26 - Jangan pergi

354 89 0
                                    

"Turun!" Perintah Reynald pada Yenaa saat tiba di depan rumah gadis itu. Yenaa mencebik, benar saja. Mau sampai kapan juga Reynald tetaplah cowok galak tidak berperasaan. Kenapa sekarang dia terjebak pada cowok itu?

"Sabar!"

Yenaa turun dengan perlahan, lalu menyerahkan helm milik Reynald. Yenaa tadinya bingung kenapa cowok itu membawa dua helm, ternyata satunya untuk dia. Yenaa juga tidak mengira, cowok seperti Reynald masih punya pikiran seperti itu.

"Kabarin gue." Ucap Reynald tanpa melirik Yenaa.

Yenaa kesal, tentu. Dia yang diantar pulang kenapa dia juga yang memberi kabar? Tidak kebalik? Seharusnya Reynald yang memberi kabar padanya karena dia yang pulang paling akhir setelah mengantarnya. Ah, tapi Yenaa baru ingat. Cowok itu kan memang aneh.

"Nanti,"

"Jangan lupa," ucap Reynald sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah Yenaa.

Yenaa menatap kepergian Reynald dengan rasa yang masih sama. Masih membenci cowok itu meski sudah tidak separah dulu. Tapi tetap saja, dia rasanya ingin membunuh cowok itu. Yenaa mendengus, memilih masuk ke dalam daripada memikirkan cowok galak itu.

"Assalamualaikum," ucap Yenaa saat membuka pintu. Yenaa melihat sekitarnya yang begitu sepi. Kemana sekiranya orang tuanya pergi

Yenaa menghela napas, apa mereka ada pekerjaan di luar sana? Lama terjebak di tangan Reynald, mereka sampai tidak melakukan pekerjaannya. Sehingga memungkinkan hingga saat ini, orang tua Yenaa masih bekerja. Terlebih lagi Ayahnya.

Ah, tapi kan ibu tidak kerja. Lalu kemana beliau pergi? Mungkin saja sedang main ke rumah tetangga. Bisa jadi, Yenaa juga tidak tahu. Yenaa menggendikan bahunya, meninggalkan ruang tamu yang terasa sunyi menuju kamar miliknya. Mengganti pakaian dan langsung tiduran di atas kasur. Melenturkan tulang-tulang tubuhnya yang terasa sangat pegal.

****

Yenaa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Berdiam sejenak mengatur napasnya yang tidak karuan. Dia benar-benar semakin tidak percaya dengan harinya. Menjadi pacar Reynald? Sungguh diluar perkiraannya. Mereka seperti anjing dan kucing, tapi sekarang terlihat seperti lem dan perangko. Tidak bisa lepas!

Ah, Yenaa rasa bukan tidak bisa lepas. Tapi dia hanya terjebak dalam permainan Reynald. Sungguh, cowok itu terlalu banyak menyimpan rahasia. Reynald tidak begitu jahat, tapi dia juga tidak baik. Reynald masih bisa dibilangin, tapi dia juga tidak bisa digenggam. Reynald terlalu jauh dan Yenaa... Tidak bisa menggapainya.

Dering ponsel Yenaa berbunyi, pertanda ada telepon masuk. Yenaa mendengus, siapa yang berani meneleponnya disaat seperti ini? Sungguh menyebalkan. Mau tidak mau, Yenaa mengambil ponselnya di atas nakas, mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Apa?" Ucap Yenaa malas.

"..."

"Gak bisa gue."

"..."

"Bodo amat. Lagian gak bilang dari awal. Gue udah males, lagi capek. Bisa ngertiin posisi gue gak? Kerkom bisa kapan aja, itu tugas dikumpulnya masih dua minggu lagi. Gak usah ribet."

"..."

"Gue gak peduli. Gue capek, mau istirahat."

Telepon dimatikan sepihak oleh Yenaa. Gadis itu mendengus kasar, Desi menelepon Yenaa disaat moodnya sedang hancur. Sehingga gadis malang itu malah kena semprot Yenaa.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang