Bisma berjalan dengan wajah yang dingin. Selalu begitu. Ia berjalan melewati murid yang selalu menatapnya enggan. Di sepanjang koridor, ia hanya berjalan memandang lurus ke depan tanpa melirik kanan kiri.
Padahal ada juga siswi yang berani menarik perhatian Bisma tapi ia tetap diam dan tidak perduli.
"Woi! Muka es lo gak ilang-ilang ya!" ujar Rion menepuk punggung Bisma. Entah sejak kapan, dibelakang Bisma sudah ada Rion, Sean dan Linda.
Rion menyamai langkah kaki Bisma, "Ck! Masih aja, ya. Gimana mau dapet pacar kalau muka lo beku terus."
Bisma hanya melirik Rion malas. Kemudian kembali menatap jalan depan. Ia berjalan dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam kantung celana nya.
"Percuma lo ngomong sama Bisma mah, Yon." Sean menimpali. "Yang ada juga malah sakit hati dikacangin terus."
"Kayak pernah sakit hati aja lo!" senggol Linda.
Rion menengok ke belakang, "Mending sakit hati karena di kacangin daripada sakit hati karena mendam perasaan tapi doi gak peka?" sindirnya.
Sean menatap tajam Rion yang terkekeh dan berjalan lebih cepat dengan Bisma. Sean berjalan berdampingan dengan Linda dibelakang mereka.
"Maksud ucapan Rion apa sih, Ndra?" lirik Linda pada Sean.
"Gue gak tahu." Sean menggendikan bahunya. "Jangan panggil gue Ndra, Lind. Aneh banget di dengarnya."
"Loh, kenapa?" sahut Linda mengeryit. "Nama lo kan, Seanandra Maksuel. Gak apa-apa dong gue panggil Andra?" liriknya pada Sean.
"Aneh tau." ujar Sean terkekeh. "Kenapa gak sekalian aja lo panggil gue Maksuel?" sindirnya.
"Gak cocok ih!" Linda tertawa renyah. "Andra aja deh, lebih bagus kan?" sambungnya dengan sisa-sisa tawanya.
"Pilih Sean atau Andra?" ujar Sean seakan memberi pilihan. "Harus milih ya, gak boleh dua-duanya. Tapi lebih bagus sih kalau lo pilih Sean aja. Andra agak aneh di dengernya."
"Kalau pilih kamu gimana?" goda Linda tersenyum manis yang membuat kedua pipi Sean memerah. "Ih? Masa pipi lo merah gitu sih?" Linda menoel pipi Sean kemudian berlari dengan tawanya menjauh dari kejaran Sean.
"Sialan!" umpat Sean tersenyum menatap Linda yang berlari. "Gak usah lari! Gue pasti bakal bisa kejar lo!" Sean berlari mengejar Linda.
"Kejar aja kalau bisa, wle!" balas Linda teriak dengan menjulurkan lidahnya.
Sean tertawa dibuatnya dengan masih mengejar Linda. "Awas aja, kalo ketangkep sama gue. Gamau tau, pokoknya lo harus bales perasaan gue." guman Sean geli sendiri dengan ucapannya.
*****
Yenaa berdiri bersandar di depan kelas 11 IPS 3 bersama Dodit, teman sekelasnya. Sesekali Yenaa fokus dengan ponsel yang berada di genggamannya.
"Lo ngapain sih, Na?" suara Dodit menyadarkan Yenaa akan keberadaannya. "Gabut banget ya lo? Sampe diem berdiri sendiri di depan kelas gini."
Yenaa melirik Dodit dengan sebelah alisnya yang dinaikan, "Lah, lo sendiri ngapain?"
"Gue sih, emang sebelum bel masuk suka berdiri disini." sahut Dodit bersandar pada dinding. "Beda sama lo. Lagi nunggu orang ya?"
"Mau tau aja lo." cetus Yenaa terkekeh. "Tumben banget lo mau ngomong sama gue. Biasanya lo paling anti ngobrol sama gue."
"Dih?" Dodit menegakkan tubuhnya. "Gue gak anti kali ngobrol sama lo. Gue cuma paling males ngomong sama cewek."
"Kenapa?" tanya Yenaa memasukan ponselnya kedalam saku. "Padahal asik loh ngobrol sama cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...