"Malem jadi gak?" ujar Ridho sambil memainkan game di ponselnya.
Saat ini Reynald and the genk sedang berkumpul di kediaman Reynald. Hanya ada Ridho, Riko dan Reynald sebab kedua orang tua Reynald sedang pergi ke luar negri mengurus perusahaannya.
Reynald mendengus, "Jadiin."
Riko terkekeh sambil memakan cemilan yang ada digenggamannya, "Jadiin terus lah. Yakali raja balap kalah."
"Siapa tau kan, hahahaa...." balas Ridho tertawa.
Reynald hanya diam tidak meladeni ucapan teman-temannya. Biarkan mereka bahagia.
Yang ada dipikiran Reynald hanya ada satu, yakni bagaimana cara membalas perlakuan gadis menjengkelkan yang sudah mempermalukannya.
Ia berdiri menatap lurus kearah luar jendela. Suasana tenang menyambutnya dengan damai. Terlihat beberapa orang yang sedang berlalu lalang serta anak kecil yang bermain dihalaman rumah mereka tepat disebrang rumah Reynald.
Reynald terus memandang kearah luar mencoba menjernihkan pikirannya yang sedang berkecamuk. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Sebenarnya dia ini kenapa?
Reynald menghela napas panjangnya lalu berbalik kearah teman-temannya. Ia berjalan kearah ranjang nya kemudian merebahkan diri disana.
Dikarpet bawah, ada Ridho yang masih fokus menatap ponselnya. Game diponselnya mungkin lebih menarik dari hari-hari yang dilewatinya.
Sedang disebelahnya ada Riko yang senantiasa menonton Ridho yang bermain game diponselnya dengan cemilan yang ada digenggamannya. Teman satunya ini memang suka sekali nyemil.
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore tapi mereka masih bermalas-malasan dirumah Reynald.
Reynald tiduran diatas ranjangnya seorang diri karena temannya asik dengan dunia mereka masing-masing. Ia menatap langit-langit kamarnya. Masih tergambar jelas bagaimana gadis itu mempermalukan dirinya didepan anak-anak Bina Tunggal.
Reynald yang sedari diam mulai memejamkan matanya. Tak berniat untuk tidur, hanya ingin memejamkan mata saja.
Rahangnya mulai mengeras kala kejadian itu terus berputar dikepalanya. Dengan penuh amarah yang masih melekat, perlahan Reynald memejamkan matanya terlelap dengan napas yang mulai teratur.
"Reyn..." suara gadis itu terdengar lirih.
Gadis itu menatap sendu anak laki-laki yang setahun lebih tua darinya. Anak laki-laki itu masih bergeming ditempatnya. Pandangan mereka bertemu, tapi hanya gadis itu yang bersuara sedangkan anak laki-laki itu tetap bungkam.
Gadis itu melangkah perlahan menghampiri anak laki-laki itu. Ia berjalan dengan amat pelan seakan tidak ingin melukai tanah yang ia pijak.
"Reyn..." sekali lagi gadis itu memanggil anak laki-laki yang berusia empat belas tahun itu.
Anak laki-laki itu tetap bungkam. Ia bahkan membuang pandangannya kearah lain tanpa ingin memandang gadis yang berada didepannya.
Namun, gadis itu tetap tersenyum sendu sambil berjalan mendekati anak laki-laki itu berdiri. Meski sedih menyelimuti, ia hanya ingin berbicara dengannya saja.
"Reyn... Aku mau ngobrol sama kamu." ujar gadis itu tersenyum lembut saat sudah berada tepat dihadapan anak laki-laki itu.
"Apa?" ketus Reynald. Iya, anak laki-laki itu adalah Reynald diusianya empat belas tahun.
Gadis itu tersenyum, "Reyn bilang gaakan ninggalin, Nana."
"Tapi Reyn sekarang malah menjauh dari Nana." kemudian senyum gadis itu perlahan memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARDEST CHOICE [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Hidup memang sulit sekali ditebak. Tidak bisa selalu beriringan dengan takdir dan semesta. Kadang, yang kau anggap mampu membuat senang justru yang membuatmu terluka. Begitu juga de...