Halo apa kabar?
Adakah yang nungguin HC update?
Hehe sekarang mulai dilancarin deh nulisnya biar ga nunggu lama. Doain aja, ya.
Happy reading{}
•••••
Bisma menunduk dalam. Dia bingung dengan nasibnya kelak. Bagaimana bisa dia kecolongan begini? Harusnya dia bisa melindungi Reyn dengan tenaganya.
Bagaimana bisa seorang kakak akan baik-baik saja melihat adiknya sendirian di dalam ruangan perawatan dengan selang yang berada di tubuhnya?
Seberengsek apa pun Reyn, dia tetap adiknya yang paling Bisma sayang. Mungkin ia tak pernah menunjukkan rasa sayang dia pada cowok itu. Tapi percayalah, tak ada satu pun seorang kakak yang benar-benar membenci adiknya.
Dan itu juga berlaku untuk Reynald.
Sekarang di rumah sakit cuma ada Bisma. Ia sudah menyuruh Naina pulang bersama Yenaa. Dia tidak akan membiarkan dua gadis itu terus menangis sesenggukan di depan kamar inap Reynd. Ia ingin mereka beristirahat lebih dulu karena mereka terlihat sangat lelah sehabis menangis.
Bisma juga sudah menghubungi kedua orang tuanya. Mereka sudah datang dan mengurus administrasi rumah sakit. Namun mereka pergi lagi ke rumah untuk mengambil barang yang diperlukan sebab datang buru-buru ke rumah sakit.
Ternyata Bisma kembali merasakan sakit yang tiada tara. Belum sempat mereka berbaikan dan saling menerima keadaan, Reyn malah tergeletak lemah tak berdaya di atas brangkar.
Bisma beranjak, mendekat ke brangkat Reyn. Dia menelisik wajah cowok itu yabg tertidur lelap. Reyn anak baik. Hanya dia kurang bisa menunjukkan kebaikannya. Reyn tidak jahat.
"Bangun. Betah banget lo tidur." celetuk Bisma tertawa hambar. Ia menyentil kening Reyn yang belum sadar. "Gue lebih seneng liat lo ngomel daripada diem kayak gini. Sepi."
Bayangkan bagaimana rasanya jadi Bisma. Dia kesepian karena tidak ada makian yang keluar dari mulut Reyn. Dia rela dimaki hanya untuk mendengar suara Reyn. Dia rela dibenci agar terus bisa berinteraksi dengan Reyn. Percayalah, mereka dulu sedekat upil dan hidung tapi sekarang malah sejauh ujung kepala dan ujung kaki.
Lagi-lagi sekelebat bayangan masa lalu menghantui. Harusnya Bisma sudah bahagia untuk saat ini. Bukan terus merasa tersakiti.
Dia jadi ingat kenapa dulu mereka bisa bermusuhan. Sedikit menyakitkan memang mengingat moment seperti itu.
Saat itu Bisma rebutan main sepeda dengan Reyn. Salahkan orang tua mereka yang hanya membelikan satu sepeda untuk dua orang anak laki-laki. Awalnya memang mereka bergantian tapi lama kelamaan mereka jadi saling egois.
Lucu sekali memang. Mereka main kejar-kejaran disaat salah satu dari mereka melaju dengan sepeda dan yang lain mengejarnya dengan berlari.
Bisma pikir kejadian seperti itu akan membawa dampak baik untuk ke depannya. Nyatanya ia keliru. Sebab kejadian itu, saat Bisma naik sepeda dan Reyn mengejarnya, mereka terlalu mengarah ke jalan besar. Sehingga kecelakaan itu tak bisa dielakkan.
"Aw," Bisma meringis saat kepalanya sakit mengingat kejadian itu. Menyesakkan.
Ia memilih kembali duduk di sofa, memandang Reyn dari jauh. Bisma memejamkan mata, kembali mengenang masa itu. Masa dimana dia benar-benar berjauhan dengan Reyn.
Saat dibawa ke rumah sakit, Bisma dirawat. Yang dia ingat saat itu, dia kena amnesia. Untuk ukuran bocah delapan tahun yang bermain sepeda, mungkin hal itu terbilang mengerikan. Nyatanya, Bisma masih bertahan sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...