean menghela nafas, "gue sebenarnya dari dulu cuman manfaatin lo doang, gue itu orangnya gak sesuai apa yang lo liat sekarang, dan merokok itu bukan apa-apa, Dar. Gue sering gonta-ganti pacar, suka main malem, entah balap liar atau main ke club. Tapi— sejak Perusahaan papi gue bangkrut, gue harus bantuin dia buat bangun perusahaannya lagi. Dengan cara gue harus nge deketin lo, dan jadi pacar lo agar keluarga lo mau nikahin lo sama gue. Terus kalo gue gak mau, kartu kredit gue diambil sama bokap. Gue gak bisa hidup bebas tanpa kartu kredit itu, karna itu cuman salah satu barang yang gue butuhin, lo tau? Clara itu cuman mantan gue waktu SMP. Gue mau nutupin lo tentang itu agar lo gak sakit hati. Tapi, kayaknya lo lebih sakit hati kalau gak tau. Maafin gue karna gue bohongin lo selama ini. Terserah lo mau mutusin atau gimana. Gue tau gue salah. Maaf,"

Dara menepuk bahu kanan Dean sekali, lalu memperlihatkan senyuman manisnya, "gak papa, gue tau itu semua. Lo tenang aja, gue udah biasa kok di giniin, jadi itu gak seberapa. Gue maunya lo jangan sakitin hati gue lagi. Karna sakit di fisik gue udah cukup menyakitkan,"

Dean menatap Dara dalam, "lo gak mau mutusin, gue?"

Dara terkekeh, "lo berharap banget gue putusin?"

"Eh? Eng—engga. Mak—"

Dara memotong cepat, "Iya-iya, ada yang mau gue tanya, lo suka gue? Cinta gue? Sayang gue?"

"Sebenarnya... Belum terlalu sih, tapi gue percaya, cinta datang karna terbiasa, bukan?"

Dara mengangguk sebagai jawaban, "lo tenang aja, gue bakal buat lo terbiasa sama gue, cinta, sayang, suka, hanya sama, gue." Dean mengangguk.

"Satu lagi, gue mau pindah sekolah." lalu Dara beranjak pergi dari hadapan Dean.

"Tunggu! Lo serius? Katanya mau buat gue suka sama lo? Kok lo pindah? Bukanya secara langsung lo menjauh dari gue?" heran Dean.

Dara tersenyum, lalu membalikan badannya lagi, "Lo merasa kehilangan gak? Kalo merasa, gue gak jadi pindah deh, hehe... Bye."

***
Bel pualng sekolah berbunyi. Membuat semua mirid bergegas untuk keluar kelas setelah guru pergi.

Dara dan para sahabatnya berjalan di koridor untuk menuju tempat parkir mobil.

Ketika sedang berjalan, seseorang memanggilnya.

"Dara! Gue kehilangan!" teriak Dean.

Merasa namanya dipanggil dia menoleh, para sahabatnya pun ikut menoleh.

"Emang lo kehilangan apaan, Yan?" tanya Ella bingung.

"Iya, aneh kehilangan kok lapornya ke Dara. Dara bukan polisi kali," jengah Yani.

"Gue kehilangan seseorang," jawab Dean.

"Siapa? Adik lo? Emak lo? Atau mantan lo!?" tanya Yani lagi.

"Gue kehilangan Dara." jawab Dean tegas.

Mereka semua mengangguk paham.

"Guys, kayaknya hari ini kita gak bisa pergi, tapi sebagai gantinya besok gue traktir apapun yang kalian, mau!" ucap Dara senang.

Mereka paham, lalu pergi pulang setelah berpamitan dengan Dara.

"Ngerasa kehilangan? Oke, gue gak jadi pindah. Dan thanks karna udah mau jujur, Yan."

/**/
15 juni 2018

DeDara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang