Tok... Tok... Tok....
"Na." panggil Selin, ibunya. Selin terus mengetuk pintu kamar Yenaa yang sedari tadi ditutup begitu rapat. Padahal sudah saatnya makan malam, namun anak itu masih saja berdiam diri didalam kamar.
Selin terus mengetuk pintu coklat itu. Masih sama, belum ada sahutan dari dalam. Selin menghela napasnya. Putrinya ini memang terkadang sulit diajak makan malam bersama dengan alasan banyak tugas dari sekolah.
Sekali lagi ia akan mencoba, jika tidak ada sahutan maka ia tidak akan mengetuk pintu kamar Yenaa lagi.
Selin menyerah. Ia beranjak dari depan pintu kamar Yenaa menuruni tangga menuju ruang makan yang sudah terdapat Diko, ayah Yenaa.
Tepat saat di anak tangga pertama kaki Selin melangkah, pintu coklat itu terbuka. Menampilkan seorang gadis yang penampilannya sudah rapi dengan pakaian tidur.
Selin menatap gadisnya itu dengan pandangan yang sulit diartikan sedangkan Yenaa, gadis itu hanya cengengesan melihat ibunya.
"Maaf, bu. Tadi abis dari kamar mandi." ujar Yenaa berjalan mendekati Selin. Lalu mereka menuruni tangga bersama sampai tiba di meja makan.
Diko menatap Yenaa yang sudah rapi dengan piyamanya hanya bisa menghela napas panjangnya. Ia sudah hafal betul kebiasaan Yenaa sehabis matahari tenggelam.
Selin duduk disebelah Diko sedang Yenaa duduk bersebrangan dengan kedua orang tuanya. Yenaa masih saja nyengir menatap kedua orang tuanya karena ia mengulangi lagi kebiasaan buruknya.
"Yasudah mari makan." ujar Selin mempersilakan.
Yenaa mengangguk lalu mengambil nasi dan lauk pauknya begitupun dengan Diko dan Selin.
"Baca doa dulu." suara tegas Diko berhasil membuat Yenaa menghentikan suapan nasinya. Yenaa terkekeh melihat sang ayah yang menatapnya datar.
"Lupa. Maaf, Yah." kekeh Yenaa. Selin hanya menggelengkan kepalanya. Seperti biasa, situasi seperti ini akan terus terulang.
Mereka melakukan makan malam dengan khidmat. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring yang memecahkan keheningan.
Setelah selesai makan malam, Yenaa membantu ibunya merapihkan piring kotor dan membawanya kedapur untuk dicuci. Seperti itulah keseharian Yenaa jika waktu makan malam selesai.
"Yaudah Yenaa keatas dulu yaa, bu." ujar Yenaa setelah selesai merapihkan piring yang sehabis dicucinya.
Selin mengangguk, "Jangan tidur larut. Kalau ada tugas, dikerjakan dulu."
Yenaa tersenyum lalu mengangguk.
"Malam." ujarnya mengecup pipi kanan ibunya lalu segera berjalan menuju kamarnya.
Yenaa menaiki anak tangga satu persatu setelah kenyang sehabis makan. Ia membuka pintu berwarna coklat itu dan menutupnya kembali. Tak lupa ia menguncinya dari dalam.
Ia duduk dikursi meja belajarnya. Ia mengecek buku jadwal untuk hari esok. Jika ada tugas ia akan mengerjakannya tapi jika tidak ada maka ia akan bermalasan didalam kamar seraya memainkan ponsel.
Setelah tahu kalau tidak ada tugas. Ia hanya merapihkan buku yang akan dibawanya besok. Sesudahnya ia berbaring diatas ranjangnya dan bersandar pada punggung ranjang.
Ia mengambil ponselnya yang berada diatas nakas lalu mengeceknya. Ternyata terdapat banyak chat dari grup kelasnya.
Ia pun membukanya dan mengscroll dari awal percakapan hingga akhir karena dirinya ketinggalan chatting.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...