Yenaa kini sedang menatap pintu berwarna coklat yang berada dihadapannya. Disebelahnya, masih ada Bisma yang setia menemani Yenaa.
Pintu bertuliskan 11 IPS 3 itu kini sudah berada didepan matanya tapi ia sangat malas untuk masuk kedalam sana. Bukan ingin membolos atau melarikan diri, ia hanya belum siap menerima keadaan baru di sekolah Bina Tunggal.
Bisma, cowok itu memegang pundak Yenaa. Ia tersenyum memberi semangat pada Yenaa bahwa semua akan baik-baik saja.
Yenaa tersenyum menatap Bisma lalu mengangguk pelan, ia menarik napas panjangnya.
"Lo bisa, Na. Jangan takut, ada gue." itulah kata yang selalu diucapkan Bisma saat Yenaa merasa dirinya tidak percaya diri.
"Gue masuk nih?" tanya Yenaa saat memegang knop pintu kelas namun ragu untuk memutarnya.
Bisma terkekeh, "Iya dong, masuk. Emang lo mau berdiri terus disini?"
Yenaa menggeleng cepat, "Iya enggaklah. Ada-ada aja lo."
"Yaudah. Yuuk, masuk!" ajak Bisma menarik lengan Yenaa.
Yenaa menahan gerakan Bisma. Dengan otomatis mereka berhenti sejenak.
"Temen lo, semuanya baik kan?" tanya Yenaa ragu.
Bisma lantas tertawa renyah, "Baik semua kok. Mereka gak pernah membedakan. Meski anak IPS tapi mereka itu baik-baik."
Yenaa mengangguk, "Yaudahh, yukk!"
Bisma memutar knop pintu. Pintu berdecit menyebabkan suasana menjadi tegang. Yenaa, gadis itu terlihat ragu. Ia ragu jika dirinya tidak diterima dengan baik dikelas ini.
Sedang Bisma seakan tidak perduli tentang keraguan yang dialami Yenaa. Cowok itu menarik Yenaa kedalam kelas. Suasana ricuh yang terjadi karena freeclass pun menjadi hening. Semua menatap kearah Bisma dan Yenaa bersamaan.
Kini, Yenaa dan Bisma sudah berdiri didepan kelas. Pandangan menuju kearah mereka. Menjadi titik fokus adalah salah satu yang dihindari Yenaa. Dirinya tidak begitu suka jadi pusat perhatian.
Namun seakan lupa genggaman tangan Bisma pada Yenaa. Bisma berdeham menatap seluruh murid di kelas dengan pandangan yang sangat dingin.
"Kita punya temen baru." serunya dingin.
Yenaa mengeryit heran. Kenapa cowok yang berada disampingnya mendadak menjadi dingin? Bukannya ia begitu ramah?
"Asik! Cewek, Bro!" celetuk cowok yang duduk paling belakang, Rion.
"Eh, kenalin dong nama lo. Kok diem aja, sih?" sahut cewek berponi bernama Linda.
Yenaa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Eh, iya lupa." kekehnya.
"Nama gue Awkana Yenaa. Panggil aja Yenaa."
"Awkana? Titisan Awkarin lau?" celetuk Rion yang menghadirkan gelak tawa seisi kelas. Yenaa pun terkekeh mendengarnya.
"Iya, gue titisan Awkarin. Lo sucih gue penuh dosa." ujar Yenaa sarkastik.
"Duduk, gih. Jangan diri terus. Ntar kalo lo capek, gue gendong deh." ujar Sean, cowok yang duduk disebelah Rion.
Yang lain hanya tertawa dibuatnya. Ternyata dugaan Yenaa salah karena kelas ini sangat menerima dirinya. Mereka semua asik dan baik.
"Eh, wait deh! Itu tangan kenapa gak lepas ya?" suara Linda terdengar meledek.
Sontak semua mata tertuju pada tangan Yenaa yang digenggam erat oleh Bisma. Menyadari ucapan Linda, buru-buru Bisma dan Yenaa melepaskan pautan tangannya. Tentu saja dengan wajah memerah menahan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...