Bel pulang berbunyi nyaring, Yenaa berlari meninggalkan sekolah dengan terburu-buru. Tadi selama pelajaran berlangsung Yenaa tidak fokus dengan apa yang disampaikan guru. Dia masih saja mengingat ucapan Raina. Ucapan itu terus mengiang di kepalanya. Seperti memaksa diingat dan tidak boleh dilupakan. Dia jadi semakin tidak mengerti dengan mereka.
Semakin ke sini, hari-hari Yenaa semakin rumit. Dunia seperti tidak mau berpihak padanya. Semesta seakan setuju untuk menghukumnya. Takdir seperti apa yang sebenarnya sudah Tuhan persiapkan. Apakah seperti ini? Membolak-balikkan perasaan yang tidak bisa ditentukan? Hukum alam macam apa ini? Bahkan untuk bernapas saja terasa sangat sulit. Ruang oksigen semakin menipis. Semuanya... rumit.
"Na," panggil Linda menyentuh pundak Yenaa yang berdiri diam di halte menunggu Reynald keluar sekolah dan menghampirinya.
Yenaa tersentak, kaget. "Eh, kenapa?"
"Sendirian aja?" tanya Linda tersenyum.
"Iya..." Lirih Yenaa.
Linda terkekeh, "Sans aja, gak usah kaku. Lagian kita masih bisa temenan kan? Gue gak masalah sama keputusan lo buat menjauh dari kita-kita, tapi kalo emang itu yang terbaik buat lo, kita gak bisa maksa. Ya, sebenarnya cuma gue yang bilang kayak gitu, yang lain masih mode males sama lo. Tapi gak usah khawatir, mereka pasti ngerti kok."
Yenaa menunduk, menyesal. Malu sekali rasanya. Semua seperti salah di matanya. Ini sudah terlalu jauh, tidak bisakah dia berhenti dan berbalik? Kembali ke masa dia belum bertemu dengan yang lainnya? Ah, andai semesta mau mendengarnya.
"Hm... gimana kabar lo? Gue harap sih baik aja." Sambung Linda melihat keterdiaman Yenaa.
Yenaa merasa semakin bersalah. Sudah dijauhi saja, sahabatnya itu masih mau menyapanya. Bahkan menanyai kabarnya. Sebegitu jahatnyakah dirinya?
"Kabar baik," Yenaa tersenyum. Ya, setidaknya dia tidak merasa jahat untuk kali ini.
"Syukur deh," balas Linda. "Gue duluan ya, udah di jemput. Lo hati-hati."
Linda melambaikan tangannya pada Yenaa. Tersenyum hangat seperti biasanya. Hanya saja, kedekatan mereka sudah tidak seperti dulu lagi. Mereka sudah berpisah, menjadi bagian yang berbeda. Yenaa hanya bisa memandang Linda yang semakin menjauh. Memasuki mobil jemputannya dan melaju meninggalkan dirinya kembali sendirian. Sekarang, dia terlihat menyedihkan. Setelah meninggalkan, kini giliran dia yang ditinggalkan. Apa sekejam itu takdir mempermainkannya?
"Woi!"
Yenaa tersentak, kembali sadar ke dunianya. Sudah cukup. Cukup untuk menyesali perbuatan yang sudah dia lakukan. Sudah cukup menyalahkan takdir yang semakin menyiksanya. Sudah, cukup. Ini salahnya. Ya, ini salahnya.
Yenaa menatap sinis Reynald yang sudah berada di hadapannya. Cowok galak itu sudah siap dengan kendaraannya. Reynald bersedekap dada memandang sengit Yenaa.
"Buruan naik! Malah bengong!" Ketus Reynald.
"Biasa aja, nyolot banget sih lo!" Balas Yenaa tak kalah ketus.
"Berisik! Tinggal naik malah banyak bacot!"
"Bisa gak sih lo gak kasar?!" Kesal Yenaa.
"Gak bisa! Apalagi buat makhluk kayak lo, gak banget!"
Yenaa berdecak, lalu menghampiri Reynald dengan terpaksa untuk mengisi jok belakang yang kosong, ya, memang sudah tersedia untuknya.
"Udah buruan jalan!" Ketus Yenaa memukul helm yang digunakan Reynald. Cowok itu meringis, lalu menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Membuat Yenaa terpaksa memegang jaket yang dipakai Reynald. Yenaa tertawa sarkas, rupanya cowok galak ini membalas perkataannya dengan melanjutkan motornya dengan cepat. Ah, lucu sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...