Haloooo~
Adakah yang nungguin cerita ini update?
Adakah yang kangen sama Yenaa, Bisma dan Reyn?Oh kalau begitu, selamat!
Sekarang waktunya melepas rindu dengan mereka.
Happy reading{}
•••••
Yenaa tidak percaya bahwa orang yang berada di hadapannya adalah seseorang yang beberapa jam lalu berada di rumah sakit terbaring tidak berdaya.
Orang itu Reyn.
Dengan wajah pucatnya, bibir tipis itu tersenyum hangat. Ada sesuatu yang berdesir di dada Yenaa. Ia tidak tahu apa. Tapi melihat wajah Reyn yang setenang itu membuat Yenaa mau tak mau membalas senyumnya meski masih kebingungan.
"Hai," sapanya.
"Kok bisa?"
Reyn tersenyum manis.
Di depan Yenaa sekarang ada sosok Reyn. Cowok itu kelihatan berbeda dengan sikapnya yang menyebalkan kuadrat. Reyn lebih tenang meski wajah pucatnya membuat Yenaa meringis. Reyn juga terlihat lebih berdamai dengan dirinya.
"Lo kabur?"
Reyn tertawa pelan, suaranya lembut tidak seperti biasanya. Yenaa tertegun menatap lama sikap Reyn yang lebih lepas.
"Kalo izin nggak bakalan dibolehin."
"Kenapa kabur?!" pekik Yenaa panik. "Lo masih sakit, istirahat. Bukan malah kabur ke rumah gue. Nanti kalo lo kenapa-kenapa gimana? Ish! Lo kenapa, sih?!"
Reyn tertawa lagi, lebih lepas.
"Ish! Jangan ketawa! Bukannya merasa bersalah malah ketawa! Lo tuh harusnya di rumah sakit, istirahat. Luka lo itu belum sembuh Reyn!"
Tawa Reyn mereda, ia menatap lurus gadis di depannya. "Luka gue nggak akan pernah sembuh, Na. Nggak akan."
"Ha?"
Reyn tertawa lagi. Benar-benar membingungkan.
"Gue nginep, ya?"
"Ih! Enggak-enggak! Apaan, sih?! Gue telpon Bisma ya biar jemput lo!" ancam Yenaa.
Reyn terdiam. Kali ini wajahnya berubah datar. Ia menghela napas panjang kemudian membuang pandangannya ke arah lain.
"Terserah,"
Yenaa mengerjap-kerjap kedua matanya. Apa ia salah bicara? Wajah Reyn yang setenang air tadi berubah sendu saat dia membawa Bisma dalam perbincangan mereka.
"Reyn?"
Reyn menoleh, tersenyum hangat. "Iya?"
"Are u okay?"
Reyn tertawa, tidak menjawab pertanyaan Yenaa. Dia tidak akan menjawabnya. Karena bagaimana pun dia tidak sedang baik-baik saja.
"Gue nginep, ya? Udah izin sama mama lo."
"Ha?" Yenaa melongo, "Udah izin? Serius?"
Reyn mengangguk, mulai menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. "Sebentar aja, cuma mau tenang."
"Reyn," Yenaa mendekat, duduk di sebelah Reyn.
Cowok itu mulai memejamkan matanya. Napasnya juga mulai teratur. Wajah pucatnya masih membuat Yenaa meringis. Perlahan jemari Yenaa mulai bergerak ke arah wajah Reyn.
Pelan tapi pasti, jemari Yenaa mendarat mulus di wajah Reyn. Dia mengusap lembut rahang Reyn yang masih memejamkan mata. Seulas senyum terbit dari wajah Reyn, tapi kedua matanya masih tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...