25 - Tidak terduga

342 87 0
                                    

"Jadi, itu dia?" Tanya Raina yang duduk di bangku yang berhadapan dengan Bisma. Mereka sedang berada di kelas Bisma yang sepi karena teman-temannya berada di kantin. Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, sehingga mereka lebih memilih berdiam di kelas Bisma.

"Iya..." Ucap Bisma pelan.

"Kenapa dia buang muka saat pandangannya bertemu sama gue? Dia masih marah sama gue, ya?" Lirih Raina.

"Gue gak tahu," ceplos Bisma. "Semuanya semakin rumit, Rain. Lo-gue-Reynald-Yenaa jadi satu tali yang saling berkaitan."

"Yenaa, cewek itu pacarnya Reynald?" Tanya Raina, ragu.

Bisma tertawa renyah, "Ya, enggaklah. Gue gak akan pernah percaya kalau Kana beneran pacaran sama Reynald. Anak itu gak ada pantesnya. Dia belum dewasa, belum bisa kontrol emosinya. Gue gak yakin kalau sampe mereka pacaran,"

Bisma terkekeh pelan, menatap Raina yang kebingungan. Bisma menggelengkan kepalanya berulang, "Gue kasih tau nih, ya. Kana sama gue itu deket, tapi itu dulu. Gue sama dia jadi jauh karena Reynald."

"Lo gak bisa nyalahin Reynald lah!" Nyolot Raina. "Belum tentu juga itu salah dia. Bisa jadi salah cewek centil itu!"

"Siapa yang lo maksud cewek centil?!" Ketus Bisma.

"Yenaa lah! Siapa lagi?!" Kesal Raina.

"Lo gak bisa ngomong gitu! Lo gak tau siapa Kana, lo gak kenal dia. Lo gak tau apa-apa." Sinis Bisma.

"Kok lo malah belain dia?"

"Gue gak belain siapa-siapa. Tapi lo gak bisa nilai orang cuma baru beberapa hari ketemu. Lo gak bisa ambil kesimpulan secepat itu. Lo salah kalau bilang dia anaknya centil. Gue jadi makin gak suka sama lo, Rain. Gue benci sikap lo yang kayak gini." Ucap Bisma santai tapi menusuk.

"Kenapa..."

"Rain, tolong. Jangan pernah mengulang kesalahan yang sama. Dia gak mau mandang lo karena dia sadar, lo cuma masa lalu. Lo udah gak berarti lagi, lo bukan siapa-siapa. Lo itu cuma kenangan yang mampir, gak guna lagi dateng ke kehidupan dia yang sekarang." Ketus Bisma berdiri. Beranjak dari kelas dan meninggalkan Raina seorang diri.

Gadis itu masih terdiam dengan pikiran yang melayang jauh tujuh tahu lalu. Ketika dirinya dan 'dia' masih bersama. Rasa itu belum sepenuhnya menghilang, hanya saja, rasa itu terus memudar kala waktu berjalan. Tapi bagi Raina, perasaan dia masih sama, masih untuk dia.

*****

"Mau ngomong apaan, sih?!" Decak Yenaa kesal.

"Berisik! Diem dulu, gue belum ngomong satu kata pun tapi lo udah nyolot terus. Bacot!" Ketus Reynald menatap sinis Yenaa.

"Yaudah ngomong!" Nyolot Yenaa.

"Bawel!"

"Cepetan! Gue udah capek sama semuanya. Gak usah lagi pake drama! Bilang sama gue apa yang lo mau, gak perlu lagi pake ini itu yang malah bikin gue tambah pusing doang!"

"Gue suka sama lo."

"Nih anak diajak serius malah bercanda," dengus Yenaa, sebal. Dia menatap Reynald datar. "Buruan, mau ngomong apa?"

"Gue suka sama lo." Ucap Reynald tanpa ekspresi.

"Dih, gila ya lo?!" Pekik Yenaa. "Reyn, sadar diri. Kita gak lebih dari sekedar babu sama majikan!"

"Tadi lo ngajak serius. Yaudah, kita pacaran." Ujar Reynald enteng seakan kalimat itu adalah kalimat omong kosong.

"Eh?" Pekik Yenaa, bingung. "Gue gak ngajak lo serius. Gak jelas nih anak makin lama. Udah deh, mau ngomong apa? Gue udah capek sama semua drama yang gue saksikan."

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang