PAGI harinya Nazelya dan Alvaro sudah siap dengan seragam putih abu-abunya setelah selesai sarapan mereka langsung berangkat menuju sekolah.
Mobil Alvaro membelah kota Jakarta banyak kendaraan yang berlalu lalang untuk bekerja, sekolah, dll. Tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka berdua hanya terdengar suara radio yang menemani mereka. Beberapa saat kemudian mobilnya sudah sampai dihalaman sekolah dengan selamat.
"Hai Zel!" sapa Adel dan Becca. Nazelya hanya menjawabnya dengan senyuman.
"Sherly mana?" tanya Nazelya.
"Lagi dikantin sama Gio." jawab Becca. Nazelya pun melangkahkan kakinya menuju kantin bersama Alvaro dan dua kecebongnya. Tak butuh waktu lama ia sudah sampai dikantin.
"Berduan aja, pacaran ya lo?" tanya Alvaro sembari duduk.
"Yoi!" balas Gio, namun ia mendapatkan bogeman dari Sherly.
"Gila! lo jadian sama Sherly? Pj nya jangan lupa." suara Raka terdengar dari belakang.
"Kalo soal traktiran aja cepet," cibir Alvaro.
"Yeuu biarin daripada lo, jomblo mulu."
"Dihh gue jomblo juga banyak yang suka kali, emang lo!"
Raka hanya memutar bola matanya malas. Mereka semua pun berbincang-bincang dengan asik, beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi semua murid pun masuk kekelasnya masing-masing.
****
Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu kini Nazelya, Adel dan Becca melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah sambil mengendong tas dipundaknya. Tak lama datanglah Arfan sambil membawa bola basket ditangan kirinya.
"Balik yuk." ucap Arfan sembari mengunyah permen karet.
"Gue balik duluan ya bye." pamit Nazelya pada Adel dan Becca. Arfan dan Nazelya pun berjalan menuju parkiran.
Sesampainya diparkiran Nazelya dan Arfan langsung masuk kedalam mobil dan menancapkan gas mobilnya keluar dari pekarangan sekolah.
"Zel kita cari makan yuk." ucap Arfan sembari menyetir.
"Yaudah, tapi gue lagi mau makan somay." sembari membesarkan volume radio.
"Oke."
lima belas menit kemudian mereka berdua sudah sampai disebuah pedagang kaki lima. Mereka pun turun dari mobil.
"Pak somay dua." ucap Arfan sambil menarik kursi.
"Baik, tunggu sebentar." balas si pedagang. Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang lalu memakannya dengan santai.
"Jadi berapa pak?" sambil mengeluarkan dompetnya.
"Lima belas ribu aja mas." Arfan pun memberikan uang berwarna hijau lalu pergi melanjutkan jalannya.
Arfan sibuk menyetir, Nazelya membuang mukanya kearah jendela. Sesekali Arfan menoleh hatinya merasa gelisah. Nyatain jangan? Itu yang membuat Arfan gelisah sekaligus bingung apa mungkin sudah saatnya?
•••••••
Arfan pun menghentikan mobilnya disebuah taman dan melepaskan seltbelt dari pinggangnya.
"Ayo turun." Nazelya pun turun dan keluar dari mobilnya Arfan.
Arfan pun menyuruh Nazelya duduk dibangku taman sambil menatap indahnya danau yang ada ditaman itu.
"Bagus." gumam Nazelya, namun masih terdengar oleh Arfan.
"Lo suka tempat ini?" Nazelya hanya menganggukan kepalanya.
Suasana disore hari seperti ini membuat Nazelya rasanya ingin tidur apalagi dengan pemandangan yang indah dan hembusan angin yang menyejukan kulitnya Nazelya. Arfan pun beranjak dari duduknya lalu pergi ke tukang arum manis dan membeli satu cup ice cream rasa vanilla.
"Nih buat lo." sembari menyodorkan arum manis dan ice cream.
"Buat gue? serius?"
"Iya, emang buat siapa lagi? kucing?"
Nazelya pun mengambil pemberian dari Arfan. Ia pun mulai memakan arum manis dengan perlahan.
"Lo percaya sama yang namanya cinta?" tanya Arfan.
"Gak tau, emang kenapa lo nanya gituan? lo mau nembak cewek ya?? Siapa ceweknya? Kenalin dong ke gue," tanya Nazelya.
"Tapi kalo orang jatuh cinta itu harus siap dengan namanya sakit hati."
"Iya, mau gimana pun hubungannya pasti ada aja masalah yang datang entah karena cemburu atau yang lainnya." kata Nazelya panjang lebar.
"Lo siap dengan sakit hati?"
"Siap gak siap,"
"Veux-tu etre ma petite amie?"
Nazelya terdiam seperti patung apakah ia sedang bermimpi? tapi kenapa Arfan secara tiba-tiba menyatakan perasaanya pada dirinya. Atau Arfan hanya bercanda??
"Nggak us-ah ber-canda?" tanya Nazelya terbata-bata. Arfan hanya menggelengkan kepalanya kuat.
"So?" sambil menaikan alisnya.
"Oui Je Veux," Arfan pun langsung memeluk Nazelya karena senang. Akhirnya perasaanya pada Nazelya bisa diungkapkan juga dan hatinya merasa sudah lega.
"Merci,"
Arfan pun langsung mengandeng tangan Nazelya sayang. lalu masuk kembali kedalam mobil Arfan dan melanjutkan jalannya untuk pulang.
"Kok Lo bisa bahasa Prancis?" tanya Nazelya.
Arfan menoleh sekilas. "Bisalah, kan belajar, sebenarnya gue udah lama banget mau nyatain perasaan ini ke lo. Tapi baru sekarang gue bilang sama lo, maaf ya cara gue gak romantis."
"Gapapa, tapi kenapa lo baru bilang sama gue."
"Karena gue itu tau sifat lo, susah ditebak dan agak judes." Nazelya pun langsung mencubit pinggang Arfan.
"Sakit tau! kenapa sih?!" sembari mengusap pinggangnya.
"Lo itu kalo mau muji orang jangan setengah-setengah tinggal jujur aja." dumel Nazelya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Maaf, tapi emang kenyataan sih." sambil terkekeh.
"Mau gue cubit lagi?!" Arfan menggeleng kuat. Beberapa saat kemudian Arfan sudah sampai dirumah Nazelya dengan selamat. Lalu mengantarnya sampai masuk pintu rumahnya.
"Gue pulang dulu ya, jangan lupa istirahat."
"Iya lo juga, hati-hati jangan ngebut." sambil melambaikan tangannya,
Setelah mobil Arfan pergi dari pekarangan rumahnya Nazelya pun melangkahkan kakinya kedalam rumah dengan senyum yang keluar dari sudut bibirnya.
####
Hello! Welcome back guys, enjoooooyyyyy✨happy reading.
TBC...... Jangan lupa vote and comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARFANAZ (COMPLETED✓)
Teen FictionNazelya Arvalynz. Perempuan yang mempunyai senyum yang begitu manis bisa membuat kaum Adam terpesona dengan senyumannya itu. Ketua Osis SMA Bersana School yaitu Arfano Haudan yang dulunya memiliki sifat yang begitu dingin dengan semua orang kecuali...