22 - Deceptive appearance

331 88 0
                                    

Deruan motor itu terdengar sampai di depan rumah gadis yang baru saja tiba setelah pulang sekolah. Yenaa turun dari motor Reynald dan langsung masuk ke dalam tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Tapi, sebelum itu benar-benar dilakukan olehnya, Reynald sudah lebih dulu menahan lengan gadis itu. Dengan terpaksa, Yenaa kembali membalikkan tubuhnya menghadap cowok menyebalkan itu.

"Apalagi?" ujar Yenaa malas. Dia sudah cukup lelah dengan harinya. Dunianya telah berubah, hidupnya sudah dikendalikan oleh cowok tak berperasaan di hadapannya ini.

"Kayak gitu ucapan terimakasih dari seorang Awkana Yenaa?" Sahut Reynald menaikan sebelah alisnya.

"Thanks," ucap Yenaa dengan amat-sangat terpaksa. Gadis itu membalikkan tubuhnya, kembali melakukan niatnya memasuki rumah. Tapi cekalan Reynald kembali dirasakan Yenaa.

"Apalagi sih?!" kesal Yenaa.

"Jangan lupa kabarin gue." Ucap Reynald melepas pegangan tangannya.

"Emangnya lo siapa?"

"Jangan lupa, gue balik." Ujar Reynald menyalakan motornya dan langsung bergegas pergi meninggalkan kediaman Yenaa.

Yenaa masih bingung. Perbuatan Reynald masih diluar akal nalarnya. Entah apa maksud dari ucapan cowok galak itu, tapi Yenaa tidak menghiraukannya. Dia lebih memilih masuk ke dalam rumah dan mengistirahatkan tubuhnya. Rasanya badannya begitu pegal, padahal dia tidak melakukan hal berat.

Pintu terbuka, suara gelak tawa tertangkap indera pendengaran Yenaa. Dia mengenyit, bingung. Memangnya di rumah dia ada siapa? Bukankah cuma ada dia seorang? Sebab orang tuanya yang masih di sembunyikan oleh Reynald. Tapi jika benar suara itu berasal dari orang tuanya, maka bahagialah Yenaa sekarang. Dengan senyum yang merekah, Yenaa memasuki rumah dengan buru-buru. Menghampiri dua orang yang sedang asik berbincang di ruang tamu. Ah, Yenaa hafal dengan suara itu, suara yang dirindukannya sejak dulu.

"Ayah, ibu..." lirih Yenaa melihat kedua orang tuanya sudah berada di rumah. Dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya dia lihat dari video yang Reynald beritahu. Rasanya senang sekali bisa melihat senyuman mereka.

"Hai, sini nak." Ujar Diko tersenyum, menyambut Yenaa dengan haru.

"Ayah..."

Air mata tidak bisa lagi terbendung, rasa haru kian menyeruak saat melihat senyuman hangat kedua orang tua yang disayanginya kini sudah kembali dengan kondisi yang sudah membaik. Tiada kata lagi untuk mendeskripsikan kebahagian singkat yang Yenaa rasakan, segalanya seperti tidak mungkin, seperti sebuah keajaiban yang datang tanpa pernah diminta. Yenaa bahagia, tentu. Dia terlampau bahagia melihat wajah yang dia rindukan kini sudah berada di hadapannya, tersenyum hangat, menyambut kedatangannya dengan kasih sayang yang tidak pernah berkurang sedikit pun.

"Sudah... jangan nangis lagi. Sekarang sudah ada ibu sama ayah." Ujar Selin merangkul Yenaa. Membawanya dalam dekapan kasih sayang seorang ibu. Memberikannya kehangatan yang mungkin telah hilang beberapa saat lalu. Dan kini Yenaa sudah kembali merasakan kebahagiaan itu.

"Ibu... aku takut," suara parau Yenaa terdengar memilukan. Dengan tangis yang masih belum mereda.

"Jangan takut..." Diko memeluk dua perempuan yang disayanginya. Berusaha mengurangi rasa takut yang mereka rasakan.

"Ayah... Ibu... jangan bikin aku takut lagi, aku benar-benar takut..." Lirih Yenaa menghapus air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya.

"Enggak... kamu jangan takut," Selin memeluk Yenaa lebih erat. Hatinya ikut teriris, apalagi jauh dari anak semata wayangnya membuat dirinya merasakan rindu. Memang benar, kasih sayang seorang ibu ke anak tidak pernah berkurang meski jarak terus menghalang dan keadaan terus mengecam.

HARDEST CHOICE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang