Bisma sedang bermain di panti jompo Bu Risma. Semalam ia menginap dan singgah di sana, sejenak melupakan kehidupannya yang semakin kacau. Ia hanya perlu waktu untuk menenangkan kembali hati yang sudah hancur berkeping. Ia bingung dengan perasaannya. Perasaan itu masih sama, masih untuk gadis yang ia suka sejak awal. Tapi entah dengan gadis itu sendiri. Mungkin... perasaan dia sudah berbeda.
Bisma mengembuskan napas kasar. Ia berjalan menuju dapur. Di sana ada Bu Gendis yang sedang memasak dan menyiapkan makan untuk para penghuni panti. Bu Gendis tersenyum ketika melihat Bisma berjalan menghampirinya.
"Eh, nak Bisma. Ada apa? Tumben banget nyamperin ke dapur." Ucap Bu Gendis.
Bisma tersenyum, lebih mendekat ke arah Bu Gendis, "Mau ambil minum doang kok. Bisma haus,"
Bu Gendis menganggukkan kepalanya pelan, "Kamu ke sini nggak sama Yenaa?"
Bisma tersedak, air minum itu menusuk tenggorokannya. Bisma terdiam, memandang lama Bu Gendis. Pikirannya pergi menjauh, kembali ke masa ketika dirinya dan Yenaa mengantar Bu Gendis ke panti untuk mendapat tempat tinggal dan menetap. Jauh sebelum semuanya semakin rumit. Waktu itu, mereka sama-sama senang. Saling menguatkan dan tersenyum. Tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Bahkan gadis itu sudah tidak mau bertatap muka dengannya. Apa semua akan seperti itu? Awalnya dekat dan akhirnya saling jauh.
Bu Gendis menatap Bisma yang terdiam. Cowok itu bengong dengan pandangan kosong. Seakan mengerti, Bu Gendis mengelus pundak Bisma pelan, membuat cowok itu tersentak.
"Nggak apa-apa,"
Bisma tersenyum lembut, mengalihkan pembicaraan. "Ibu masak apa?"
"Oh! ini ibu lagi masak sayur sop." Balas Bu Gendis semangat. Ia menunjukan panci yang berada di atas kompor. Kembali mengaduk makanan itu. "Kamu suka sayur sop?"
"Suka kok, Bu." Sahut Bisma tersenyum. "Apalagi sayur sop masakan Bu Gendis."
Bu Gendis tertawa. Ia mematikan kompor setelah masakannya matang. Lalu beranjak ke meja makan, merapikan piring dan gelas. Bisma membantu menyiapkan makan.
"Kamu nginep berapa lama?"
"Enggak tahu," balas Bisma menuangkan air putih pada tiap-tiap gelas. "Bisma kayaknya betah deh di sini."
"Tapi kan kamu punya rumah. Ada orang tua yang menunggu. Memang gak rindu?" Sahut Bu Gendis.
Ah, orang tua ya?
Perkataan Bu Gendis membuat pergerakan Bisma berhenti. Bisma meletakan kembali teko itu di tempatnya kemudian beranjak dari dapur tanpa berpamitan dengan Bu Gendis. Membuat Bu Gendis menatap Bisma sendu. Apa ia salah bicara?
*****
"Loh, Bisma. Kamu ngapain di situ?" Ucap Bu Risma melihat Bisma yang duduk sendirian di depan panti. Cowok itu berdiam, memandang ke depan dengan tenang.
Di panti, suasana cukup membantu untuk menenangkan hati dan pikiran. Apalagi ketika perasaan sepertinya sedang gelisah dan dilema. Semuanya cukup membantu. Di panti juga sejuk. Tempatnya seperti di desa. Banyak pepohonan rindang yang membuat tempat itu seperti vila di puncak.
Bisma menoleh ke arah Bu Risma, tersenyum. "Eh, ibu. Sini Bu duduk di sebelah Bisma."
Bu Risma mengangguk, lalu berjalan menghampiri Bisma. Ia duduk di sebelah cowok itu. "Kamu lagi ada masalah, ya?"
Bisma menoleh, menatap lama Bu Risma. Beberapa detik kemudian, Bisma terkekeh pelan. "Masalah, ya? Bukannya hidup Bisma semuanya adalah masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...