Hujan kembali mengguyur kota metropolis dengan lebat. Semilir angin dingin berlambai-lambai menerpa kulit semua murid kelas 11 IPS 3. Banyak yang memakai jaket untuk menghangatkan tubuhnya. Karena hujan belum juga reda sejak pukul 8 pagi tadi.
Sama seperti yang lainnya, Yenaa menggunakan hoodie yang dibawanya. Berangkat tadi, hujan belum membasahi bumi. Hanya baru rintik-rintik manja saja.
Bisma melirik Yenaa yang berada disebelahnya. Mengusap-usapkan kedua tangannya agar sedikit lebih hangat. Murid yang lain pun lebih memilih untuk tidur atau sekedar mengobrol ringan.
Bisma tersenyum kecil lalu memakaikan sarung tangan yang tadi di bawanya ke tangan Yenaa.
Yenaa tersentak, kaget. Perbuatan Bisma diluar perkiraannya. Yenaa memang sempat melihat Bisma membawa sarung tangan tapi tidak digunakannya.
"Dih apanih?"
Yenaa menghentikan kegiatan Bisma. Yenaa menarik kembali sarung tangan yang hampir tersematkan sepenuhnya ditangan. Melepaskannya kembali lalu menaruhnya dihadapan Bisma.
"Gak perlu."
Bisma mengernyit. "Kenapa?"
"Lo aja yang pake. Itu punya lo bukan punya gue." Yenaa kembali melakukan kegiatannya.
Membolak-balikkan buku yang sedang dibacanya. Sebenarnya Yenaa tidak benar-benar membaca hanya tidak ingin terlalu banyak berbincang.
"Kenapa? Kan gue yang ngasih. Ini buat lo aja."
Bisma menarik kembali tangan Yenaa yang sedang memegang buku. kembali memakaikan sarung tangan ke tangan Yenaa. Tak ada penolakan. Yenaa membiarkan Bisma memakaikan kembali sarung tangan yang sudah dilepasnya tadi.
"Gue tahu lo kedinginan. Gak ada salahnya pake sarung tangan yang gue kasih. Lagian hujan dari tadi pagi belum juga berhenti. Mau sok kuat ngadepin udara yang dingin?"
"Makasih." Balas Yenaa. Bukannya menjawab pertanyaan, Yenaa lebih memilih mengucapkan ucapan terima kasih pada Bisma.
"Kita freeclass sampe pulang, ya?"
Rion tiba-tiba saja sudah berdiri disebelah Yenaa. Memandang Yenaa dan Bisma bergantian. Memperhatikan setiap pergerakan yang dilakukan oleh dua insan dihadapannya.
"Mungkin," Sahut Bisma. "Hujannya masih deras, guru males kali buat ngajar. Apalagi cuacanya enak buat tidur."
"Oh, gitu." Rion menganggukkan kepalanya. "Gue pikir bakalan pulang cepet." Rasa kecewa terlihat jelas diraut wajah Rion.
"Niat lo dateng ke sekolah itu sebenernya apa sih? Pengennya pulang cepet terus." Ceplos Yenaa membenarkan rambutnya.
"Mainlah! Ketemu kalian!" Balas Rion nyengir.
"Pada ngomong apaan nih?" Ucap Sean menarik kursi dan duduk disebelah Bisma.
"Tanya sama temen lo aja tuh," sahut Yenaa menunjuk Rion dengan dagunya. "Maunya balik cepet terus. Padahal mah niat sekolah juga enggak."
"Sirik aja lo, Na!" Sinis Rion.
"Ye, ni anak!" Balas Yenaa kesal.
"Lagian sejak kapan sih Rion dateng ke sekolah dengan niat yang paling bener? Niat dia tuh cuma mau main, bukan belajar." Ucap Sean menyindir.
"Nah, betul!" Celetuk Rion terkekeh.
"Gatau diri banget!" Sinis Yenaa.
"Lo kenapa sih? Sensi banget sama gue. Ada masalah?" Kesal Rion merasa ada yang tidak disukai sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...