NAZELYA dan Arfan masih belum menemukan benderanya. Padahal hari sudah malam.
"Gimana nih, kita sekarang masih belum temuin benderanya dan sekarang kita tersesat." ucap Nazelya bingung.
"Yah gini.... kita tunggu bantuan datang aja." balas Arfan.
Nazelya masih setia pada posisinya, namun tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam hutan. Ia mulai ketakutan.
"Itu suara apaan fan?" tanyanya sambil ketakutan.
Arfan mengeryitkan dahinya. "Suara? gue gak dengar tuh."
"Ihhh.... gue serius fan. Jangan pura-pura budeg deh lo." gerugut Nazelya.
"Lahh, gue emang gak denger apa-apa."
Nazelya memukul bahu Arfan keras. Sampai ia meringis kesakitan.
"Gila, tenaga lo kuat juga mukul gue." sambil mengusap bahunya.
"Terus? masalah buat lo?!" tanyanya ketus.
Arfan hanya menggelengkan kepalanya."Lo ngantuk?" tanya Arfan.
"Sedikit,"
Arfan pun melepaskan jaketnya dari tubuhnya dan memakaikannya ditubuh Nazelya, karena ia melihat Nazelya mulai kedinginan. Arfan pun memegang tangan Nazelya lalu mengusapnya lembut agar tidak kedinginan.
"Udah gak dingin kan?" sembari melepaskan tanganya. Nazelya masih diam tidak menjawabnya. "Nazelya!"
Nazelya menerjapkan matanya. "Ehh, udah enggak kok, thanks."
"Sekarang lo bisa tidur." sambil menepuk pundaknya sebagai sandaran.
"Lo sendiri gimana?" tanya Nazelya.
"Gue gapapa.... udah mendingan lo tidur dari tadi Lo cuma ngoceh aja."
Nazelya menaruh kepalanya dipundak Arfan dan mulai memejamkan matanya secara perlahan. Arfan yang melihat Nazelya tidur tanpa sadar bibirnya menyingungkan senyum kecil.
Arfan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantiknya. Rasanya Arfan ingin mencium kening Nazelya, tapi apa boleh buat dia tidak punya hak untuk melakukan itu. Baginya melihat Nazelya tersenyum itu saja sudah cukup baginya. Arfan pun mulai memejamkan matanya secara perlahan dan menyusul Nazelya ke alam mimpi.
•••••••
Pagi harinya Alvaro belum mendapatkan kabar dari Nazelya dan Arfan. Sebenarnya kemana mereka??
"Belum dapat kabar juga dari Nazel?" tanya Gio sambil duduk disamping Alvaro.
"Belum, gue gak tau kemana dia. dari kemarin gue telpon nomernya juga gak aktif." balas Alvaro frustasi.
"Gimana kalo kita cari Nazel sama Arfan?" suara Raka terdengar dari belakang.
Alvaro dan Gio menoleh. "Kita izin dulu sama bu Tika." ucap Gio.
"Kelamaan, keburu dua bocah itu kenapa-napa." sembari membersihkan tangannya.
Alvaro terdiam. "Mendingan kita tunggu aba-aba dari bu Tika dulu, jangan gegabah. Nanti bukannya kita nyari mereka, eh malah ikutan hilang bisa ribet lagi nanti urusannya."
"Iya tuh gue setuju sama Al.... kita ke tenda anak cewek aja, tanyain udah dapat kabar belum." sembari berjalan.
Alvaro dan Raka pun melangkahkan kakinya menuju tendanya Nazelya dan teman-temannya.
"Udah ada kabar belum?" tanya Raka.
Becca, Adel, dan Sherly hanya menggelengkan kepalanya.
"Belum, gue takut Nazel sama Arfan kenapa-napa." ucap Becca.
Gio hanya mengangguk pelan, namun tiba-tiba ponselnya Alvaro berdering. Ia pun melihat siapa yang menelponnya dan ternyata mamanya.
"Angkat aja.... tapi jangan bilang kalo adik lo hilang takutnya nyokap lo khawatir." suruh Raka. Alvaro mengangguk dan menggeser tombol berwarna hijau.
"Ha—hallo."
"Hallo al, kamu kemana aja sih lama banget angkat telponnya."
"Maaf Mah, Al tadi lagi bersihin sampah."
"Hmm.... Adik kamu kemana?"
"La—lagi nyari air mah... barusan tadi pergi sama Becca."
"Yaudah mama cuma khwatir aja sama adik kamu dari tadi perasaan mama gak enak soalnya.... yaudah Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Alvaro pun melepaskan ponselnya dari telingannya. Bagaimana ini kalo mamanya menelpon lagi pasti urusanya akan panjang jika tahu kalo adiknya hilang.
*****
Nazelya dan Arfan berjalan menyusuri hutan untuk mencari jalan keluar.
"Seinget gue tadi, Pas kita sampai sini itu arahnya Barat deh." ucap Nazelya sambil memilih arah untuk kembali ke perkemahan.
"Yakin lo? tapi kalo kata gue sih.... Selatan."
Nazelya mulai bingung arah yang sebenarnya Barat atau Selatan? Inilah Nazelya kenapa dia tidak perpikir untuk membawa kompas padahal dia sudah menaruhnya diransel.
"Ponsel lo batareinya masih penuh?" tanya Nazelya sembari berjalan.
"Tinggal setengah doang, Oh iya kenapa gak pake google maps aja."
Nazelya menghentikan langkahnya. "Tuh pinter, kenapa gak dipake aja dari tadi."
Arfan hanya terkekeh lalu mulai menyalakan tombol lokasinya lalu mengikuti arah yang ditunjukan oleh ponselnya. Sebenarnya Arfan sedikit ragu jika memakai penunjuk arah yang satu ini karena Arfan dulu pas lagi liburan di Irlandia dirinya pernah tersesat gara-gara menggunakannya.
Sebenarnya penunjuk arahnya yang salah atau Arfan yang tak mengerti arah angin??
"Ke Barat terus Timur." ucap Nazelya sambil memperhatikan arahnya dari ponsel Arfan.
"Lo ngerti?" tanya Arfan.
Nazelya menoleh sekilas. "Tau lah masa udah segede ini kagak tahu arah mata angin. Emangnya lo nggak tahu?"
"Bukan gak tahu, tapi gak paham."
"Sama aja, tinggal bilang aja nggak tahu."
Arfan menoleh ke Nazelya. "Gue itu bukannya gak tahu, cuma gue itu gak paham!! terus kalo gue bilang gak tahu yang ada lo malah ketawa lagi."
"Hahahaha....." tawa Nazelya pecah saat mendengar perkataan Arfan.
Arfan menaikan alisnya. "Kenapa lo? Ketawa sampai geli begitu?"
Nazelya memberhentikan tawanya dan mengambil nafas. "Aduh perut gue sakit, masa udah SMA gini lo enggak tahu arah mata angin sih?!"
"Zel udah gue bilang, gue itu bukannya gak tahu tapi gak paham!" elak Arfan.
"Sama aja bego! Tinggal ngaku aja sih, baru kali ini gue ketemu sama anak basket masa nggak tahu arah angin." sambil terkekeh.
Arfan memutar bola matanya malas. "Iyiya terserah lo aja deh... udah ayo jalan lagi."
Nazelya menyiyakan ajakan Arfan yang masih terkekeh, saat Nazelya sedang asik terkekeh ia tidak menyadari kalo didepannya ada batu yang berukuran sedang.
Bruk.
####
Hello! Welcome guys hari ini aku update langsung dua part semoga suka guyss..... Enjoooyyy✨
TBC..... Jangan lupa vote and comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARFANAZ (COMPLETED✓)
Novela JuvenilNazelya Arvalynz. Perempuan yang mempunyai senyum yang begitu manis bisa membuat kaum Adam terpesona dengan senyumannya itu. Ketua Osis SMA Bersana School yaitu Arfano Haudan yang dulunya memiliki sifat yang begitu dingin dengan semua orang kecuali...