41. Sebuah kebetulan

240 84 0
                                    

Haloo?

Adakah yang menunggu hardest choice update?

Kalau ada, maka bahagialah.

Aku akan usahain update cerita ini seepat mungkin karena emang dikit lagi tamat.

Okelah kalau gitu,

Happy reading~

•••••

Bisma melenguh lelah. Sudah mencari Reyn kemana pun tapi belum ketemu juga. Teman-temannya pun sama letihnya dengan dia.

Kemana Reyn pergi?

"Taman RS nggak ada," seru Rion.

"Mal juga nggak ketemu, malah rame banget." timpal Sean.

"Gue bingung," lirih Bisma.

Bisma duduk di pinggir trotoar sambil menunduk dalam. Kepalanya sakit memikirkan keberadaan Reyn. Seharusnya tidak begini. Seharusnya mereka bersama.

Sepenggal kenangan saat mereka berpisah kembali melintas dalam benak Bisma. Masalah yang membuat mereka tidak bisa lagi bersama meski kenyataannya mereka begitu dekat. Dalam satu ruang, mereka menjadi orang asing.

Bisma tidak tahu kenapa kejadian demi kejadian terus menghantuinya. Bisma juga tidak mengerti kenapa penyesalan masa lalu selalu menyudutkannya. Bagaimana kalau orang tuanya kembali menyalahkan seorang yang salah?

Tidak, ini tidak boleh terjadi. Bisma sayang kedua orang tuanya. Bisma sayang sama Reyn. Bisma sayang sama teman-temannya.

"Kita lanjut besok aja gimana?" usul Sean.

"Udah malem banget. Nyari orang jam segini juga susah karena kita nggak tau dia dimana. Bisa aja dia lagi di rumah temen atau nongkrong dimana atau bisa jadi malah lagi asik tiduran di kasur empuk." timpal Rion.

Masuk akal. Tapi dimana?

Bisma mendongak, menatap kedua temannya. Tak ada yang sebaik mereka. Tak ada yang pengertian seperti mereka. Tak ada bahkan sekalipun Bisma menemukan seorang yang baru.

"Gue capek. Kenapa semuanya nyerang gue terus? Kenapa kejadian semua kejadian selalu nyudutin gue?" lirihnya.

Sean menepuk pundak Bisma, menguatkan. "Lo nggak sendirian. Ada gue, ada Rion, ada Linda dan masih banyak lagi yang peduli sama lo."

"Bener," Rion ikut duduk di sebelah Bisma. Dia menghela napas lelah. "Nggak perlulah merasa sendirian begitu. Lo punya sahabat yang selalu ada saat lo butuh."

"Thanks,"

"Kalo gitu mending kita balik aja. Mau ke rumah sakit lagi atau pulang? Lo butuh istirahat."

Bisma menggeleng pelan, dia tahu kemana harus pergi. "Kalian pulang aja atau mau ke rumah sakit, terserah. Tapi gue harus pergi ke suatu tempat."

Sean mengangkat sebelah alisnya, "Butuh teman?"

Bisma terkekeh pelan, "Nggak usah. Gue tau kalian capek."

"Mau gue anter?" kali ini Rion yang menawari. Bisma menggeleng, menolak.

Mereka berdua menganggu mengerti. Mungkin Bisma memang perlu waktu. Mereka nggak bisa maksa Bisma. "Kalo gitu kita balik duluan. Lo hati-hati."

Bisma mengangguk sambil tersenyum hangat. Sean dan Rion pun bergegas pulang untuk istirahat. Semuanya tidak bisa dipaksa, semuanya butuh waktu.

Sekarang waktunya Bisma mencari keberadaan kembarannya dan dia tahu kemana harus pergi tanpa ditemani siapa pun.

Dengan degup jantung yang tidak bersahabat, Bisma mulai melajukan kendaraannya menuju suatu tempat.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang