Yenaa menyamai langkah besar Reynald. Setelah dari tempat yang tidak ia ketahui, di bawah pohon tadi, Reynald mengajak Yenaa ke suatu tempat asing baginya. Reynald mengajak Yenaa berkunjung ke rumah temannya. Bahkan tidak pernah terlintas di benak Yenaa jika cowok itu mau memperkenalkannya ke teman mainnya.
"Mau ngapain?"
"Main, lah." Sinis Reynald. Cowok itu mengetuk pintu dan menunggu beberapa detik sebelum akhirnya pintu itu terbuka lebar.
"Reyn, lama bang---"
"Berisik!" Potong Reynald melengang masuk. Membuat cowok yang membukakan pintu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Cowok itu memandang Yenaa dan menyuruh gadis itu ikut masuk ke dalam.
Ketika kaki Yenaa mulai melangkah, ia melihat Reynald sudah rebahan di atas sofa. Menutup matanya dengan lengan, dan bertingkah seperti rumah miliknya. Yenaa melirik cowok tadi, cowok itu menghilang entah kemana.
Ia menghampiri Reynald dan duduk di seberang cowok itu. Terus memandang Reynald yang entah tidur atau tidak. Yang jelas, kedua mata menakutkan itu sudah tertutup.
"Gak usah liat-liat! Nanti lo naksir gue, ribet."
Yenaa tersentak, membuang wajahnya ke arah lain. Tidak menyangka jika Reynald mengetahui bahwa Yenaa memperhatikan cowok itu. Memalukan sekali. Pasti wajahnya sudah semerah tomat. Seperti kepergok selingkuh, Yenaa langsung salah tingkah saat Reynald membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Minum nih," ucap teman Reynald yang belum Yenaa ketahui namanya. Reynald melirik temannya itu bingung.
"Tumben,"
Temannya membalas tatapan Reynald, "Lo ke sini bawa orang lain, yakali gak gue kasih minum."
"Minum!" Reynald menyerahkan segelas air itu ke Yenaa. Membuat Yenaa bingung tapi tetap mengambil gelas yang berada di genggamannya. Ia meneguk ragu air itu. Sedikit was-was mengingat ia sedang di rumah orang asing.
"Gak gue kasih racun, kok." Celetuk teman Reynald membuat Yenaa tersentak. Gadis itu jadi merasa tidak enak.
"Reyn, ke kamar gue bentar. Gue mau ngomong," bisik teman Reynald yang masih bisa dijangkau dengan pendengaran Yenaa.
"Di sini aja,"
"Di kamar, Reyn. Penting!"
"Oke," Reynald menyetujuinya. Temannya itu sudah berjalan lebih dulu meninggalkan mereka. Kemudian Reynald menatap Yenaa dengan datar. "Lo di sini dulu. Jangan kemana-mana, gak usah ke sana-sini. Diem aja di sofa, gak usah beranjak kalo bukan ke kamar mandi!"
Dan perkataan Reynald sudah seperti perintah untuk Yenaa. Gadis itu dengan mudah menurut semua ucapan cowok galak itu. Seperti yang sudah-sudah, ia hanya mengingat jika sekarang dia adalah mainan Reynald. Boneka yang bisa digerakkan kapan pun Reynald mau. Yenaa mengembuskan napas berat. Lagi dan lagi ia harus ditinggal dengan banyak pertanyaan.
Seperti; rumah siapa ini? Dimana dia sekarang? Siapa yang akan mengantarnya pulang nanti? Bagaimana keadaan Bisma? Ah, Bisma ya? Bagaimana dengan semuanya?
Yenaa menggeleng pelan, membuang semua pertanyaan-pertanyaan bodoh yang keluar begitu saja. Untung di sini hanya ada ia seorang sehingga tak perlu ada yang melihatnya bersikap aneh.
*****
"Terus sekarang gimana keadaan dia?" Lirih Naina.
"Dia baik-baik aja, kok. Tapi baru belakangan ini aja dia membaik, sebelum akhirnya dia ketemu sama perempuan yang bisa bikin sikap nyebelin dia balik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...