Yang Tulus aja kalah sama yang Mulus.
- Yani Alifa -
———————————
Dara telah dibaringkan di brangkar rumah sakit milik kakeknya. Setelah di periksa oleh dokter, keadaan Dara semakin buruk. Itu bisa saja membangunkan sel-sel kankernya.
Setelah kemarin pingsan ditengah jalan, ia langsung ditemukan oleh bodyguard nya, dan membawanya kesini.
Wajah pucatnya membuat siapapun merasa kasihan menatapnya, bibir yang telah memutih, dan telah tidak ada rona diwajahnya.
"Dar, maafin Ayah. Ayo bangun sayang—" tangan Ayahnya mengusap kepala anak gadisnya dengan penuh kasih sayang.
"Yah, Dara masih ingin istirahat." Ucapan dingin Gara menghentikan aktivitasnya.
"Makanya suruh bangun!" ucap Gantoro naik satu oktaf.
Tangan Laras menggenggam tangan Gantoro dengan lembut agar bisa menenangkannya. Gantoro yang mengerti langsung menghembuskan nafasnya kasar.
"Kamu itu harusnya bisa menjaga adikmu, jangan sampai dia berbaring disini lagi." ucapan Ayahnya membuat Gara geram.
"Cih, baru peduli sekarang? Dari dulu kemana?" Gara tersenyum sinis memgingat Ayahnya yang selalu memilih Nara dari pada Dara.
"Diam kamu! Jangan jadi anak durhaka!" kini bentakan Laras membuat Gara benar-benar marah.
"Keluar kalian!" bentak Gara tak kalah keras, "jangan buat aku lupa bahwa kalian adalah orang tua ku!"
Bentakan mereka membuat Dara yang tertidur bangun, "Brisik!"
Mereka yang mendengar suara Dara langsung menoleh menatapnya.
"Kamu gakpapa? Udah baikan?" tanya Gantoro dengan mengelus kepala Dara, dan dijawab anggukan olehnya. Pasalnya Gantoro dan Laras bahkan Nara tidak ada yang mengetahui bahwa kini Dara mengidap penyakit Leukimia dan akan meninggalkan mereka selama 3 bulan lagi.
"Lo gakpapa? Mau gue panggilin dokter? Mana yang sakit? Mau gue pijet?" rentetan pertanyaan dari Gara membuat Dara jengah.
"Gue gapapa, Bang. Gue cuma sedikit pusing, udah gausah lebay. Entar juga sembuh."
"Tuh belanjaan lo kemarin! Alay banget sih pake ujan-ujanan! Lo kira film india yang bakal kejar-kejaran di tengah ujan deres? Pacar lo aja lagi sama cewe lain, mana mungkin ngejar lo!"
"Pedes amat," Dara membalasnya dengan malas, sudah kebiasaan Gara akam menjadi cerewet jika mengkhawatirkan dirinya dan orang yang dia sayang.
"Eh— Ayah sama Mamah. Kenapa disini? Tumbenan? Mana Nara?" tanya Dara hanya sekedar basa-basi.
"Ayah dapat kabar dari Kakek buat jenguk kamu, Nara ada di depan. Mau ayah panggil?"
"Gak usah, kabar kalian gimana?"
"Seperti yang kamu lihat, kami baik."
Dara mengangguk paham, lalu tatapannya beralih pada Gara yang sedari tadi memilih diam.
"Bang, lo gak anterin Ayah sama Mamah ke kantin buat makan?"
"Gak, mager." jawaban Gara yang jutek membuat Dara semakin geram.
"Abang! Mereka orang tua kita! Jangan kayak anak kecil deh!"
"Iya-iya, ayo keluar. Kalian pasti lapar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
DeDara [END]
Novela Juvenil"Yang takut kehilangan berusaha untuk membahagiakan." Ini bukan cerita tentang Good Girl mengejar Cold Boy. Bukan pula cerita tentang Good Girl mengejar Good Boy. Tapi ini cerita tentang, Dara Gantoro cewe tomboi yang paling nyebelin sejagad raya, c...