"Gue, boleh nanya?" suara Linda terdengar mencekam. Saat ini ia sedang bersama dengan Sean, Rion dan Bisma. Tanpa Yeena. Di sebuah Cafe tak jauh dari rumah mereka.
Linda memandang ketiga cowok itu bergantian. Wajahnya datar, tak menunjukkan ekspresi apapun. Entah apa yang membuatnya seperti itu, mungkin ia sedang masa datang bulan.
"Kenapa?" sahut Rion mengeryit.
"Gue gak nanya sama lo!" ketus Linda. "Gue mau nanya Bisma."
Rion tergelak, "Anjir! Sans, dong!"
Bisma mengangkat kepalanya menatap Linda dengan kening yang mengkerut, "Apa?"
"Lo, suka sama Yenaa?" tanya Linda to the point.
Bisma mengeryit, "Suka?" kemudian terkekeh geli. "Ngaco lo!"
Rion memandang Bisma dengan sebelah alisnya yang diangkat, "Loh, bukannya emang bener?"
"Iya, Bis. Gak usah ngelak kali." sambung Sean.
"Serius, Bis!" tegas Linda.
Bisma membenarkan duduknya. Ia bersandar pada punggung kursi dan menatap ketiga temannya bergantian.
"Kalau gue suka, kenapa?"
Linda mendelik, "Gak boleh!"
"Kenapa?" tanya Bisma mengeryit. "Lo suka sama gue?"
Tawa rion pecah saat itu juga, "Linda, serius? Lo suka sama Bisma? Terus nasib Sean gimana, Lind?" kekehnya mengejek.
"Heh! Kenapa jadi gue dibawa-bawa!" ketus Sean. Padahal dalam hatinya membenarkan ucapan Rion.
"Bukan. Gue gak suka sama lo." sahut Linda. "Gue cuma takut lo akan nyakitin Yenaa."
"Gak ada orang yang akan menyakiti seseorang yang di sayangnya." sahut Bisma mantap.
"SETUJU!" pekik Rion. "Lagian ya, Lind. Tumben banget lo nanya kayak gitu?"
"Gak apa-apa." sahut Linda melirik Sean sejenak. "Cuma nanya."
Sean berdeham, "Udah sore. Balik, yuk?"
"Lo duluan aja. Gue masih mau disini, sendiri." sahut Bisma menyesap minumannya.
Linda beranjak dari sana begitu juga dengan Sean dan Rion. "Kalau gitu, kita duluan, ya."
Bisma hanya mengangguk menatap kepergian mereka. Saat ini, logika dan hati nya sedang beradu argumen. Logika berkata kalau suka jangan sampai mengemis tapi hati berkata sebaliknya. Kalau suka ya berjuang jangan hanya diam.
*****
Dilain tempat, Yenaa sedang berdiri di depan cermin memandang pantulan dirinya yang sudah rapi menggunakan pakaian santai dan siap untuk pergi ke luar.
Sekali lagi, ia merapihkan tataan rambutnya yang sudah dikuncir kuda. Ia memoles sedikit lipbalm yang berwarna sedikit pink pada bibirnya. Ia tersenyum menatap bayangan dirinya.
Kemudian ia berjalan keluar menggunakan taksi karena malas membawa kendaraannya sendiri. Ia memesan taksi online dan menunggunya di Pos satpam bersama Pak Tiar.
"Loh, neng Yenaa mau kemana?" suara Pak Tiar terdengar lembut.
"Eh? Mau keluar pak. Saya numpang duduk dulu ya disini." sahut Yenaa tersenyum.
"Silahkan atuh, neng." Pak Tiar mempersilahkan Yenaa duduk. "Lagi nunggu jemputan atau gimana, neng?"
"Lagi nunggu taksi, Pak." balas Yenaa tersenyum. "Kayaknya nanti saya agak malam pulangnya, pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Novela Juvenil( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...