29 - Siapa Naina?

320 83 0
                                    

"Akbar lo apaan, sih!" Kesal Yenaa.

Yenaa menepis tangan Akbar kasar. Cowok itu meletakan flower crown di atas kepalanya. Yenaa tidak menyukai aksesoris girly seperti ini. Menggelikan. Akbar tertawa, tangannya masih terus berusaha mencari celah agar flower crown yang berada di genggaman tangannya bisa berpindah di atas kepala Yenaa.

"Lo jadi cewek sedikit dong!" Celetuk Akbar tertawa.

"Diem!"

"Masa cewek cantik kayak lo malah keliatan kayak cowok? Nanti gak bakalan ada yang mau sama lo." Cetus Akbar tertawa ngakak.

"Mulut lo minta dirobek?" Sinis Yenaa.

Akbar menghentikan tawanya, menatap Yenaa dengan mengernyit. Ia tidak yakin jika Yenaa begitu kesal hanya karena perbuatan jailnya. Padahal itu hal biasa yang sering mereka lakukan jika sedang libur sekolah.

Mereka sedang berada di taman. Bermain berdua. Di taman sepi, tidak ada orang lain. Tadi Akbar menjemput Yenaa di rumah tanpa sepengetahuan gadis itu. Mau tidak mau Yenaa harus mengikuti kemauan Akbar yang mengajaknya keluar rumah. Apalagi ibu mengizinkannya pergi bersama Akbar.

Akbar cowok yang menyebalkan. Tidak ada yang lebih menyebalkan selain Akbar. Ah, bahkan sekali pun disandingkan dengan Reynald. Cowok itu masih kalah menyebalkan dengan Akbar. Bedanya, setelah itu Akbar akan meminta maaf dan membuat keadaan hati Yenaa kembali membaik. Sedangkan Reynald, cowok itu tidak pernah peduli dengan apa yang ia rasakan. Cowok itu terlalu mati rasa untuk gadis yang mempunyai banyak rasa.

"Lo mau es krim gak?" Tanya Akbar. Cowok itu mengajak Yenaa beranjak dari taman dan berjalan menuju minimarket yang berada tak jauh dari taman.

Yenaa tidak banyak protes. Karena ia tahu Akbar tak akan berbuat yang aneh-aneh. Mereka berjalan berdampingan layaknya sepasangan kekasih. Tapi mereka bukan siapa-siapa. Hanya teman, tidak lebih.

"Lo tahu gak?"

"Gak!" Ketus Yenaa

Akbar tergelak lalu terkekeh pelan, "Gue tadi liat ada dua cowok yang perhatiin kita. Makannya gue ngajak lo beli es krim."

"Ha? Serius lo?"

Akbar mengangguk pelan, ia berjalan sambil bersiul. Kedua tangannya dimasukan ke dalam kantung celana. "Serius."

"Bohong aja lo!"

Akbar mendelik, lebih memilih tidak menyahuti ucapan Yenaa. Selama perjalanan Akbar jadi pendiam, berbeda  sekali jika sedang duduk dan bercanda. Akhirnya mereka tiba di minimarket  yang berada beberapa puluh meter dari taman. Mereka memilih es krim dengan varian rasa berbeda. Yenaa dengan rasa oreo dan Akbar rasa vanila.

"Ini lo beliin, kan?" Tanya Yenaa melirik Akbar. Mereka masih berdiri di depan tempat es krim.

Akbar mendesis, "Bayar sendiri!"

"Ah! Gak asik!" Cetus Yenaa mendengus.

Akbar melirik Yenaa, wajah gadis itu terlihat menggemaskan. Ingin sekali Akbar menyubit kedua pipi Yenaa. Tapi, itu tidak mungkin. Yenaa bukanlah miliknya. Ia tidak bisa melakukan semua hal yang ada dalam kepalanya.

"Iya gue bayarin. Takut banget sih lo!" Celetuk Akbar berjalan lebih dulu dengan membawa es krim di tangannya, meninggalkan Yenaa yang masih berdiam.

"Malah ditinggal." Seru Yenaa.

Akbar benar. Ia membayar dua es krim yang berada di tangannya dan di Yenaa. Sehingga Yenaa bersorak senang dalam hati karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya. Akbar memang baik. Tapi sayang, Yenaa tidak mempunyai perasaan apa pun kepada cowok itu.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang