18 - Berubah

365 91 3
                                    

Selamat hari sumpah pemuda❤

🍭

Hari silih berganti dengan cepat. Hari senin kembali menyambut dengan malas. Kebiasaan seorang pelajar adalah bermalas-malasan di hari senin karena di sekolah nanti akan mengikuti upacara bendera. Dan Yenaa, lebih memilih untuk telat datang ketimbang datang cepat.

Malas sekali jika harus terjebak di antara siswa yang berjemur di bawah terik sinar mentari pagi, meski menyehatkan tapi jika berdiri terlalu lama cukup membuat kaki terasa pegal. Apalagi jika amanat dari kepala sekolah sudah dibacakan, pasti akan lebih lama lagi. Lagipun, Yenaa selalu berpikir, upacara yang berjalan setiap hari Senin kenapa selalu mendapat amanat yang panjang dan isinya hanya itu-itu saja. Tidak sadarkah kalau itu membuat semua murid menjadi bosan dan capek berdiri.

Yenaa masih berdiam di rumahnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ditambah kota metropolis yang selalu macet dikala pagi hari. Apalagi hari Senin, sudah jelas sekali banyak pelajar yang berlomba-lomba datang tepat waktu agar tidak terlambat mengikuti kegiatan upacara.

Ya, anggaplah Yenaa murid yang tidak bertanggung jawab. Lebih memilih telat daripada harus mengikuti upacara bendera. Lagipula dia bosan, setiap Senin hanya itu yang dilakukan di pagi harinya. Tidak sadarkah justru itu membuat murid pemalas sepertinya menjadi lebih malas lagi?

Yenaa di rumah pun sudah rapi dengan seragamnya. Sudah memakai sepatu, sudah siap untuk berangkat sekolah. Tapi, tetap pilihannya jatuh pada kata 'terlambat'

Tidakkah semua yang terlambat itu buruk?

Seperti terlambat masuk di jam pelajaran matematika, ah, pelajaran yang harus menuntut muridnya berpikir dua kali lebih keras dari biasanya. Mencari keberadaan x dan y, begitu dengan jumlah yang dimiliki keduanya. Belajar matematika seperti diajak marathon keliling dunia. Capek, lelah, dan dipaksa berpikir lebih cerdik.

Ya, meski Yenaa tahu, matematika selalu ada di mana pun dia berada. Sejak lahir, bahkan hingga seseorang wafat sekali pun. Matematika tak pernah luput dari kehidupan.

Hingga suara klakson motor menyadarkan Yenaa dari lamunannya. Yenaa mengernyit, bingung. Siapa yang datang ke rumahnya? Jika teman sekolah, kenapa tidak memilih pergi lebih dulu? Ini hari Senin, mereka pasti malas jika harus bermacet-macetan demi mengejar upacara bendera.

Yenaa beranjak dari sofa yang disinggahinya, mengintip sedikit dari jendela, di sana terlihat laki-laki yang memakai seragam sama sepertinya dan dibaluti jaket berwarna hijau army. Yenaa tidak mengenalinya sampai pemilik motor itu turun dari kendaraannya dan menghampiri pintu utama Yenaa. Ya, sesudah melepas helm yang dikenakan, tentunya.

Tokk... Tokk... Tokk...

Yenaa bergerak gesit, membuka pintu utama dan tersenyum saat matanya menangkap sosok seseorang di hadapannya. Cowok itu membalas senyumnya, lalu mengajak Yenaa berangkat ke sekolah.

Tentu, Yenaa tidak menolak.

Mereka akhirnya berangkat ke sekolah tepat jam menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Waktu yang cukup sedikit untuk sampai di sekolah tepat waktu.

*****

Suara deru motor khas pelajar saling menyahut saat gerbang sekolah sudah terlihat jelas di depan mata. Hanya berjarak sekitar lima ratus meter lagi. Banyak anak cowok yang memilih telat, sama seperti cowok yang berada di depan Yenaa. Cowok yang menjemputnya tadi. Tapi, ada juga cewek yang memilih telat sepertinya. Meski dominan dengan anak cowok.

Gerbang sudah di tutup, jelas. Bel sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Upacara bendera sudah berlangsung dengan tenang. Murid yang telat lebih memilih berdiam di depan gerbang hingga upacara selesai dan mereka masuk ke sekolah. Mungkin setelahnya, akan ada hukuman yang didapat.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang