08. Soal Perasaan

2.5K 85 2
                                    

ARFAN yang merasa senang mendapatkan pesan dari Nazelya. Perempuan yang berhasil melelehkan hatinya kembali. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka Arfan pun menolehkan kepalanya ternyata yang datang Raka.

"Hello anybody home!! Raka orang ganteng datang." ucap Raka heboh.

Arfan pun melemparkan bantal kearah Raka. "Berisik Lo! Bukannya ngucapin salam, ngapain malam-malam gini kerumah gue?"

"Assalamualaikum, gue mau nginep lah. Kan tadi istirahat gue udah bilang." dengus Raka.

"Oh Walaikumsalam, kalo nginep disini jangan berantakin kamar gue."

Raka berjalan menghampiri Arfan. "Santai aja, btw kok tadi gue gak liat Nazel sama Al, ya."

"Mereka lagi di Paris soalnya pa—–"

"Sialan tuh anak! Kok ke Paris gak ngajak-ngajak sih. Kalo udah balik gue tempereng tuh anak." potong Raka.

"Ehh somplak gue belom selesai ngomong." ucap Arfan.

Raka menyengir. "Heheh..... Lanjut."

"Mereka ke Paris karena bokapnya kecelakaan."

"Hah serius Fan? Kok dia gak ngasih tau gue sih, padahal gue kan temennya dan gua mau minta oleh-oleh sama Al."

"Dasar bego! Temen lo bokapnya lagi sakit masih sempet-sempetnya minta oleh-oleh. Doain biar bokapnya cepet sembuh."

"Yaallah Semoga papanya Al sama Nazelya cepet sembuh amin...." ucapnya sambil berdoa.

"Amin."

Raka pun mengambil stick playstation. "Kapan lo mau nembak Nazelya?" tanya Raka

"Kok lo jadi bahas ginian sih? garing banget." jawabnya mengelak.

"Gini nih.... lo emang masih belom bisa move on dari masalalu lo?"

"Sedikit. kalo gue nembak Nazelya sekarang, gue cuma takut dia benci sama gue."

"Hadehh..... lo kan belom coba, jadi mana mungkin dia nolak lo. Secara lo itukan ganteng, anak basket, osis pula."

"Thanks you Rak, lo udah muji gue." ucapnya sambil menepuk bahu Raka.

"Ralat nyet! balik ke topik. Mau sampai kapan lo kaya gini terus Fan?" tanya Raka.

Arfan mengedikan bahunya. "Kalo gue sama Nazelya emang jodoh pasti gak akan kemana. Tuhan udah kasih malaikat kaya Nazelya aja udah bersyukur gue cuma mau jagain Nazelya."

"You don't want to have it?"

"I want. Gue jalanin aja dulu, Nazelya itu udah ada dalam pikiran gue. Gue gak mau dia dimiliki sama orang lain."

"So? Kalo lo takut dia punya orang lain kenapa sampai sekarang aja lo belum nyatain perasaan lo."

"Tunggu waktu yang tepat."

"Gue aneh deh sama lo Fan. Dulu lo itu dingin banget udah kaya es batu di kutub utara setelah lo liat senyumnya si Nazel langsung meleleh dah tuh hati." cibir Raka.

"Dasar lo! Sekarang pikir pake logika siapa sih yang gak klepek-klepek liat senyum manis si Nazelya."

"Udah pastilah. Tapi, apa lo mau nyatain perasaan lo kaya di film-film?"

Arfan menggelengkan kepalanya kuat. Ia tidak ingin terlalu cepat menyatakan perasaanya pada Nazelya.

"Tapi gimana caranya? Disisi lain gue takut dia gak terima gue, satu lagi gue takut dia jadi milik orang lain."

"Tuh kan..... apa gue bilang. Apa susahnya sih tinggal nyatain perasaan lo ke Nazelya, gampangkan?"

Arfan melirik Raka sekilas. "Bagi lo itu gampang Rak, tapi bagi gue itu susah. Nazelya itu susah ditebak."

"Iya tau, cuma apa lo mau dia direbut sama Gio?"

"Ya enggak lah! Gue sampai kapan pun gak mau mereka berdua Jadian. TITIK!!"

Raka tidak lagi menanggapi ucapan Arfan. Ia memang keras kepala kalo disuruh buat nyatain soal perasaan hanya ada satu ketakutan dalam diri Arfan yaitu 'Takut Kehilangan Orang Yang Ia Cintai Sama Seperti Masa Lalunya'.

           •~•~•~•

Nazelya yang tengah berjalan sambil membawa plastik ditangannya. Ia mempercepat langkahnya karena sudah kelaparan. Namun tiba-tiba ia menabrak seseorang.

"désole je accidentellment." ucap Nazelya menggunakan bahasa Prancis. [Maaf, saya tidak sengaja]

"Oui une autre fois fais attention." balas orang itu. [Ya, lain kali berhati-hatilah]

Nazelya pun kembali berjalan menuju kamar papa nya yang tengah dirawat. Tak butuh waktu lama Nazelya sudah sampai dikamar bernomer 154.

"Kamu kok lama banget zel?" tanya Nadia yang sedang merapikan barang-barang.

Nazelya menaruh plastik bawaanya dimeja. "Ngantri Ma, panjang banget udah kaya jalan tol." balas Nazelya.

"Pesenan gue ada kan?" tanya Alvaro.

"Gue mau beli tadi.... tapi nganterinya yaampun bisa amsyong gue Al."

Alvaro cemberut. Padahal pesanannya itu adalah makanan favoritnya.

"Kenapa gak lo tungguin aja sih?" gerugutnya kesal.

"Gak ada terima kasihnya lo sama gue! Kalo lo mau beli sana pergi ke tempatnya biar lo tau nganterinya kaya apa!!"

Alvaro pun beranjak dari sofa sambil mengenakan jaketnya. Nazelya tidak peduli jika Alvaro marah dengannya masa bodo bukan urusannya kan? Dia tidak tahu bagaimana anterianya. Banyak yang ingin mencicipi makanan itu termasuk dirinya.

              ****

Hello! Welcome to my story....... Enjoooyyyyyy guysss✨




See u next jangan lupa vote and comment;)

ARFANAZ (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang