52. Akhir

1.6K 60 3
                                    

“Fan, ngapa sih lo ngelamun mulu kayanya?” tanya Raka sambil makan keripik kentang.

Arfan hanya menolehkan kepalanya namun tidak berniat membalas pertanyaan Raka. Memang saat ini yang Arfan butuhkan adalah penyakitnya Nazelya, namun teman-temannya malah tutup mulut jika ditanya.

“Lo bisa janji satu hal sama gue?” tanya Arfan.

“Apa?”

“Gue mau lo semua jangan bilang sama Nazel kalo gue mau—” namun belum sempat melanjutkan Raka langsung memotong ucapannya.

“MAU PUTUS LO SAMA NAZEL?! GILA! HEBAT BANGET LO FAN!” sambil geleng-geleng kepala.

“Geblek! Gue belum selesai ngomong! Gue mau kalian semua kasih tau penyakit Nazelya ke gue nanti gue traktir kalian liburan ke Amerika, gimana?” tawar Arfan.

“Amanah tuh gak bisa dibayar pake uang Fan! Kalo kita gak disuruh juga dengan senang hati gue bakal bilang ke lo.” kata Gio yang baru saja tiba.

“Gue tambahin uang 60 juta gimana?”

Mereka semua semakin geram dengan sikap Arfan yang bisa berbuat seenaknya karena mereka menutupi itu darinya. “Gue malah kasian sama lo Fan, kaya harta tapi miskin otak!” ucapan Gio berhasil membuat Arfan melongos diam.

“Gue setuju!” sahut mereka bersamaan.

Arfan langsung berjalan kearah Gio dan melayangkan pukulan ke wajahnya. Mereka semua yang melihat itu langsung kaget, begitupun dengan anak-anak lain yang berlalu lalang ke kantin.

Gio yang wajahnya dipukul terdiam melihat sikap Arfan, ia menyekah sudut bibirnya yang berdarah. “AYO LAGI FAN?! PUKUL GUE BIAR LO PUAS!!”

“GILA YA LO! MUKUL TEMEN SENDIRI, TEMEN MACAM APA LO?!” ucap Becca yang sedari tadi menahan emosinya.

“Gu—gue gak sengaja Gi, sorry. Lo gapapa?” tanya Arfan, seakan-akan baru bangun dari alam bawah sadarnya.

Becca malah tersenyum smirk melihat tingkah Arfan. “Gue yakin kalo Nazel ada disini dijamin seratus persen lo gak bakal dimaafin sama dia!”

                 *****

Harry baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta sekitar sepuluh menit yang lalu, ia langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan anaknya yang saat ini tengah melawan penyakitnya. Tidak bisa dipungkiri kalau kondisi Nazelya bisa saja down saat dibawa ke Prancis nanti untuk pengobatannya, ia hanya ingin Nazelya sembuh cuma itu permintaannya.

Setelah memakan waktu yang cukup lama karena macet dijalan Harry pun tiba dirumah sakit, ia pun melewati setiap lorong dengan langkah cepat.

Ceklek.

“Assalamualaikum.” ucap Harry.

“Walaikumsalam.” balas Nazelya dan Nadia bersama.

Harry langsung menghampiri Nazelya. “Gimana kondisi kamu?”

“Ya gini, Pah aku mohon ya jangan bawa aku ke Prancis? Aku mau dirawat disini aja..... Pliss,” rengek Nazelya.

“Gak bisa sayang kamu harus tetap jalani pengobatan disana!” Harry tidak menyetujui permintaan Nazelya.

Nazelya menyilangkan tangannya. “Papa, disini aku masih ada temen-temen emangnya gak mikir ya gimana kalo mereka mau jenguk aku? Lagipula dokter yang nangani aku juga baik,”

ARFANAZ (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang