"Reyn!"
"Apaan sih lo!" Ketus Reynald.
Reynald terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan gadis itu. Reynald tidak peduli lagi dengannya, Reynald sudah tidak mempunyai stok kepedulian untuk gadis yang sudah menyakitinya. Bagi Reynald, masa lalu yang menyakitkan hanya sampah. Tidak akan pernah bisa dikembalikan seperti semula. Meskipun bisa, semua orang pasti tahu hasilnya tak akan pernah sama. Rasanya tetap beda.
"Reyn, tunggu!" Pekik gadis itu mengikuti langkah Reynald yang semakin lebar. Gadis itu menangkap tangan Reynald membuat langkah cowok galak itu terhenti.
"Apa?" Reynald masih memasang wajah datarnya.
"Maafin gue," lirih Raina. "Gue gak mau jauh dari lo, Reyn. Tolong jangan menjauh."
Gadis itu menunduk, membuat Reynald mendengus keras. Reynald menatap tajam gadis di depannya, ia tidak tertarik sama sekali. Kalau bukan karena kebosanannya, mungkin ia sudah menghempas jauh-jauh tubuh gadis itu.
"Basi!"
"Reyn, please!" Raina menahan lengan Reynald agar cowok itu tidak kabur.
Reynald melepas tangan Raina. Tidak kasar dan tidak lembut. Biasa saja. Reynald masih menatap datar gadis itu. Tidak ada minat sama sekali, justru ia semakin muak melihat wajah sok lugu di depannya.
"Berhenti."
"Gak mau!"
"Berhenti mengharapkan sesuatu yang gak bisa lo raih."
Reynald meninggalkan Raina yang bergeming di tempat. Sudah dibilang, cowok galak itu tidak akan pernah peduli lagi dengan masa lalunya. Baginya, masa lalu seperti Raina harus segera dibasmi. Benalu. Ia sangat benci orang seperti itu. Reynald sebenarnya tidak begitu benci dengan Raina tapi sikap gadis itu membuat Reynald semakin tidak menyukainya. Sikap gadis itu juga tidak kunjung berubah.
Reynald tidak menyesali jika pernah berhubungan dengan gadis seperti itu. Dia hanya menyesal pernah menyayangi seseorang yang tidak bisa menghargai perasannya. Apalagi setelah apa yang sudah gadis itu perbuat. Ditambah dengan sikapnya yang menjijikan. Sungguh, Reynald sendiri semakin hari semakin tidak menyukai keberadaannya di bumi. Ia seperti berpijak di atas udara yang tidak mau menyatu dengan semesta. Ia seperti dihempas menuju dasar jurang yang tidak ada dasarnya. Reynald sendiri masih belum mengerti kenapa ia selalu bersikap kasar kepada perempuan. Apa segitu berpengaruhnya masa lalu seseorang yang suram?
Reynald menggeleng pelan, membuang jauh pikiran yang tidak masuk akal. Reynald tidak pernah berpikir jauh sebelumnya, ia hanya akan bertindak sesuai dengan keadaan saat itu juga. Tidak perlu merencanakan karena menurutnya setiap rencana hanyalah sekadar rencana, tidak akan pernah terealisasikan. Bukan, begitu? Rencana hanya menjadi pemaduan antara keinginan dan harapan yang menggebu, selebihnya kosong. Tidak akan pernah terjadi karena sebenarnya, tanpa sebuah rencana, semua akan bisa terealisasikan.
*****
Di taman cukup sepi. Yenaa mengambil headset yang sering ia pakai jika sedang dalam mode bosan. Gadis itu memilih taman belakang sekolah yang sedang sepi, dan sepertinya ia sedang menghindari cowok galak yang suka datang tiba-tiba tanpa pernah diketahui. Reynald memang suka begitu, belakangan ini sikap cowok galak itu berubah banyak. Membuat Yenaa semakin waspada, takut terjebak semakin dalam dengan pesonanya. Apalagi saat ini Yenaa sudah terperangkap dengan perasaan semu yang samar-samar bisa dilihat oleh cowok galak itu.
Mungkin jika benar Reynald mengetahuinya, pasti cowok galak itu akan tertawa keras. Menertawakan dirinya yang sangat bodoh karena mau dengan senang hati dipermainkan olehnya. Bahkan sekalipun sadar jika hanya dijadikan bahan mainan. Yenaa tidak peduli. Benar-benar tidak peduli karena yang ia lakukan saat itu cuma ingin kedua orang tuanya selamat dan hidup tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Fiksi Remaja( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...