13 - MENYEMANGATI

416 98 3
                                    

"Jadi, Ibu itu yang kamu maksud?" tanya Ibu Risma, pengurus panti jompo.

Bisma mengangguk lalu tersenyum, "Boleh kan, bu? Kasihan, dia gak punya tempat tinggal."

"Anaknya pada kemana?"

"Gak ada yang mau urus dia. Saya dengar, ia hanya menyusahkan anaknya saja." sahut Bisma tersenyum masam.

Ibu Risma melirik Ibu Genis--pengemis itu yang duduk bersama Yenaa diruang tamu. Sedangkan Bisma berada diruang pengurus panti.

"Jahat sekali anaknya. Apa mereka lupa dari mana mereka bisa hadir ke dunia yang indah ini? Sungguh malang nasib Ibu Genis."

"Benar." Bisma menimpali. "Maka dari itu, saya mau beliau bisa tinggal disini. Saya dengar, Ibu juga sedang mencari orang yang bisa masak. Siapa tau, beliau bisa bantu-bantu juga disini."

"Bisa saja." ujar Ibu Risma. "Jika beliau berkenan, saya gak masalah. Nak, Bisma. Hatimu mulia sekali, sama seperti gadis yang berada disebelah Ibu Genis."

Bisma terkekeh pelan, "Ibu bisa aja. Saya begini juga karena ingat kebaikan ibu. Kalau ibu gak nolong saya waktu itu, saya gak tahu deh nasib saya bakal kayak gimana."

"Kamu jangan ngomong gitu." potong Bu Risma. "Semua sudah takdir dari Allah."

Bisma mengangguk kemudian tersenyum. Ia menoleh kebelakang, menatap Yenaa dan Bu Genis yang sedang berbincang.

"Gadis itu, kamu suka?" suara Bu Risma menyadarkannya. Bisma menatap Bu Risma dalam diam kemudian tersenyum malu.

"Perjuangkan dia. Jaga dia layaknya ia adik kamu." nasihat Bu Risma. "Oh, iya. Bagaimana kabar kedua orang tua kamu? Dan juga, adik kamu?"

"Orang tua saya baik, kalau adik saya..." Bisma terdiam sejenak. "Saya rasa juga baik."

"Jangan marah terlalu lama. Marah itu wajar, tapi menjadi tak wajar kalau kamu marah berlama-lama nanti takutnya jadi dendam." nasihat Bu Risma.

"Iya, bu." Bisma tersenyum. "Kalau gitu biar saya panggil Bu Genis ngadep Ibu ya?"

Bu Risma hanya mengangguk. Kemudian Bisma keluar untuk memanggil Bu Genis. Bu Risma menatap punggung laki-laki yang ditolongnya empat tahun lalu itu dengan senyum sendunya.

Jangan terlalu lama menjadi es. Kamu sudah punya penghangat yang dapat mencairkan es. Maka kamu harus dapat berubah, terutama dengan keluargamu.

"Bu Risma?" Bisma memegang lengan Bu Risma.

Bu Risma tersentak, kaget. "Hah? Eh, duduk dulu Bu Genis." sapanya.

"Ibu kenapa bengong?" tanya Yenaa mengeryit.

"Eh, anu. Tadi ibu lagi mikirin mau masak apa, ibu sampe lupa masih ada urusan sama kalian."

Bisma menatap Bu Risma tidak percaya. Bu Risma melirik Bisma yang menatapnya penuh tanya. Ia hanya tersenyum mencoba agar Bisma mengerti dan tak bertanya lebih jauh.

"Kalau gitu, saya pulang dulu ya sama Kana." seru Bisma. "Mari, Bu Genis, Bu Risma."

"Iya, silahkan, hati-hati ya nak." sahut mereka berbarengan.

"Iyaa.. Assalamualikum." ujar Yenaa tersenyum dan menyalami mereka berdua begitu juga Bisma.

"Waalaikumsalam."

*****

"Seneng banget, deh. Bisa bantu orang yang membutuhkan." Yenaa tersenyum riang.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang