Epilog

657 91 0
                                    

"Eh, lo liat Yenaa nggak?"

Mereka semua menggeleng lemah.

Sudah seharian mereka sama sekali tidak melihat keberadaan gadis itu. Kemana dia pergi?

"Kenapa? Kangen lo sama dia?" celetuk Riko.

Reyn menggeleng pelan, "Pengen tau aja. Masa dia ngilang si?"

"Udah sih, paling dia nggak masuk sekolah. Kecapean." balas Bisma terkekeh pelan.

Reyn mendengus sementara yang lain tertawa renyah.

"Enak juga ternyata kalo damai. Kenapa nggak dari dulu aja?" celetuk Ridho diselingi tawanya.

Spontan mereka semua saling memandang dan tidak lama ikut tertawa ngakak. Benar juga. Sekarang mereka sedang berkumpul bersama. Ada Bisma dkk dan Reyn dkk.

Seandainya dulu mereka bersama tanpa musuhan, mungkin mereka tidak ada sibuk dengan rasa benci yang tidak ada gunanya itu.

"Itu Linda dateng," seru Rion yang pertama kali menyadari kedatangan Linda.

Di kantin yang ramai ini, mereka duduk di satu tempat. Dua meja dijadikan satu dan mereka duduk mengitari meja.

Wajah Linda kelihatan tidak enak, dia membawa beberapa amplop yang diyakini berisi surat. Saat dia tiba di depan meja mereka, dengan gerakan kasar dia langsung melempar semua amplop tersebut.

"Kenapa sih?"

"Lo liat!" ketus Linda dengan mata berlinang air mata. "Surat dari Yenaa. Buat lo semua!"

Dengan penasaran mereka langsung menarik amplop-amplop tersebut. Di sana sudah tertulis nama mereka masing-masing, dengan mengerti mereka pun mengambil bagiannya masing-masing.

"Kalian harus baca!" seru Linda menggebu. Kedua matanya sudah mendung, sebentar lagi akan turun hujan.

"Sini duduk dulu," balas Sean menyuruh Linda duduk di sebelahnya. Gadis itu menurut dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sean menepuk kepala Linda pelan-pelan, berusaha menenangkan.

"Untuk Rion," celetuk Rion saat membuka surat tersebut. "Karena gue nggak begitu kenal, gue cuma mau kasih beberapa kalimat untuk lo."

Rion mengernyit dan melanjutkan membacanya dalam hati. Mereka semua memandang Rion dengan kening mengerut sampai akhirnya sebuah makian terdengar darinya.

"Anjir!" pekik Rion. "Kalian harus baca!!"

"Apaan sih emang isinya?"

"BACA AJA BACA!!!" geram Rion. Dia kehabisan akal saat membaca surat tersebut.

Akhirnya mereka pun membaca surat bagiannya masing-masing. Ada yang mengernyit bingung, ada yang langsung diam tertegun.

Sama dengan Bisma, respon dia lebih kelihatan hilang akal. Dia membanting surat tersebut dan langsung pergi dari kantin. Semua memandang bingung namun tak ada satu pun yang berani melarangnya pergi.

Tidak lama, kepergian disusul oleh Reyn. Dia tidak membuang suratnya, cuma meremas sampai tidak berbentuk lagi. Wajahnya berubah tegang, rahangnya mengeras. Kedua mata cowok tersebut memerah. Entah menahan kesal, emosi atau apa pun.

"Gue nggak nyangka," lirih Linda.

"Jangan sedih," balas Sean. "Mungkin ini emang udah jalannya. Bersyukur aja udah mengenal sosok kayak Yenaa. Dia gadis yang kuat."

"Gue nggak ngerti alasan dia bikin surat kayak gini,"

"Perpisahan memang selalu menyakitkan." timpal Riko.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang